Minak Djinggo, Rokok dari Kudus

 strategi pemasaran pabrik rokok minak djinggo - Pada mulanya Kho Djie Siong menjadi agen rokok Tjap Bal Tiga di Pati, Jawa Tengah. Dari profesi itulah dia mendapat informasi babon: racikan dan strategi dagang Tjap Bal Tiga. Bocoran itu diperolehnya dari M. Karmaen, kawan sekolahnya di HIS Semarang yang juga menantu Nitisemito, pendiri Bal Tiga dan perintis rokok kretek di Kudus.
strategi pemasaran pabrik rokok minak djinggo


Bersama Tan Djing Thay dan Tjoa Kang Hay, Kho Djie Siong lantas mendirikan Grup Nojorono di Desa Godi, Pati. Merek dagang pertamanya Minak Djinggo. Tiga serangkai itu lalu memindahkan produksi ke Kudus pada 1932. Sejak 1953 hingga kini, pabrik rokok kretek itu berpusat di Jalan Sudirman, Kudus.


Setelah nakhoda perusahaan berganti tujuh kali, kepemilikan Nojorono kini dipegang oleh 35 keluarga pemegang saham dengan porsi yang sama. Mereka itu, kata konsultan manajemen A.B. Susanto dari Jakarta Consulting Group, masih keturunan generasi pertama.

Di mata Susanto, Minak Djinggo tipikal merek lokal tua yang pernah tenar pada 1960-1970-an. Seiring dengan perubahan zaman, kehadirannya pernah dilupakan orang. Baru pada akhir 1990-an, rokok ini berusaha bangkit. ”Komunikasi pemasarannya masuk lewat pergelaran musik dangdut yang marak di awal tahun 2000-an,” kata konsultan strategi manajemen yang pernah diminta menangani Nojorono itu. Segmen pasar yang disasar kelas menengah ke bawah.

Meski menjadi tulang punggung Nojorono, posisi pasar Minak Djinggo masih kalah dibanding Dji Sam Soe atau merek rokok kretek lainnya. Meski posisinya penantang, bukan berarti pasar merek ini tidak bisa dikembangkan. ”Pasarnya belum mentok,” ujar Susanto.


Pada mulanya Kho Djie Siong menjadi agen rokok Tjap Bal Tiga di Pati, Jawa Tengah. Dari profesi itulah dia mendapat informasi babon: racikan dan strategi dagang Tjap Bal Tiga. Bocoran itu diperolehnya dari M. Karmaen, kawan sekolahnya di HIS Semarang yang juga menantu Nitisemito, pendiri Bal Tiga dan perintis rokok kretek di Kudus.

Bersama Tan Djing Thay dan Tjoa Kang Hay, Kho Djie Siong lantas mendirikan Grup Nojorono di Desa Godi, Pati. Merek dagang pertamanya Minak Djinggo. Tiga serangkai itu lalu memindahkan produksi ke Kudus pada 1932. Sejak 1953 hingga kini, pabrik rokok kretek itu berpusat di Jalan Sudirman, Kudus.

Setelah nakhoda perusahaan berganti tujuh kali, kepemilikan Nojorono kini dipegang oleh 35 keluarga pemegang saham dengan porsi yang sama. Mereka itu, kata konsultan manajemen A.B. Susanto dari Jakarta Consulting Group, masih keturunan generasi pertama.

Di mata Susanto, Minak Djinggo tipikal merek lokal tua yang pernah tenar pada 1960-1970-an. Seiring dengan perubahan zaman, kehadirannya pernah dilupakan orang. Baru pada akhir 1990-an, rokok ini berusaha bangkit. ”Komunikasi pemasarannya masuk lewat pergelaran musik dangdut yang marak di awal tahun 2000-an,” kata konsultan strategi manajemen yang pernah diminta menangani Nojorono itu. Segmen pasar yang disasar kelas menengah ke bawah.

Meski menjadi tulang punggung Nojorono, posisi pasar Minak Djinggo masih kalah dibanding Dji Sam Soe atau merek rokok kretek lainnya. Meski posisinya penantang, bukan berarti pasar merek ini tidak bisa dikembangkan. ”Pasarnya belum mentok,” ujar Susanto.


Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang strategi pemasaran pabrik rokok minak djinggo

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang KOMUNIKASI MELALUI STRATEGI PEMASARAN

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka contoh marketing : http://www.ciputraentrepreneurship.com/domestic-product/minak-djinggo-rokok-dari-kudus

No comments:

Post a Comment