Selamat Datang di Kamus Komunitas...

 Selamat Datang di Kamus Komunitas...

marketing,marketing mix,integrated marketing communications,word of mouth marketing,integrated marketing,marketing news,sports marketing,buzz marketing,niche marketing,guerilla marketing
 Selamat Datang di Kamus Komunitas...


contoh kalimat dengan istilah kongsi - Situs Kamus komunitas ini sengaja kami bangun untuk pengguna dan oleh pengguna. Adapun harapan kami semoga situs ini bermanfaat besar untuk masyarakat Indonesia khususnya dan seluruh pengguna dunia maya umumnya.
Terjemahan
Bahasa Asal dan Bahasa Tujuan
Indonesia --> Kbbi

Asal Kata
kongsi

Terjemahan Kata
kong·si n 1 persekutuan dagang; perseroan; 2 perkumpulan; 3 kantor tuan tanah;
ber·kong·si v 1 mengadakan persekutuan dagang (dng); 2 bersekutu; berkomplot;
kong·si·an ark n pajak tanah bagi pengguna tanah partikelir;
per·kong·si·an n 1 persekutuan (dagang); perseroan; 2 perihal berkongsi 

Kongsi

Radar Kudus, 25 Agustus 2008

AKHIR-AKHIR ini, kata ”kongsi” sering muncul ke permukaan. Banyak sekali media, khususnya media cetak, yang menuliskan kata tersebut. Penulisan itu terutama sekali untuk merujuk pada kejadian-kejadian di dunia politik yang sarat abu-abu.

Padahal, kata ”kongsi” yang konon berasal dari bahasa Hokkien atau Hokkian itu pada awalnya lekat dengan dunia usaha dan perdagangan. Kalau mau tahu manut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, ”kongsi” itu berarti persekutuan dagang, perseroan, perkumpulan, kantor tuan tanah.

Verenigde Oost Indische Compagnie atau VOC adalah salah satu contoh bentuk atau wujud aplikasi dari kata ”kongsi” tersebut. Ya, VOC (generasi pendahulu kita menyebut kompeni) sesungguhnya adalah sebuah kongsi. Kongsi dagang yang (barangkali) terbesar yang pernah ada dalam sejarah dunia perdagangan.

Semarang pernah mencatatkan diri sebagai ”penghasil” kongsi ketika pada 1863 silam, seorang Tionghoa-Indonesia bernama Oei Tji Sien mendirikan sebuah perusahaan bernama Kian-gwan Kongsi dengan modal 3 juta gulden.

Perusahaan ini mengekspor hasil bumi terutama gula dan ikan, kemudian mengimpor teh dan sutra dari Tiongkok. Sejarah mencatat, antara tahun 1890-1903, perusahaan ini mampu meraup keuntungan hingga 18 juta gulden.

Saat tongkat estafet perusahaan diambil alih Oei Tiong Ham (putra Oei Tji Sien), Kian-gwan Kongsi berhasil melakukan ekspansi hingga mencatatkan diri sebagai konglomerat multinasional pertama di Asia Tenggara.

Masa orde baru juga pernah menjadi tempat tumbuhnya kongsi bisnis besar yang dijalin Sudwikatmono, Liem Sioe Liong, Djuhar Sutanto, dan Ibrahim Risjad yang terkenal dengan sebutan Gang of Four (G-4).

Di masa pemerintahan Presiden Soeharto, G-4 berhasil menelurkan tak kurang dari 300 perusahaan. Tak heran, saat itu nasib jutaan orang di seluruh negeri nan elok ini (boleh dibilang) ada di tangan mereka. Boleh jadi, apa yang dilaporkan wartawan senior Majalah Trust Hardy R Hermawan benar. Setelah era VOC, inilah kongsi bisnis terkuat yang pernah ada dalam sejarah Indonesia.

***

Dengan gambaran sekilas tersebut, kata ”kongsi” seharusnya memiliki arti yang bagus bukan? Sayang, kata ”kongsi” kini mulai berubah makna dan kesan. Perubahan makna dan kesan itu terutama karena sering dipinjam para pengamat politik untuk menggantikan kata ”koalisi” yang (barangkali) mulai membosankan.Kenapa harus ”kongsi” yang digunakan? Entahlah. Tapi tampaknya para pengamat politik menikmati kata itu. Apalagi kemudian media juga tertarik untuk memasukkan kata ”kongsi” dalam kamus bahasa di desk politik.

Saat ada dua kekuatan besar yang berkoalisi untuk satu tujuan, pengamat politik dan media mengartikannya sebagai sebuah kongsi. Ketika Partai Demokrat dan Partai Golkar bersepakat untuk bergandengan mengusung SBY dan JK maju dalam pilpres 2004 lalu, pengamat politik dan media mengartikannya sebagai sebuah kongsi.

Di sini, telah terjadi pergeseran makna kongsi. Dari semula persekutuan dagang, perseroan, perkumpulan, atau kantor tuan tanah, kini berubah menjadi bersekutu, bergabung, atau bersepakat.Adanya pergeseran makna tersebut ternyata juga diikuti dengan pergeseran nilai, dalam hal ini tujuan berkongsi. Di dunia usaha, orang berkongsi terutama sekali untuk melebarkan sayap usaha dan memperoleh keuntungan maksimal. Dengan demikian, segala daya dan upaya akan dikerahkan untuk menjaga kestabilan kongsi tersebut.

Saat generasi penerus G-4 mulai bergesekan satu sama lain, Sudwikatmono, Liem Sioe Liong, Djuhar Sutanto, dan Ibrahim Risjad marah bukan main. Anak-anak mereka lantas dikumpulkan di Singapura untuk duduk satu meja. Semua diminta melepas ego masing-masing dan membuang jauh-jauh nafsu untuk saling menjatuhkan.

Di dunia politik? Di dunia yang serba tidak jelas tersebut, sudah barang tentu tujuan berkongsi juga tidak jelas,kecuali karena kepentingan yang sama. Lho, bukankah di dunia usaha, orang berkongsi juga karena kepentingan yang sama? Betul. Tapi yang membedakan kedua dunia tersebut adalah termin kepentingannya.

Di dunia usaha, orang berkongsi untuk mengamankan kepentingan yang sama dalam jangka menengah dan panjang. Di sini kongsi bisa berjalan hingga puluhan tahun, seperti G-4 yang pernah menikmati masa jaya mereka selama 30 tahun.

Di dunia politik, orang berkongsi untuk mengamankan kepentingan yang sama untuk jangka waktu yang sangat pendek. Kalau perlu, orang politik berkongsi untuk mengamankan kepentingan sesaat.

Orang-orang politik berkongsi paling lama lima tahun sesuai dengan ”masa jabatan pemilu”. Kongsi Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pascapemilu 1999 hanya mampu bertahan sebentar dengan didepaknya Gus Dur dari istana negara dan digantikan Megawati Soekarnoputri.

Saat Megawati membutuhkan pendamping di pemerintahan, diapun kemudian berkongsi dengan Hamzah Haz. Karena mereka hanya meneruskan sisa ”masa jabatan pemilu”. Artinya mereka berkongsi kurang dari lima tahun.Pada pemilu 2004, Megawati ogah meneruskan kongsinya dengan Hamzah Haz. Putri tertua Bung Karno ini justru memilih berkongsi dengan KH Hasyim Muzadi, tokoh NU.

Bagaimana dengan SBY-JK? Jika melihat sisa waktu pemerintahan, tampaknya mereka akan tetap berkongsi sampai ”masa jabatan pemilu” habis tahun depan. Pertanyaannya, apa keduanya akan tetap berkongsi pada pemilu 2009 nanti? Jawabannya, bisa ya bisa tidak. Semuanya tergantung dari perkembangan kepentingan dalam beberapa bulan ke depan.

***

Bagaimana dengan Kudus? Jelas sekali bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar telah berkongsi dengan mengusung H Musthofa dan H Budiyono sebagai cabup-cawabup dalam pilkada Kudus beberapa bulan lalu.

Mereka telah bersekutu, bergabung, atau bersepakat karena kepentingan sesaat yang sama, yakni kepentingan untuk memimpin Kudus hingga 2013 mendatang. Dengan demikian, sudah dipastikan kongsi tersebut akan berlaku selama lima tahun.

Apakah lantas kemudian kongsi tersebut benar-benar lancar dalam kurun waktu lima tahun itu? Belum tentu. Kalau kongsi tersebut dibina dengan baik, dijalankan dengan saling pengertian, dan job descriptionyang jelas, kongsi Musthofa-Budiyono tentu akan bertahan sampai 2013 mendatang.

Jika yang terjadi adalah sebaliknya, bisa jadi kongsi tersebut akan hancur berantakan. Pecah kongsi. Ya itulah istilah jika kongsi tak lagi berjalan sesuai rencana. Biasanya pecahnya kongsi ditandai dengan perselisihan kecil yang kemudian membesar (atau dibesar-besarkan). Jika tidak segera diatasi, situasi pasti akan bertambah gawat.Lantas, bagaimana dengan situasi terkini pemerintahan di Kudus tercinta ini? Yang jelas, warga Kudus, khususnya warga pemilih duet Musthofa-Budiyono, pasti berharap mereka mampu bahu membahu membangun Kudus dengan program-program yang telah mereka janjikan ke warga. Pun demikian dengan ribuan PNS yang menginginkan suasana kerja yang kondusif. Pengusaha dan ratusan ribu buruh di Kudus pasti juga menginginkan hal yang sama.

Jika SBY-JK pernah (dikabarkan) pecah kongsi dengan masing-masing sibuk mengerjakan urusan sendiri-sendiri, maka sebaiknya Musthofa dan Budiyono jangan ikut-ikutan seperti itu.

Saat Gus Dur dan Muhaimin pecah kongsi, maka sebaiknya Musthofa dan Budiyono jangan mencontohnya. Kenapa demikian? Karena taruhannya adalah rakyat. Taruhannya adalah masa depan Kudus sampai 2013. Maka, sebaiknya, Musthofa dan Budiyono tetap harus fokus pada pekerjaan.

Tetaplah semangat seperti saat memutuskan untuk maju pilkada. Teruslah memberi semangat kepada anah buah untuk bekerja lebih baik lagi. Dengan bekerja ikhlas dan tanpa pamrih, Insya Allah, bupati dan wakil bupati pilihan rakyat ini dapat mengatasi kerikil-kerikil tajam yang pasti akan muncul selama masa pemerintahan mereka. Selamat bekerja! (*)

Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang contoh kalimat dengan istilah kongsi

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga

anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya

tentang  4.Buatlah kalimat dengan istilah-istilah berikut ini!

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka contoh marketing : https://dekahendratmanto.com/2008/08/25/kongsi/

No comments:

Post a Comment