REPRESENTASI PESAN LINGKUNGAN DALAM LIRIK LAGU SURAT UNTUK TUHAN KARYA GROUP MUSIK “KAPITAL” (ANALISIS SEMIOTIKA)
REPRESENTASI PESAN LINGKUNGAN DALAM LIRIK LAGU SURAT UNTUK TUHAN KARYA GROUP MUSIK “KAPITAL” (ANALISIS SEMIOTIKA) |
ISSN 0000-0000, ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2015
REPRESENTASI PESAN LINGKUNGAN DALAM LIRIK LAGU SURAT UNTUK TUHAN KARYA
GROUP MUSIK “KAPITAL”
(ANALISIS SEMIOTIKA)
Fajrina Melani Iswari
Abstrak
Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian, musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik terkandung nilai dan norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik sendiri memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut struktural maupun jenisnya dalam kebudayaan. Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang tentang suatu hal yang sudah dilihat, didengar maupun dialaminya. Dalam mengekspresikan pengalamannya, penyair atau pencipta lagu melakukan permainan kata-kata dan bahasa untuk menciptakan daya tarik dan kekhasan terhadap lirik atau syairnya. Permainan bahasa ini dapat berupa gaya bahasa dan diperkuat dengan penggunaan melodi dan notasi musik yang disesuaikan dengan lirik lagunya sehingga pendengar semakin terbawa dengan apa yang dipikirkan pengarangnya. Definisi lirik atau syair lagu dapat dianggap sebagai puisi begitu pula sebaliknya. Hal serupa juga dikatakan oleh Jan van Luxemburg (1989) yaitu definisi mengenai teks-teks puisi tidak hanya mencakup jenis-jenis sastra melainkan juga ungkapan yang bersifat pepatah, pesan iklan, semboyan-semboyan politik, syair-syair lagu pop dan doa-doa.
Kata Kunci : representasi pesan lingkungan, lirik lagu, semiotika
Pendahuluan
Lagu yang terbentuk dari hubungan antara unsur musik dengan unsur syair atau lirik lagu merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Pada kondisi ini, lagu sekaligus merupakan media penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dalam jumlah yang besar melalui media massa.
Pesan dapat memiliki berbagai macam bentuk, baik lisan maupun tulisan. Lirik lagu memiliki bentuk pesan berupa tulisan kata-kata dan kalimat yang dapat digunakan untuk menciptakan suasana dan gambaran imajinasi tertentu kepada pendengarnya sehingga dapat pula menciptakan makna-makna yang beragam.
Dalam fungsinya sebagai media komunikasi, lagu juga sering digunakan sebagai sarana untuk mengajak bersimpati tentang realitas yang sedang terjadi maupun atas cerita-cerita imajinatif. Dengan demikian lagu juga dapat digunakan untuk bebagai tujuan, misalnya menyatukan perbedaan, pengobar semangat seperti pada masa perjuangan, bahkan lagu dapat digunakan untuk memprovokasi atau sarana propaganda untuk mendapatkan dukungan serta mempermainkan emosi dan perasaan seseorang dengan tujuan menanamkan sikap atau nilai yang kemudian dapat dirasakan orang sebagai hal yang wajar, benar dan tepat.
KAPITAL, band asal Tenggarong Kutai Kartanegara, merupakan salah satu band dengan aliran musik Heavy Metal yang telah berhasil menarik perhatian Metalhead (sebutan untuk penggemar musik Metal) yang mayoritas anak muda. Memutuskan untuk membentuk sebuah grup musik dengan nama yang mudah di ingat, Akbar Haka (Vocal), Dhani Arinda (Gitar1), David Haka (Gitar 2), Beng (Bass), dan Ivan Fahrani (Drum) resmi memilih nama KAPITAL di tahun 2007 yang mana di dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti ‘Besar’. Di tahun 2009 mereka merilis album perdana ‘Metalmorphosis’. Setelah fase pergantian personil di tahun 2011 mereka merilis album ke dua ‘Reinkarnasi’ dan hanya berselang 1 tahun KAPITAL semakin mengasah eksistensi mereka di skena Metal dengan merilis album ketiga ‘Symphony Kegelapan’ (Sumber : .reverbnation.com).
Pertengahan tahun 2012 KAPITAL merilis single ‘Surat Untuk Tuhan’ dimana single ini mempunyai nuansa lagu paling beda di bandingkan dengan 5 single lainnya yang masuk di dalam album ke-3 mereka bertajuk “Symphony Kegelapan”. Di lagu ini, KAPITAL memilih tema ‘Akustik’ dimana hanya hanya ada vokal dan instrument gitar akustik yang mengalun di sepanjang lagu.
Pada lagu di album ketiga mereka yang berjudul “Surat Untuk Tuhan” tersimpan pesan bahwa KAPITAL mencoba menceritakan keadaan hutan-hutan di Kalimantan Timur, terutama di Tenggarong yang kian hari semakin kronis keadaannya, selain itu KAPITAL juga menceritakan tentang situasi pemerintahan yang terlalu sibuk dengan kedudukannya sehingga lupa dengan nasib masyarakat yang semakin merana.
Kerangka Dasar Teori
Komunikasi
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang dikehendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia ; (2) melalui pertukaran informasi ; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Book, 1980 dalam Cangara, 1998 : 20)
Proses Komunikasi
Harold D. Laswell (Uchjana 1993:301) menyatakan, bahwa dalam proses komunikasi harus dapat menjawab pertanyaan ”who say what, in wich channel to whom and with what effect”. yaitu :
a. Who (siapa), berarti siapa yang menjadi komunikator.
b. Say what (apa yang dikatakan), berarti isi pesan yang disampaiakan harus diikuti atau dilaksanakan.
c. In wich channel (saluran yang dipakai), saluran media yang dipakai dalam proses komunikasi adalah lagu.
d. To whom (kepada siapa), ini berarti sasaran atau komunikan.
e. With what effect (efek yang timbul), akibat yang timbul setelah pesan itu disampaikan yaitu timbulnya suatu tindakan.
Unsur-Unsur Komunikasi
Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora (Cangara, 1998 : 24-25) menyebutkan 3 unsur-unsur komunikasi yang mendukung proses terjadinya komunikasi :
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut, source, sender, atau encoder.
2. Pesan
Pesan yang di maksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.
3. Media
Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik.
Semiotika
Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Eco, semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata-kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Semiotika, yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna (Sumber : Kompasiana).
Semiotika Charles Sanders Pierce
Dalam pandangan Charles S. Peirce, semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yang disebut Peirce sebagai teori segitiga makna atau triangle meaning theory (Kriyantono, 2006:263). Teori segitiga makna Peirce ini terdiri dari sign (tanda), object (objek), dan interpretant (interpretan). Menurut Pierce (dalam Sobur, 2002:115), salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Tanda adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas (Van Zoest, 1992:43). Pun menurut Peirce, sebuah tanda atau representasemen memiliki relasi triadic langsung dengan interpretan dan objeknya (Wibowo, 2011:14). Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Apa yang dikupas teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.
Semiotika, yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of science), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna (Scholes dalam Budiman, 2004:3). Semiotika komunikasi mengkaji tanda dalam konteks komunikasi yang lebih luas, yaitu melibatkan berbagai elemen komunuikasi. Jika kita mengikuti Pierce, maka semiotika tidak lain daripada sebuah nama lain dari logika, yakni “doktrin formal tentang tanda-tanda” (the formal doctrine of signs). Tanda dalam pandangan Pierce selalu berada di dalam proses perubahan tanpa henti, yang disebut proses semiosis tak terbatas, yaitu proses penciptaan rangkaian interpretan yang tanpa akhir. Artinya, pada gilirannya sebuah interpretan akan menjadi representamen, menjadi interpretan lagi, menjadi representamen lagi, dan seterusnya, ad infinitum.
Sebuah tanda atau representamen (representamen), menurut Pierce dalam Budiman (2004:25), adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu dinamakan sebagai interpretan (interpretant) dari tanda yang pertama, pada gilirannya mengacu kepada objek (object). Dengan demikian, sebuah tanda atau representamen memiliki relaisi triadik langsung dengan interpretan dan objeknya. Apa yang disebut sebagai proses semiosis merupakan suatu proses yang memadukan entitas yang disebut sebagai objek. Proses semiosis ini sering pula disebut sebagai signifikansi (signification).
Semiotika Ferdinans De Saussure
Saussure adalah salah satu tokoh yang sangat berjasa dalam pendekatan semiotik di sepanjang perkembangannya sampai saat ini. Oleh karena itu bidang semiotika visual perlu pula merunut jejak-jejak konseptualnya di dalam tradisi linguistik Saussurean yang selama ini dikenal dengan seperangkat konsep dikotomisnya yang khas.
Dikotomi yang pertama bersangkutan dengan perspektif linguistik itu sendiri sebagai sebuah disiplin keilmuan. Menurut pandangan Saussure dalam Budiman (2004:37), segala sesuatu yang berhubungan dengan sisi statik dari suatu ilmu adalah sinkronik. Linguistik, dengan perspektif sinkroniknya, secara khusus memperhatikan relasi-relasi logis dan psikologis yang memadukan terma-terma secara berbarengan dan membentuk suatu sistem di dalam pikiran kolektif. Analisis bahasa secara sinkronik adalah analisis bahasa sebagai sistem yang eksis pada suatu titik waktu tertentu, yang seringkali berarti “saat ini” atau kontemporer, dengan mengabaikan route yang telah dilaluinya sehingga dapat berwujud seperti sekarang. Segala konsep yang dikembangkan di dalam linguistik sinkronik Saussurean ini berkisar pada dikotomi-dikotomi tertentu, antara lain sintagmatik dan paradigmatik, serta penanda dan petanda.
a. Sintagmatik dan Paradigmatik
Segala sesuatu yang ada di dalam bahasa didasarkan atas relasi-relasi. Relasi-relasi ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu relasi sintagmatik dan paradigmatik. Sebuah sintagma merujuk kepada hubungan in praesentia diantara satu kata dengan kata-kata yang lain, di dalam ujaran atau tindak-tutur (speech act) tertentu. Karena tuturan selalu diekpresikan sebagai suatu rangkaian tandatanda verbal dalam dimensi waktu, maka relasi-relasi sintagmatik kadang disebut juga relasi-relasi linear (Saussure dalam Budiman, 2004: 43). Relasi paradigmatik, setiap tanda berada di dalam kodenya sebagai bagian dari suatu paradigma, suatu sistem relasi in absentia yang mengaitkan tanda tersebut dengan tanda-tanda lain, entah berdasarkan kesamaan atau perbedaannya, sebelum ia muncul dalam tuturan.
b. Penanda dan Petanda
Tanda (sign) merupakan satuan dasar bahasa yang niscaya tersusun dari dua relata yang tidak terpisahkan, yaitu citra-bunyi (accoustic image) sebagai unsur penanda (signifier) dan konsep sebagai petanda (signified). Penanda merupakan aspek material tanda yang bersifat sensoris atau dapat diindrai (sensible), di dalam bahasa lisan mengambil wujud sebagai citra – bunyi atau citra-akustik -, yang berkaitan dengan sebuah konsep (petanda). Hakikat penanda adalah murni sebuah relatum yang pembatasannya tidak mungkin terlepaskan dari petanda. Substansi penanda senantiasa bersifat material, entah berupa bunyi-bunyi, objek-objek, imaji-imaji, dsb. (Barthes dalam Budiman, 2004: 47).
Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes adalah tokoh strukturalis terkemuka dan juga termasuk ke dalam salah satu tokoh pengembang utama konsep semiologi dari Saussure. Bertolak dari prinsip-prinsip Saussure, Barthes menggunakan konsep sintagmatik dan paradigmatik untuk menjelaskan gejala budaya, seperti sistem busana, menu makan, arsitektur, lukisan, film, iklan, dan karya sastra. Ia memandang semua itu sebagai suatu bahasa yang memiliki sistem relasi dan oposisi. Beberapa kreasi Barthes yang merupakan warisannya untuk dunia intelektual adalah konsep konotasi yang merupakan kunci semiotik dalam menganalisis budaya, dan konsep mitos yang merupakan hasil penerapan konotasi dalam berbagai bidang dalam kehidupan sehari-hari.
Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak di pelajari bagaimana (humanity) memakai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasi (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidah hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem struktur dari tanda (Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53 dalam Sobur, 2009 : 15). Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh pada bidang-bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur, termasuk desain komunikasi visual. Dilihat dari sudut pandang semiotika, desain komunikasi visual adalah sistem semiotika khusus, dengan perbendaharaan tanda (vocabulary) dan sintaks (syntagm) yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni. Di dalam semotika komunikasi visual melekat fungsi „komunikasi. Yaitu fungsi tanda dalam menyampaikan pesan (message) dari sebuah pengiriman pesan (sender) kepada para penerima (receiver) tanda berdasarkan kode-kode tertentu. Meskipun fungsi utamanya adalah fungsi komunikasi mempunyai fungsi signifakasi (signification) yaitu fungsi dalam menyampaikan sebuah konsep, isi atau makna (Tinarbuko, 2009:xi).
Berdasarkan semiotika yang dikembangkan oleh Saussure, Barthes membagi dua sistem penandaan bertingkat, yang disebutnya sistem denotasi dan konotasi. Sistem denotasi adalah sistem pertandaan tingkat pertama, yang terdiri dari rantai penanda dan petanda, yakni hubungan materialitas penanda atau konsep abstrak di baliknya. Pada sistem konotasi atau sistem penandaan tingkat kedua rantai penanda/petanda pada sistem denotasi menjadi penanda, dan seterusnya berkaitan dengan petanda yang lain pada rantai pertandaan lebih tinggi. Pada dasarnya ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum dengan denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai harfiah, makna yang “sesungguhnya,” bahkan kadang kala juga dirancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikasi yang secara tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang ekplisit, langsung dan pasti. Makna denotasi dalam hal ini, adalah makna pada apa yang tampak. Misalnya, foto wajah Soeharto berarti wajah Soeharto yang sesungguhnya. Sedangkan konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eplisit, tidak langsung dan tidak pasti (artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan). Ia menciptakan makna-makna lapis kedua yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis, seperti perasaa, emosi atau keyakinan. Misalnya, tanda bunga mengkonotasikan kasih sayang atau tanda tengkorak mengkonotasikan tanda bahaya (Piliang, 2012 : 304).
Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang ekplisit, langsung dan pasti. Makna denotasi dalam hal ini, adalah makna pada apa yang tampak. Misalnya, foto wajah Soeharto berarti wajah Soeharto yang sesungguhnya. Sedangkan konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eplisit, tidak langsung dan tidak pasti (artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan). Ia menciptakan makna-makna lapis kedua yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis, seperti perasaa, emosi atau keyakinan. Misalnya, tanda bunga mengkonotasikan kasih sayang atau tanda tengkorak mengkonotasikan tanda bahaya (Piliang, 2012 : 304).
Tabel 2.1.9.1 Peta Tanda Roland Barthes
Metode Penelitian
Fokus Penelitian
Setelah peneliti memaparkan konsep-konsep , fokus penelitian dalam sebuah penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi, sehingga dengan pembatasan tersebut akan mempermudah penelitian dan dalam pengelolaan data yang kemudian menjadi sebuah kesimpulan. Dengan memperhatikan uraian sebelumnya serta bertitik tolak dari rumusan masalah, maka fokus penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
Penelitian yang digunakan analisis semiotika adalah ilmu tentang tanda, khususnya dari pandangan Roland Barthes, mengembangkan dua sistem penandaan bertingkat, yang disebutnya sistem denotasi dan konotasi yang dapat digunakan dalam mengenali dan memahami tanda-tanda/simbol serta makna yang ditampilkan dalam lirik lagu “Surat Untuk Tuhan”.
Deskripsi Hasil Penelitian
Tabel 4.2.1.1
Penerapan peta tanda Roland Barthes pada lirik lagu bait I
Surat Untuk Tuhan
Simbol
Signified (Penanda) Signifier (Petanda)
Berdiri tegak menantang puing-puing kesedihan Tetap tegar dan bertahan, tidak akan larut dalam kesedihan walaupun masalah menerpa hidup.
Denotative Sign (Tanda Denotatif)
Bercerita tentang bertahan hidup.
Denotative Signed (Penanda Konotatif) Denotative Signifier (Petanda Konotatif)
Lirik lagu menjelaskan akan sifat tegar saat menghadapi masalah Berani untuk melawan rasa sedih karena diterpa masalah
Conotative Sign (Tanda Konotatif)
Sikap untuk berjuang
Pada bait ini, pencipta lagu mencoba untuk menceritakan suasana hati korban kerusakan lingkungan alam. Bagaimana dampak dari perusakan alam di rasakan oleh korban seperti banjir, tanah longsor dan sebagainya karena kekayaan alam yang di keruk secara terus menerus. Namun masyarakat yang menjadi korban tetap bertahan dan melawan rasa sedih yang dirasakan.
Makna denotasinya adalah bercerita tentang bertahan hidup. Dalam teori Maslow (Goble, 73:1987) manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dalam hidup, salah satunya adalah kebutuhan akan rasa aman. Sebagaimana dikemukakan oleh Maslow “Orang yang selama tahun-tahun awalnya telah tumbuh aman dan kuat, cenderung akan terus aman dan kuat menghadapi segala bentuk ancaman”.
Makna konotasinya adalah sikap untuk berjuang. Maslow yakin dibutuhkan sejenis impian-impian tentang yang serba besar dan seseorang yang berani memancangkan tujuan yang sedemikian tinggi dapat dipastikan akan mengalami saat-saat ia merasa lemah karena ia menyadari kekuarangnnya. Namun harus diingat, bahwa manusia di saat mengalami saat-saat dicekam keraguan, ketakpastian dan rasa lemah tak berdaya, manusia harus tetap maju terus (Goble, 97:1987). Dalam surat Al-Balad ayat 4 dinyatakan “Manusia ialah makhluk yang hidupnya penuh perjuangan”. Ayat tersebut harus diartikan, bahwa mausia harus bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya, untuk kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam dan masyarakat di sekelilingnya (Djoko, 2010 : 81).
Pembahasan
Untuk mengingat kembali model semiotika Roland Barthes membahas pemaknaan atas tanda dengan menggunakan signifikasi dua tahap signifikasi yaitu mencari makna yang denotatif dan konotatif yakni makna sesungguhnya dan makna kiasan yang diterapkan dalam lagu “Surat Untuk Tuhan”.
Tabel 4.3.1 Peta Tanda Roland Barthes
Lagu “Surat Untuk Tuhan” merupakan sebuah lagu yang di ciptakan oleh vokalis grup KAPITAL, Akbar Haka. Lagu ini mengangkat tema tentang lingkungan khususnya di Kutai Kartanegara yang kian kritis keadaannya akibat dari praktek penebangan pohon dan perusahaan tambang yang menjadikan hutan di Kutai Kartanegara sebagai lahan untuk mengeruk batu bara dan perkebunan kelapa sawit.
Dalam lagu ini dapat ditemukan bait-bait yang bisa merepresentasikan pesan lingkungan yang terjadi di Kutai Kartanegara, seperti “Memandang alamku dari ketinggian, tampak danau buatan, entah kemana hutan? Apakah kita tak butuh udara?” dan “Rindu akan alam hijau membentang“, beberapa penggalan pada bait tersebut, KAPITAL ingin menyampaikan pesan pada generasi muda bahwa hutan di Kutai Kartanegara saat ini hampir kehilangan identitas dirinya sebagai hutan yang tumbuh subur dan lebat, saat ini hutan gundul semakin mudah kita jumpai.
Tidak secara keseluruhan bait dari lagu ini menyampaikan pesan lingkungan. Seperti pada bait “Manusia serakah seperti binatang” yang memiliki makna, bahwa manusia tidak pernah menemukan rasa puas, manusia selalu menginginkan hal yang lebih. Hal itulah yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan anarki, kriminal seperti memburu hewan secara liar, menebang pohon secara liar, melakukan segala cara untuk mewujudkan nafsunya. Pada bait yang lain seperti “Yang saling Terkam dan Menikam di pemerintahan” yang memiliki makna, bahwa inilah potret keadaan pemerintahan di Negeri Indonesia saat ini. Ketika masyarakat yang berjuang hidup di bawah garis kemiskinan membutuhkan perhatian dan pertolongan, justru pemerintah lupa dengan tugas utama mereka karena terlalu sibuk dengan kepentingan pribadi masing-masing.
Lirik lagu “Surat Untuk Tuhan” memiliki makna bahwa pemerintah sebagai pelaku utama akibat hancurnya lahan hutan di Kutai Kartanegara, masyarakat yang hidupnya bergantung dengan hutan menjadi tidak tahu entah kemana harus mencari mata pencaharian sebagaimana yang terdapat dalam bait lirik lagu “sebuah retorika keserakahan manusia dan ketamakan” dapat terlihat dengan jelas rasa kecewa, rasa amarah yang dipendam oleh masyarakat kepada pemerintah. Dimana pemerintah dianggap tidak mampu menjaga dan melestarikan hutan-hutan yang riwayatnya dulu merupakan harta kebanggan masyarakat sekitar. Namun karena penyalahgunaan kekuasaan, dan tergoda oleh praktek money politic, pemerintah seakan tidak ingin mengambil tindakan lebih jauh guna mengembalikan keadaan hutan seperti semula dan seakan tidak menaruh perhatian lebih terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan penebangan hutan secara liar.
Dalam setiap bait lirik yang ada di lagu “Surat Untuk Tuhan” ada pesan-pesan yang di sampaikan oleh KAPITAL didalam lagu tersebut kepada siapapun yang mendengarkannya yaitu sebagai warga pribumi yang tinggal di tanah yang subur kita harus menjaga kelestarian hutan, mampu memanfaatkan lingkungan tanpa harus merusaknya, karena hutan adalah bagian penting dari populasi kehidupan makhluk hidup, mampu menghasilkan udara yang segar dan sehat secara cuma-cuma, menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi seluruh makhluk hidup. Masyarakat juga harus turut berpartisipasi dalam upaya menjaga kelestarian hutan, mampu memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan penuh tanggung jawab tanpa merusak alam, sehingga hutan dan semua makhluk hidup yang ada di dalamnya dapat terus hidup tanpa mendapat ancaman dari tangan-tangan serakah manusia. Selain itu, manusia juga memerlukan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan kebutuhan mendasar adalah kebutuhan akan oksigen untuk bernapas yang hanya dihasilkan oleh pohon-pohon.
Representasi adalah tindakan menghadirkan atau merepresentasikan sesuatu baik orang, peristiwa, maupun objek lewat sesuatu yang lain di luar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol. Representasi ini belum tentu bersifat nyata tetapi bisa juga menunjukan dunia khayalan, fantasi, dan ide-ide abstrak (Hall, 1997: 28). Representasi dalam lagu “Surat Untuk Tuhan” menggambarkan situasi dan kondisi dimana alam lingkungan di sekitar kita saat ini semakin memprihatinkan, penduduk tradisional yang tinggal di kawasan hutan pun menjadi korban kerusakan alam, dan menceritakan suasana hati kita yang memiliki sanak saudara tetapi menjadi korban bencana alam akibat kawasan hutan yang dirusak.
Akbar Haka sebagai pencipta lirik lagu pada “Surat Untuk Tuhan” dianggap peneliti mampu mengemas susunan kalimat yang menyerupai puisi menjadi sebuah alunan nada yang bisa menarik perhatian bagi siapapun yang mendengarkan lagu ini. Ketika sebagian besar band Metal di Kalimantan dominan menciptakan lirik lagu yang bernuansa gelap seperti ; kematian, kiamat, kehidupan setelah mati dan lain-lain. Akbar justru berani berbicara seputar lingkungan alam yang ada disekitar kita, mencoba menepuk pundak generasi muda lewat sajak syair yang dia ciptakan agar mereka sadar apa yang akan mereka hadapi di waktu mendatang jika kita tidak mulai perduli dan berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk lingkungan alam.
Sebagian besar masyarakat umum enggan mendengarkan lagu Metal karna tempo lagu yang begitu cepat, vokal yang bernyanyi sembari berteriak sehingga artikulasi kata yang diucapkan tidak jelas didengar dan makna yang ada dibalik lirik lagu tersebut tidak tersampaikan kepada pendengar. Namun KAPITAL mencoba nuansa musik yang baru pada lagu “Surat Untuk Tuhan”, mengingat lagu ini mereka tujukan kepada generasi sekarang dan generasi muda di masa mendatang maka KAPITAL lebih memilih format akustik dimana hanya ada gitar akustik dan vokal yang mengalun di lagu “Surat Untuk Tuhan”. Dengan memilih nuansa akustik maka makna dan pesan yang terkandung didalam lirik lagu tersebut lebih mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat umum.
“Surat Untuk Tuhan” adalah sebuah media bagi Akbar Haka untuk memberikan tongkat estafet kepedulian kepada generasi muda karena rasa khawatir jika suatu saat hewan-hewan langka telah punah maka generasi muda di waktu mendatang hanya bisa melihat replika atau patung yang berbentuk hewan langka di museum, tidak bisa melihat pohon hijau tumbuh subur dan membentang di alam terbuka karena telah di tebang habis tak tersisa. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada Akbar Haka, makna dari kalimat ‘Surat Untuk Tuhan’ adalah penduduk yang menjadi korban kerusakan alam bercerita kepada Tuhan atas tragedi yang mereka rasakan, penduduk sudah bosan dan lelah dengan keserakahan manusia. Sedangkan makna sebenarnya adalah lagu “Surat Untuk Tuhan” diberikan kepada generasi sekarang agar lebih perduli kepada lingkungan alam agar generasi di masa mendatang mempunyai kesempatan untuk menghirup udara segar dari pohon yang tumbuh hijau, bisa melihat hewan satwa langka hidup dan berkembang dialamnya.
Tidak berlebihan rasanya jika KAPITAL mengangkat tema tentang lingkungan alam pada lagu “Surat Untuk Tuhan” yang merupakan lagu pada album “Symphoni Kegelapan”. Mengingat KAPITAL berasal dari Kabupaten Kutai Kartanegara yang dikenal memiliki kekayaan alam yang berlimpah, jika hasil alam tersebut dimanfaatkan dengan baik niscaya masyarakatpun mendapatkan kehidupan yang sejahtera. Namun fakta yang terjadi justru berbeda, sebagian besar hasil bumi dikuasai oleh orang-orang yang bukan penduduk asli Kutai Kartanegara seperti berita yang dikutip pada situs resmi Humas Kutai Kartanegara berikut ; “Kutai Kartanegara terkenal sebagai daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, tetapi Kutai Karatnegara juga dinilai sebagai salah satu daerah terparah yang mengalami kerusakan lingkungan di Kalimantan. Bahkan kerusakan lingkungan itu sudah terjadi sejak 1997. Tepatnya sejak izin kuasa penambangan batu bara dikeluarkan” (sumber : humas.kutaikartanegarakab.go.id).
Berdasarkan kutipan berita diatas, dapat disimpulkan bahwa KAPITAL menaruh rasa prihatin mereka tentang apa yang terjadi pada lingkungan alam disekitar kita, lewat lagu “Surat Untuk Tuhan” KAPITAL berharap setelah mendengarkan lagu tersebut manusia semakin peduli dengan lingkungan alam yang ada saat ini dan mau belajar untuk melestarikannya.
Dalam buku “Manusia, Kesehatan dan Lingkungan” (kusetiono, 2007:20) menyebutkan, begitu banyak dampak negatif yang dirasakan penduduk setempat apabila kerusakan hutan semakin tidak terhentikan seperti ancaman terserang penyakit ; malaria, penyakit kurang makan. Banyak pembangunan menggunakan lahan hutan yang menjadi hak tradisional penduduk untuk berladang dan mendapatkan kebutuhan hidup lainnya. Akibatnya mereka terdesak dan luas hutan yang tersedia untuk berladang semakin menyusut. Nisbah antara luas hutan dan penduduk menurun sehingga daur perladangan diperpendek, dengan ini kerusakan hutan meluas.
Fenomena yang terjadi pada lagu “Surat Untuk Tuhan merupakan sebab-akibat dari rusaknya alam. Penyebab dari fenonema ini adalah oknum-oknum yang serakah dan egois mulai dari kalangan pemerintahan hingga perusahaan yang berkoalisi untuk membuka hutan, dengan segala cara oknum tersebut mencoba merebut tanah milik penduduk. Akibatnya penduduk yang menjadi korban, hutan yang ditebang membuat mata pencaharian merekapun berkurang, keterbatasan ilmu dan pendidikan yang dimiliki penduduk membuat mereka tidak bisa berbuat banyak untuk melindungi lahan mereka. Manusia memiliki hak-hak dasar yang sama yang tidak boleh dihalangi manusia lain. Penindasan hak-hak dasar orang lain pada dasarnya adalah merendahkan derajat kemanusiaan (Hermianto, Minarno, 2008:47).
Kerusakan lingkungan hidup merupakan problema yang dialami umat manusia sekarang ini, bahkan isu tentang lingkungan alam merupakan satu dari tiga isu global saat ini, yaitu isu tentang HAM, demokrasi dan lingkungan. Beberapa masalah kerusakan alam antara lain sebagai berikut :
1. Terus menurunnya kondisi hutan Indonesia. Indonesia merupakan Negara dengan luas hutan terbesar disbanding Negara ASEAN lainnya. Namun bersama Filipina, Indonesia memiliki laju deforestasi tertinggi. Laju deforetasi yang pada periode 1985-1997 adalah 1,6 juta hektar per tahun meningkat menjadi 2,1 juta hektar per tahun pada periode 1997-2001. Salah satu akibatnya, jumlah satwa Indonesia yang terancam punah memiliki peringkattertinggi dibandingkan Negara ASEAN lainnya.
2. Citra pertambangan yang merusak lingkungan. Sifat usaha pertambangan, khususnya tambang terbuka (opening pit mining), selalu mengubah bentang alam sehigga memengaruhiekosistem dan habitat aslinya. Dalam skala besar akan mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Dengan citra semacam ini, usaha pertambangan cenderung ditolak masyarakat. Citra ini diperburuk oleh banyaknya pertambangan tanpa izin (PETI) yang sangat merusak linkungan (Hermianto, Minarno, 2008:185).
Kesimpulan
Lagu “Surat Untuk Tuhan” merupakan sebuah lagu yang di ciptakan oleh vokalis grup KAPITAL, Akbar Haka. Lagu ini mengangkat tema tentang keadaan lingkungan alam yang telah kehilangan pesonanya karena penambangan batu bara, dan penebangan pohon secara liar yang terjadi di hutan-hutan khususnya di Kabupaten Kutai Kartanegara. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Representasi pesan lingkungan dalam lagu “Surat Untuk Tuhan”m dikomunikasikan melalui beberapa bentuk simbol. Pesan lingkungan hanya dihubungkan dengan simbol hutan yang hampir tiada. Hampir seluruh bait menggambarkan simbol-simbol yang mempresentasikan keadaan lingkungan yang sebenarnya.
2. Representasi lagu “Surat Untuk Tuhan” menceritakan keadaan realitas kehidupan lingkungan alam yang terjadi di Kutai Kartanegara. Secara denotasi dalam lagu “Surat Untuk Tuhan” adalah sebuah pesan yang disampaikan kepada generasi sekarang untuk peduli dengan lingkungan alam yang dimiliki saat ini, agar kelak generasi muda di masa mendatang menjadi pewaris alam dan satwa yang kita miliki, kini hingga nanti.. Sedangkan secara konotasi dalam lagu “Surat Untuk Tuhan” adalah sebuah cerita yang di sampaikan manusia kepada Tuhan, tentang keadaan yang terjadi saat ini. Dengan penuh harapan dalam doa, manusia ingin melihat kembali alam yang dulu pernah tumbuh subur.
Saran
Studi analisis semiotika lirik lagu membawa sejumlah permasalahan dan sekaligus masukan yang dapat dijadikan sebagai rujukan dan catatan kritis seputar penelitian ini. Adapun saran yang hendak dikemukakan:
1. Melalui lagu “Surat Untuk Tuhan” karya KAPITAL diharapakan untuk siapa pun yang mendengarkan, dapat memahami dan merasakan apa yang terjadi di hutan Indonesia terutama di pulau Kalimantan sebagai paru-paru dunia. Sehingga manusia memiliki kesadaran dan niat untuk menjaga alam dan melestarikannya.
2. Menjaga lingkungan dapat di lakukan bahkan dengan hal sederhana seperti; tidak membuang sampah di sembarang tempat, menggunakan listrik secukupnya, menyalakan lampu pada malam hari saja, sampai menanam pohon kecil. Walaupun melakukan tindakan sederhana tersebut tetapi mampu memberikan pengaruh luar biasa untuk pelestarian lingkungan. Terutama jika generasi muda mulai menjalankan kebiasaan hidup sehat dan hemat, maka lingkungan akan tetap terjaga hijau, bersih dan sehat.
Daftar Pustaka
Ainain, Imad. 2009. Doa Mustajab. Jakarta: Aula Pustaka.
Budiman, Kris. 2004. Semiotika Visual. Buku Baik. Yogyakarta.
Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Goble, G, Frank. 1987. Mazhab Ketiga. Yogyakarta: PENERBIT KANISIUS.
Hall, Stuart. 1997. Representation’s Meaning. Jakarta: Gramedia.
Hamzah, Andi. 2008. Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta: Sinar Grafika.
Herminanto dan Winanrno. 2007. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group.
Mako, Awe. 2003. Iwan Fals Nyanyian Ditengah Kegelapan. Yogyakarta: Ombak.
Piliang,Amir,Yasraf. 2012. Semiotika dan Hipersemiotika. Bandung : MATAHARI.
Tim Seni Musik SMA, Pendidikan Seni Musik I (Untuk SMA Kelas I). Bekasi: PT. Galaxy Puspa Mega.
Tim Seni Musik SMP, Seni Musik (Untuk SMP Kelas 2). Bekasi: PT. Galaxy Puspa Mega.
Tinarbuko, Sumbo. 2009. Semiotika Komunikasi Visual Edisi Revisi. Yogyakarta : Jalasutra.
Setiono, Kusdwiratri. 2007. Manusia, Kesehatan dan Lingkungan. Bandung: Alumni.
Siahaan. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta: Erlangga.
Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.
Soemarwoto, Otto. 2003. Kemanakah harus melangkah?. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Solchan, Soedjito. 1993. Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia.
Suprapto, Tommy. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi dan Peran Manajemen dalam Komunikasi. Yogyakarta: CAPS.
Supriatna, Jatna. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis
Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Widagdho, Djoko. 2010. Ilmu Budaya Dasar.Jakarta : Bumi Aksara.
Zoezt, Aart Van & Panuti Sudjiman. 1992. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Pustaka Utama Gramedia.
Sumber dari internet :
http://www.reverbnation.com/kapital
http://bahasa.kompasiana.com/2012/04/13/analisa-semiotika-454097.html
http://bahasa.kompasiana.com/2012/11/22/perkembangan-semiotika-dan-komunikasi-511007.htm l
http://www.referensimakalah.com/2012/03/langage-langue-dan-parole-menurut_7945.html
Kusuma, Bayu Adi. 2007. Informasi, Pesan, dan Makna. Online.
http://green.kompasiana.com/penghijauan/2013/04/29/7-alasan-harus-menabung-pohon-555876.html
http://ciricara.com/2013/02/27/anas-siap-buka-bukaan-soal-ibas-dalam-kasus-hambalang/
http://trinanda.wordpress.com/2011/06/06/konflik-politik-partai-demokrat-kegagalan-manajemen-komunikasi-politik-partai/
http://humas.kutaikartanegarakab.go.id/read/news/2014/8998/-dampak-lingkungan-akibat-penambangan-batubara.html
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang advertisement tentang bengbeng bahasa inggris
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Neo Rheumacyl Neuro untuk Obat Nyeri, Kebas, Kesemutan dan Kram
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka contoh marketing : ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/.../Jurnal%20Fajrina%20Melani%...
No comments:
Post a Comment