Teknik Menulis Naskah Iklan |
Teknik Menulis Naskah Iklan
contoh naskah iklan produk - Masalah menarik perhatian atau tidak dari sebuah iklan, tidak terletak pada kelengkapan unsur iklan, melainkan pada isi pesan itu sendiri. Oleh karena itu, cara menulis pesan sehingga menghasilkan pesan yang menarik menjadi penting untuk dipelajari. Sebab melalui teknik penulisan ini, naskah disusun dengan lebih baik.
Teknik Penulisan Ad Headline
Karena berfungsi untuk menarik perhatian, maka judul sebuah iklan harus dipilih dan dirancang dari kata atau kalimat yang benar-benar mampu menarik perhatian. Menarik perhatian siapa? Tentu saja menarik perhatian audiens, bukan si pembuat iklan. Bila iklannya berupa iklan cetak baik above the line maupun below the line, maka headline tersebut harus mampu menarik perhatian pembaca. Bila iklan radio harus mampu menarik perhatian pendengarnya. Bila iklan televisi, maka menarik perhatian pemirsa. Bila iklan di internet, tentu juga harus bisa menarik perhatian user.
70%–80% keberhasilan iklan ditentukan judul. Mengingat besarnya fungsi judul, tak mengherankan seorang penulis naskah iklan akan menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan judul. Berikut ini beberapa pedoman dasar untuk membuat judul:
1. Judul Harus Menarik
Daya tarik sebuah judul harus didasarkan pada perspektif audiens. Artinya, judul harus didasarkan pada sesuatu yang benar-benar menarik audiens. Apa yang dirasa menarik oleh komunikator belum tentu akan dianggap menarik oleh komunikan. Oleh karena itu, jangan pernah merasa terlalu percaya diri menulis sesuatu hal yang menarik perhatian menurut kita sendiri, sebelum tahu bahwa apa yang kita tuliskan tersebut benar-benar membuat audiens tertarik. Setiap kelompok komunikan memliki referensi tersendiri tentang apa yang dianggapnya menarik. Untuk itu, pembuat iklan perlu melakukan pemetaan banyak hal tentang audiens. Dalam bahasa komunikasi pemasaran, pemetaan ini sering disebut dengan segmentasi konsumen.
Philip Kotler (1999) membuat sebuah pengkategorian audiens yang cukup baik di mana khalayak dibagi berdasar variabel geografis, demografis, psikografis, dan perilaku. Variabel geografis meliputi di mana audiens tinggal. Antara lain apakah di kota atau di desa, di daerah yang beriklim panas, dan lain sebagainya. Wilayah demografis berhubungan dengan aspek kependudukan, antara lain umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama dan kebangsaan. Variabel psikologis meliputi aspek kepribadian, status sosial dan gaya hidup. Sementara aspek perilaku meliputi tingkat pemakaian produk, status kesetiaan terhadap produk, dan sebagainya.
Dengan demikian, aspek menarik dari sebuah judul iklan bagi audiens perlu didasari pada kelompok mana yang dibidik dari iklan tersebut.
2. Judul Sebaiknya Singkat
Judul iklan tidak perlu berpanjang-panjang, tetapi sebaiknya dibangun dari kalimat yang singkat saja. Gunakan sedikit kata, namun sarat dengan makna. Judul yang terlalu panjang, kemungkinan dilirik audiens akan kecil.
Lalu, berapakah jumlah kata yang digunakan agar disebut singkat? Dahulu, saat jumlah media masih sedikit dan pesan yang dimuat juga terbatas, disebut dengan singkat berkisar 10 sampai 12 kata. Apalagi, kehidupan saat itu belum kompleks seperti sekarang. Orang masih mau memberikan perhatian hingga judul yang berkisar 12 kata. Namun, ketika jumlah media dan jumlah pesan yang dibuat makin bertambah, sementara kehidupan masyarakat makin kompleks, masalah yang dihadapi bertambah, dan audiens tidak lagi memiliki cukup waktu. Mereka cenderung membaca pesan dengan tergesa-gesa. Oleh karena itu, panjang-pendeknya ad headline juga ikut berubah. Ia tidak lagi berjumlah 10–12 kata, namun kurang dari itu, yaitu 5–8 kata dalam satu kalimatnya. Atau, setidaknya pembaca tidak kehabisan napas untuk membaca sebuah ad headline. Artinya, dengan satu kali tarikan napas, pembaca sudah dapat membaca judul hingga selesai. Oleh karena itu, sebaiknya jumlah kalimat yang digunakan dalam sebuah judul, tidak lebih dari dua kalimat pendek. Bila pesan dapat dinyatakan dengan tuntas dalam satu kalimat, judul tidak perlu dipaksakan menjadi lebih dari satu kalimat.
3. Kalimat Padat Makna
Seorang copywriter harus mampu memilih diksi yang paling tepat untuk menggambarkan maksud pesan. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa yang baik mutlak diperlukan untuk menjadi seorang copywriter.
4. Menggunakan Bahasa Sederhana
Selain singkat dan padat, ad headline harus sederhana. Artinya, diksi yang digunakan harus dapat dengan mudah dicerna oleh audiens. Ingatlah, audiens sudah punya banyak masalah yang menyita perhatian dalam hidupnya. Oleh karena itu, jangan dibebani lagi dengan masalah baru berupa judul yang sulit dimengerti.
5. Langsung pada Maksud Pesan
Sebaiknya pesan iklan disampaikan dengan tidak berbelit-belit. Judul yang berbelit, menyebabkan pembaca berkerut keningnya memeras otak lebih keras guna memahami iklan. Biasanya, hal seperti ini akan menyebabkan pembaca malas memerhatikan iklan kita hingga selesai. Teknik penulisan iklan yang langsung pada maksud pesan disebut dengan hardcopy. Istilah ini juga sering disebut dengan teknik hardsell.
Dalam perkembangan di dunia periklanan, ada sebagian orang yang menganggap teknik hardcopy sebagai teknik membodohi khalayak. Seakan-akan khalayak tidak cukup pandai untuk mengartikan pesan, sehingga harus dibuat langsung pada pokok pesan. Anggapan seperti itu, tidak sepenuhnya keliru. Apalagi, iklan yang langsung menyampaikan pokok pesan kadang dianggap sebagai iklan yang biasa-biasa saja, bahkan tidak membuat cerdas audiens. Oleh karena itu, wajar bila pada akhirnya di tengah masyarakat dikembangkan iklan yang bercorak softcopy atau yang disebut pula dengan istilah softsell. Yaitu iklan yang dalam penyampaiannya tidak langsung pada pokok pesan yang ingin disampaikan.
Menjual sabun tidak perlu dengan mengatakan, “Belilah sabun ini!” namun bisa menggunakan kalimat, “Sabun pesona bintang film dunia.” Kalimat iklan yang pertama disebut dengan hardsell, sedangkan yang kedua disebut dengan softsell. Penulisan iklan softsell harus dijaga agar tidak membuat pembaca tidak paham dengan isi pesan.
6. Merangsang Minat
Bila suatu judul iklan gagal menjadi stimulan kuat, pesan yang lain akan segera menenggelamkannya. Untuk menggambarkan iklan roti yang enak, bisa mengganti kata “lezat” dengan “lezaaaaaaaaaat”. Apalagi, jika ditambahi dengan kata “hmmmm……” tentu akan jauh berbeda kesan yang ditimbulkan bila hanya ditulis dengan “lezat” biasa. Apalagi, bila ditunjang dengan pemilihan tipografi yang menarik dan luwes, serta gambar yang sesuai, tentu akan makin menimbulkan pesan kuat bahwa roti itu memang sangat lezat.
7. Provokatif
Dalam dunia periklanan, isitilah provokatif dapat menjadi kekuatan penting apakah pesan yang kita buat dapat berpengaruh sesuai rencana ataukah tidak. Dalam iklan, provokasi justru menjadi hal penting, mengingat arti provokasi itu sendiri adalah mengajak secara kuat. Pesan yang tidak provokatif membuat pesan kita lambat menghasilkan pengaruh.
8. Bombastis
Bombastis dalam arti menimbulkan pukauan yang hebat kepada audiens. Sebagai upaya untuk menarik perhatian yang kuat, bombastis merupakan cara yang baik. Akan tetapi, perlu dijaga agar bombastis yang dibangun tidak terlalu berlebihan, melebihi kadar yang diterima audiens. Bombastis yang dibangun dalam iklan harus diatur kadarnya agar tetap dalam konteks yang dapat diterima atau masuk akal.
9. Ditulis Mencolok
Mencolok artinya bisa dengan ukuran huruf yang lebih besar, juga dengan warna yang lebih baik. Hal ini diperlukan untuk menarik perhatian dan mudah ditangkap oleh audiens.
Macam-Macam Ad Headline
Dalam dunia penulisan iklan, ad headline dapat ditulis dengan sangat bervariasi. Berbagai macam bentuk headline dalam iklan dikembangkan tidak hanya dari dunia periklanan sendiri, tetapi juga diperkaya dari bidang ilmu yang lain, misalnya jurnalistik dan propaganda. Beberapa macam variasi ad headline adalah sebagaimana berikut:
1. Benefit Ad Headline
Yaitu judul iklan yang memberikan keuntungan apa saja baik langsung maupun tidak langsung pada konsumen. Ada tiga jenis keuntungan, yaitu keuntungan ekonomis, sosial, dan psikologis.
2. News Ad Headline
Seperti halnya dalam jurnalistik, news ad headline adalah judul yang mempunyai arti membawa berita atau menginformasikan sesuatu kepada khalayak. Judul ini cocok untuk memperkenalkan produk baru, menyampaikan tentang perubahan atau penambahan fungsi produk, pemberitahuan sebuah event, dan lain sebagainya.
3. Selective Ad Headline
Yaitu headline yang seakan-akan memilih khalayaknya sendiri. Headline jenis ini memiliki ciri khas seolah-olah iklan yang disampaikan hanya untuk target tertentu. Misalnya adalah: Untuk Pria Pemberani.
4. Curiousity Ad Headline
Judul jenis ini berarti membangkitkan keingintahuan atau rasa penasaran audiens. Harapannya, dengan membaca judul ini pembaca akan tertarik untuk mengetahui lebih jauh jawaban dari teka-teki yang disampaikan.
5. Reverse Benefit Ad Headline
Yaitu ad headline yang mengungkapkan keuntungan atau menyampaikan sisi baik suatu produk namun dinyatakan dengan cara terbalik. Mengingat cara penyampaiannya seperit ini, reverse benefit termasuk headline iklan yang membutuhkan kecerdasan audiens yang lebih. Hanya mereka yang memiliki kemampuan logika sajalah yang diperkirakan dapat menerima isi pesan. Contoh: Coba Kalau Ikut Asuransi Kami, Pasti Tak Jadi Rugi Besar!
6. Puns/Gimmick Ad Headline
Puns atau Gimmick Headline adalah judul iklan yang menggunakan permainan kata, sehingga gimmick berfungsi sebagai rekayasa kesan dalam persepsi khalayak. Mungkin produk yang dihasilkan tidak ada bedanya dengan yang lain, atau tidak ada sesuatu yang baru dalam produk tersebut, namun dengan permainan kata, terkesan produk tersebut memiliki citra yang berbeda. Oleh karena itu, bagi yang jeli, teknik gimmick kadang dianggap sebagai teknik yang menipu, karena hanya sebuah trik pemasaran, bukan karena perbedaan esensial dari produk yang ditawarkan.
Misalnya dalam iklan produk Aqua yang menggunakan judul “Aquality”. Sehingga, ketika dibaca secara keseluruhan akan menggabungkan dua hal, yaitu Aqua dan Quality. Akan sulit membedakan (kecuali dengan hasil tes laboratorium) bahwa kualitas aqua lebih baik dari yang lain, akan tetapi, dengan hanya menggunakan permainan kata-kata seperti itu, Aqua dapat menanamkan citra kualitas bagi produknya, berbeda dengan produk air mineral lainnya.
7. Fear Ad Headline
Yaitu judul iklan yang seolah-olah menakut-nakuti audiens sehingga mereka takut dan mengikuti apa yang dipesankan oleh pengiklan. Biasanya menggunakan kata “awas!” dalam iklannya. Namun, pemakaian judul semacam ini perlu ekstra hati-hati mengingat bila tingkat ketakutan yang diciptakan terlalu berlebihan, maka audiens malah akan sangat takut melihat iklan kita. Headline ini cocok untuk produk atau ide yang berkaitan dengan keinginan khalayak untuk mendapatkan kepastian hidup dan masa depan, keselamatan, keamanan dan kesehatan.
8. Text Display Ad Headline
Headline text display adalah teknik penulisan judul yang menggunakan beberapa baris kata/kalimat, sehingga kumpulan kata atau kalimat tersebut menjadi sebuah display, seperti dijejer dan dipajang seperti memamerkan barang dalam etalase toko. Meski melibatkan beberapa kalimat, namun sebaiknya tidak terlalu banyak. Sarannya, hanya empat kalimat saja maksimalnya. Bila terlalu panjang, akan mengurangi minat audiens untuk membaca.
9. Quotation Ad Headline
Yaitu headline yang seolah-olah diambil dari ucapan seseorang, kalimat dalam kitab suci, buku, dan lain sebagainya. Agar iklan lebih bisa dipercaya publik, cuplikan tersebut harus memiliki kredibilitas tinggi di masyarakat.
10. Slogan
Yaitu menggunakan rangkaian kata-kata tertentu untuk membangun keyakinan, kebanggaan, semangat dan atau kecintaan. Ada sejumlah pedoman yang perlu diperhatikan dalam membuat slogan.
Pertama, slogan harus mampu membangun keyakinan, kebanggaaan, semangat, dan kecintaan.
Kedua, slogan harus menarik.
Ketiga, slogan harus ringkas dan sederhana. Kalimat slogan tidak perlu panjang-panjang. Semakin pendek semakin baik.
Keempat, slogan harus mengandung nilai yang dalam, atau penuh makna.
Kelima, slogan harus enak untuk diucapkan. Menggunakan bahasa campuran misalnya bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris, atau bahkan bahasa daerah sehari-hari juga tidak apa-apa.
Keenam, slogan akan lebih menarik bila menggunakan kata-kata yang unik.
Ketujuh, slogan sebaiknya mencerminkan semangat, kualitas, cita-cita, harapan, dan visi-misi produsen dan produk. Contoh slogan legendaris adalah milik Tempo, yaitu Enak Dibaca dan Perlu.
Slogan yang baik, bisa dimanfaatkan menjadi beragam ide iklan yang luar biasa. Seperti slogan Axe dengan The Axe Effect. Dari slogan bisa ditarik puluhan, ratusan bahkan ribuan series of campaign yang menggambarkan berbagai macam efek Axe pada berbagai macam hal.
11. Question Headline
Headline jenis ini mencoba berkomunikasi dengan audiens dengan cara memberikan pertanyaan. Agar judul dalam iklan ini lebih istimewa, maka pertanyaan yang digunakan haruslah sesuatu yang berkaitan dan menyinggung suatu hal yang bernilai bagi audiens. Yang paling melegenda adalah: Sudahkah Anda Minum Yakult Hari ini?
12. Command Headline
Yaitu headline yang memerintahkan audiens untuk melakukan sesuatu. Apabila dalam judul hanya diberikan perintah yang belum lengkap, maka kejelasan perintah tersebut dituliskan dalam sub headline atau dalam naskah. Misalnya: Jangan Pergi di Hari Minggu! Ada Sinetron Seru di SCTV.
13. Teaser Headline
Yaitu headline yang seolah-olah menantang siapapun yang membaca iklan tersebut. Dalam judul seperti ini, pesan dapat berisi membangkitkan keingintahuan, berkesan meremehkan, atau meragukan kemampuan dan keberanian audiens. Contohnya adalah: Anda Tak Akan Berani Memilikinya.
14. You and I Headline
Yaitu headline yang mengajak audiens berdialog degan pembuat iklannya. Jadi, dalam judul ini komunikator atau pengiklan berkesan mengajak khalayak bercakap-cakap seperti sedang berkomunikasi dua arah secara langsung. Contoh paling legendaris adalah poster perekrutan tentara di Amerika, yaitu: I Want You for U.S. Army.
15. Claim Ad Headline
Yaitu teknik penulisan judul yang menyatakan bahwa diri komunikator adalah yang paling superior alias paling segalanya-galanya. Untuk menandai judul dengan teknik klaim semacam ini sangat mudah. Lihat saja bahasa yang dipakai dalam iklannya, yaitu ditandai dengan menggunakan kata-kata: paling, nomor satu, satu-satunya, tidak ada duanya, super, dan semacamnya. Selain itu, dapat pula menggunakan awalan “ter….” untuk kata yang digunakannya. Penggunaan teknik klaim sekaligus untuk membangun imej sebagai produk yang paling baik dibanding pesaing. Contoh: Kecap Paling Enak.
16. Identification Headline
Yaitu headline yang langsung menyebutkan identitas, nama atau merek dari produk yang ditawarkan. Headline ini akan menarik apabila identitas, nama atau merek produk sudah luas dikenal. Iklan dengan teknik identifikasi ini tidak menguntungkan apabila identitas tersebut sebelumnya belum tentu dikenal luas oleh masyarakat. Oleh karena itu, dalam teknik Identification Headline, identitas yang akan digunakan harus telah dikenal secara luas terlebih dahulu. Misalnya untuk iklan Nike, Adidas, BMW, Apple, dan semacamnya.
17. Headline Gambar dan Keterangan
Yaitu hanya menggunakan perpaduan antara gambar dan keterangan dengan tulisan di dekatnya. Judul semacam ini sebenarnya menyandarkan diri pada kekuatan gambar. Oleh karena itu, pemilihan gambar harus benar-benar sesuatu yang menarik.
TEKNIK PENULISAN SUB AD HEADLINE
Sub judul adalah bagian iklan yang bertugas menjabarkan pesan lebih jauh yang terdapat dalam judul. Jadi, bila ide kita tidak cukup dituangkan dalam sebuah judul, kita bisa menuliskan secara lebih lengkap dalam sub judul iklan.
Dalam penyampaian pesan iklan, sub judul memiliki tugas memelihara perhatian yang telah diperoleh dari audiens setelah menerpa judul, untuk terus dilanjutkan dan digiring menerpa body copy dan seluruh bagian dalam iklan. Kurangnya daya tarik sub judul dapat terjadi karena isi pesan bagian ini tidak menarik, bisa pula kata atau kalimat yang digunakan tidak bagus atau indah dan dapat pula karena sub judul ditulis terlalu panjang.
Umumnya, sub judul digunakan untuk menjabarkan judul. Tetapi, fungsi ini tidak menjadi sebagai sebuah keharusan, karena ada pula sub judul yang dibuat bukan dimaksudkan sebagai kelanjutan judul, melainkan menulis sesuatu yang seolah tidak ada keterkaitannya sama sekali dengan judul.
TEKNIK PENULISAN BODY COPY
Body copy adalah bagian iklan yang berisi uraian detail atau inti dari sebuah iklan. Karena berisi pesan yang lebih lengkap, secara fisik body copy lebih panjang dibanding judul dan sub judul. Meskipun lebih rinci, dalam pembuatan body copy tidak bisa sekehendak hati dan kemudian menjejalkan seluruh pesan. Patokan-patokan dalam penulisan body copy adalah sebagaimana berikut:
Perhatikan ekonomi kata, yaitu menggunakan sedikit mungkin kata atau kalimat, namun tetap dapat mengandung makna yang sama dengan yang kita kehendaki.
1. Powerful.
Kata yang dipilih hendaknya dapat menimbulkan daya tarik yang luar biasa.
2. Jelas dan Informatif.
Usahakan semaksimal mungkin agar audiens dapat langsung mengetahui isi pesan yang kita sampaikan secara jelas dengan informasi yang cukup.
3. Jujur dan Dapat Dipercaya.
Semua yang disampaikan dalam iklan harus dapat dipercaya kebenarannya. Meski mengejar penjualan, iklan tidak boleh sekali-kali menipu. Dalam prinsip kejujuran iklan, pengiklan diperbolehkan melakukan teknik message cropping. Yaitu sebuah cara di mana informasi yang disampaikan oleh pengiklan boleh tidak seluruhnya, melainkan hanya sebagian tertentu saja. Jadi, pengiklan hanya menyampaikan sebagian pesan, sementara informasi yang lain disimpan. Dalam iklan, pengiklan boleh hanya menyampaikan keunggulan produk, sementara sisi kelemahan produk tidak disampaikan.
4. Mengarah pada Tujuan Iklan.
Isi pesan iklan sebaiknya langsung pada tujuan iklan. Penyampaian pesan iklan yang tidak langsung cenderung hanya membingungkan audiens dan membuat potensi munculnya salah tafsir.
Yaitu agar pesan iklan mampu meninggalkan kesan yang dalam di benak audiens. Kesan dramatis dapat dibangun dengan bantuan pemilihan kata dan desain.
5. Mudah Diingat.
Tanpa mampu diingat oleh audiens, pesan tidak akan memiliki arti, karena dimungkinkan pesan semacam ini tidak akan menimbulkan pengaruh dalam diri audiens. Sebab lamanya pesan tersebut diingat dapat diharapkan mempengaruhi persepsi, sikap, dan perilaku audiens sesuai dengan kehendak pengiklan.
Dalam dunia periklanan, teknik untuk penulisan body copy adalah sebagaimana berikut:
6. Straightforward Copy
Teknik penulisan naskah semacam ini adalah penulisan dengan cara di mana si pengiklan menceritakan diri sendiri secara sederhana, logis dan apa adanya. Teks ini hanya menceritakan tentang fakta dengan cara yang dapat dipahami audiens. Teks ini tidak bergaya dan menghindari gaya retoris. Cara semacam ini dimaksudkan agar iklan dicitrakan lebih jujur, polos, dan tidak dinilai mengada-ada. Sekalipun demikian, teknik semacam ini memiliki kelemahan. Yaitu, iklan menjadi terasa datar, karena tidak ada gaya di sana. Oleh karena itu, semua kata yang digunakan dalam iklan harus benar-benar selektif. Tiap kata yang dipilih harus powerful, mampu mempersuasi audiens secara kuat. Dengan demikian, sekalipun sederhana dan berkesan ‘datar’, iklan tetap terasa menarik dan persuasif.
7. Story Copy
Copy ini dimulai dari cerita human interest, disusul dengan dengan inti pesan iklan. Human interest adalah cerita yang ringan, namun mampu menggugah perasaan atau emosi pembaca. Entah emosi sedih, bahagia, riang, marah, cinta, simpati, dan sebagainya. Jadi, cerita human interest ini dimaksudkan untuk memancing keterlibatan audiens scara lebih dalam pada isi pesan. Dengan demikian, sasaran utama yang dibidik dalam teknik ini adalah aspek perasaan pembaca.
Sekalipun menarik, teknik story copy memiliki kelemahan. Karena story copy umumnya membutuhkan tulisan yang agak panjang. Bagi audiens yang tidak terlalu memiliki banyak waktu dan kesabaran untuk segera mengetahui isi iklan, pesan semacam ini akan membosankan.
8. You and Me Copy
Jenis ini adalah seolah-olah pengiklan sedang berhadap-hadapan dengan audiens dan mengajak mereka bercakap-cakap. Teks ini menganggap pembaca sebagai makhluk hidup, bukan sebagai benda mati yang cukup diberi atau dikirimi pesan lalu selesai. Jadi, pada prinsipnya, teknik ini berusaha membuat iklan lebih komunikatif dengan audiens.
9. Imagination Copy
Imagination copy juga merupakan teknik menuliskan teks iklan dengan menggunakan cerita. Hanya saja yang membedakan dengan story copy, cerita dalam imagination copy bersifat khayal yang tidak ada dalam kehidupan nyata namun dibuat sedemikian rupa hingga seperti sebuah kenyataan yang sungguh-sungguh ada. Misalnya cerita tentang superhero, Cinderella, sapi yang bisa menari, dan lain sebagainya. Teknik ini cocok diperuntukkan bagi target audiens anak-anak. Pada pada usia ini, umumnya mereka menyukai segala sesuatu yang berkaitan dengan cerita dan dongeng imajinatif.
10. Factual Copy
Yaitu teks yang ditulis tentang fakta yang sesungguhnya. Isinya dapat bergaya berita, laporan mendalam, maupun human interest. Pada teknik ini, tidak melibatkan gaya penulisan yang bersifat prosa, yang menekankan keindahan kata dan bahasa namun dengan gaya jurnalistik. Isi pesan yang diangkat pun merupakan sesuatu hal yang benar-benar nyata dan bisai dijumpai di tengah-tengah masyarakat, sehingga mereka akan percaya pada pesan iklan.
11. Fact-plus-style Copy
Teknik ini hampir sama dengan factual copy, namun dalam menyampaikan informasinya ditambah dengan lifestyle tertentu. Misalnya pakaian tidak lagi dijual karena fungsinya menutup aurat, namun juga sebagai sebuah gaya hidup.
12. Forthright Copy
Pada teknik ini, pengiklan tidak hanya menampilkan keunggulan produk, tetapi diungkap pula kelemahan-kelemahannya. Informasi tentang kelemahan produk justru digunakan untuk memperkuat pesan secara keseluruhan. Dalam dunia periklanan, teknik semacam ini tidak banyak digunakan.
13. Superlatif Copy
Pengiklan menuliskan kelebihan dan keunggulan produk secara berlebihan. Berlebihan yang dimaksud tidak sekadar menggunakan kata ‘paling’ dalam pesannya, namun lebih dari itu. Karena bersifat melebih-lebihkan, teknik superlatif sering berkesan membual. Apa yang disampaikan dalam iklan sering dicurigai tidak sama dengan kenyataan. Seperti menjual kecap, selalu mengklaim diri nomor satu. Rasa-rasanya tidak pernah ada orang yang menjual kecap nomor dua.
14. Teaser Copy
Yaitu teks iklan yang seolah-olah mengejek, menantang, menyepelekan atau meragukan keberanian pembaca. Bagi kelompok sasaran yang memiliki karakteristik suka terhadap tantangan, teknik semacam ini cukup berhasil karena akan direspons dengan baik.
15. News Page Copy
Yaitu teks iklan yang ditulis sebagaimana sebuah berita. Seluruh space dipenuhi dengan pesan verbal. Sementara ilustrasi digunakan secara minimal. Jadi, karena lebih banyak tulisan dibanding ilustrasi, teknik ini dalam sisi desain visual disebut pula sebagai copy heavy. Biasanya, karena naskahnya cukup panjang, maka khalayak tidak akan segera mengetahui seluruh pesan iklan, kecuali membacanya hingga tuntas. Oleh karena itu, perlu dijaga gar naskah tersebut tidak membosankan. Kalimat-kalimat yang digunakan dalam naskah harus dibuat menarik, sehingga khalayak tergelitik untuk tetap bersedia membaca seluruh pesan hingga titik terakhir. Selain itu, perlu diperhatikan pula tipografi dan layout yang digunakan agar naskah tidak terkesan sangat berat dan membosankan.
16. Card Copy
Yaitu naskah iklan yang menggunakan sedikit kata atau kalimat dengan gambar yang dominan. Jadi, seperti memiliki kartu ucapan yang hari raya atau tahun baru. Teknik ini cukup bagus dipergunakan mengingat audiens biasanya tidak punya banyak waktu.
17. Humourus Copy
Yaitu teks iklan yang melibatkan aspek humor atau sesuatu yang lucu, sehingga membuat pembaca tersenyum gembira bahkan tertawa. Jadi, ada percampuran antara advertisement dan entertainment, sehingga penggabungan dua hal itu disebut dengan advertainment.
18. Poetic copy
Yaitu teks bergaya puisi. Menonjolkan keindahan kalimat. Gaya puisi yang digunakan dapat meliputi pantun, syair, dan berbagai jenis prosa lainnya. Pada teknik ini, diperlukan kemampuan gaya bahasa yang memadai.
19. Competitive Copy
Yaitu teks iklan yang mengetengahkan perbandingan dengan produk/jasa pesaing. Teknik seperti ini cukup baik diterima oleh konsumen yang mengedepankan pertimbangan rasional dan kelompok konsumen yang bersifat ragu-ragu dalam tiap keputusan mengonsumsi produk. Perbandingan yang dikemukakan dalam iklan bisa berdasarkan pertimbangan rasional maupun emosional.
TEKNIK PENULISAN CLOSER
Closer merupakan bagian penutup atau yang mengakhiri iklan. Closer berfungsi untuk menyimpulkan apa yang ditulis dalam iklan; mengarahkan khalayak pada pesan tertentu; memerintahkan pada khalayak untuk melakukan sesuatu; menunjukkan alamat, ciri dan keaslian produk, waktu, syarat, kesempatan, dan sebagainya; keunggulan produk; waktu dan kesempatan; ciri dan keaslian produk; menginformasikan alamat, waktu dan kesempatan, ciri dan keaslian produk; membatasi tentang waktu, tempat dan kesempatan; serta mengingatkan kembali inti pesan.
Hal-hal yang biasanya masuk dalam closer selain kalimat-kalimat yang memang dimaksudkan untuk mengakhiri iklan, dapat pula diisi logo, tanda merek, slogan, nomor telepon maupun alamat.
Beberapa pedoman dalam membuat closer, yaitu:
Kalimat yang dibuat harus singkat, padat, jelas, dan langsung.
Kalimat harus mampu mengikat dan menujukkan kesimpulan isi iklan yang dibuat sesuai dengan tema yang direncanakan.
Kalimat harus mampu menggerakkan khalayak sasaran kepada penyimpulan, pembentukan kesan dan atau tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan yang diharapkan.
Kalimat harus mampu memberi penegasan isi iklan.
TEKNIK PENULISAN FLASH
Flash adalah bagian dari iklan yang memiliki fungsi unik. Dalam iklan, flash adalah pesan singkat yang diletakkan dalam sebuah bidang yang umumnya dirancang dalam bentuk bangun yang menyerupai lampu kilat.
Umumnya, pesan yang dituliskan dalam ruang flash adalah informasi tentang harga, waktu, tempat, penawaran dan pemberitahuan khusus di samping informasi singkat lainnya. Mengingat karakter bentuk dari flash berupa bangun yang kecil, maka pesan yang cocok dituliskan dalam flash tidak bisa terlalu banyak/ terlalu lebar. Dalam flash cukup hanya diisi oleh satu atau dua kata saja.
TEKNIK PENULISAN BANNER
Banner adalah salah satu unsur dalam sebuah iklan yang memiliki fungsi sebagai tempat menuliskan pesan tertentu yang ingin diharapkan lebih diperhatikan audiens secara lebih besar, namun pesan tersebut lebih banyak dibanding yang ada dalam flash.
Secara fisik, bentuk banner berupa dua garis sejajar seperti sebuah pita di mana di dalamnya diletakkan sebuah pesan tertentu. Tidak seperti dalam flash yang harus singkat, pesan yang diletakkan dalam banner dapat lebih panjang atau banyak.
PENDEKATAN PENYAMPAIAN PESAN IKLAN
Keberhasilan pesan tidak hanya tergantung pada apa yang disampaikan, bagaimana reka bentuk pesan tersebut diperlihatkan, kapan waktu pesan tersebut disampaikan kepada audiens, dengan menggunakan media apa pesan tersebut disampaikan, ketepatan target khalayak sasaran yang dipilih, namun juga pada teknik penyampaian pesan.
Teknik penyampaian pesan adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan dan membujuk khalayak agar pesan iklan dapat lebih menarik minat khalayak. Ada empat macam teknik penyampaian pesan yang perlu dipelajari.
Pertama, rational approach.
Yaitu pendekatan penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator dengan cara mengedepankan penggunaan logika dalam isi pesannya. Rasional dalam hal ini yaitu penggunaan logika sebagaimana halnya yang biasa digunakan oleh kalangan perguruan tinggi, di mana idealnya didasarkan pada pembuktian akademis.
Semakin kuat dasar ilmiah yang digunakan, maka pesan itu dapat disebut semakin kental rational approach-nya. Melalui pesan yang bernuansa rasional tersebut, khalayak distimulasi agar mencerna iklan dengan menggunakan peritmbangan rasional. Yaitu khalayak didorong menggunakan akal sehatnya dibanding perasaannya.
Kedua, emotional approach.
Yaitu pesan yang disampaikan dengan menekankan pada penggunaan emosi. Audiens didorong mengadposi pesan begitu saja, tanpa perlu berpikir terlebih dahulu. Melibatkan aspek harga diri, prestise, keindahan, popularitas, vitalitas, dan sebagainya merupakan bentuk penggunaan emotional approach.
Ketiga, normative approach.
Yaitu menggunakan nilai-nilai normatif dalam masyarakat. Nilai-nilai normatif yang dimaksud tentu saja berupa norma-norma yang ada dalam masyarakat, baik norma sopan santun, norma hukum dalam masyarakat dan norma-norma dalam agama. Penggunaan norma-norma tersebut bermaksud mempersuasi bahwa apa yang disampaikan dalam iklan adalah untuk menjunjung tinggi “apa yang seharusnya dan sebaiknya”. Harapannya, dengan menggunakan pendekatan normatif seperti ini, pengiklan akan memiliki citra yang baik dan ideal.
Keempat, mix approach.
Dalam kenyataan sehari-hari, seringkali kita menemukan iklan yang sulit dikategorikan ke dalam pendekatan rasional, emosional, maupun normatif. Kesulitan seperti ini disebabkan karena memang dalam iklan tersebut terdapat kesan beberapa pendekatan dicampur menjadi satu. Pencampuran tersebut dapat berupa kombinasi antara rasional dan emosional, rasional dan normatif, emosional dan rasional, bahkan ketiganya sekaligus. Besarnya komposisi kombinasi tersebut sering sulit dianalisis, sebab lebih banyak dalam ranah perasaan.
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang contoh naskah iklan produk
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Generic Structure of Advertisement Text and Samples
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka contoh marketing : http://fachmycasofa.com/2015/04/06/teknik-menulis-naskah-iklan/