MANAJEMEN AGRIBISNIS ( MAG 173 ) Komoditi Kedelai

MANAJEMEN AGRIBISNIS ( MAG 173 ) Komoditi Kedelai

buzz marketing, guerilla marketing, integrated marketing, integrated marketing communications, marketing, marketing mix, marketing news, niche marketing, sports marketing, word of mouth marketing
MANAJEMEN AGRIBISNIS ( MAG 173 ) Komoditi Kedelai


iklan keripik pisangdalam bahasa inggris dan artinya -  BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
    Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan Timur Jauh seperti kecap, tahu dan tempe. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara.Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhn kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Tiongkok. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi Indonesia
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini agar pembaca mengetahui bahwa tanaman Kedelai merupakan tanaman serba guna,dapat dimanfaatkan serta mengetahui nilai ekonomis yang dihasilkan dari Kedelai. Selain itu, Kedelai yang berkualitas juga mempunyai potensi dan prospek usaha yang cukup besar dalam peluang dan konsumsinya agar dapat bersaing dengan komoditi lainnya sehingga dapat meningkatkan nilai ekspor kedelai dipasar global.
1.2.2    Manfaat
Adapun Manfaat makalah ini adalah :
1.    Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti dan menyelesaikan Mata kuliah Manajemen Agribisnis (MAG173)
2.    Sebagai bahan masukan berupa informasi yang jelas bagi pihak – pihak  berkepentingan.
BAB II
PEMBAHASAN





1.    KOMODITI “KEDELAI”    
Orang Cina merupakan pengguna kacang kedelai sebagai makanan yang pertama. pada sekitar tahun 1100 BC kacang kedelai telah ditanam di bagian selatan Cina dan dalam waktu singkat menjadi makanan pokok diet Cina.Kacang kedelai telah diperkenalkan di Jepang sekitar tahun 100 AD dan meluas ke seluruh negara-negara Asia secara pesat. Kacang kedelai dikenal di Eropa sekitar tahun 1500 AD. Pada awal abad ke 18, kacang Kedelai telah ditanam secara komersial di Amerika Serikat
Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhn kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Tiongkok. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi Indonesia.

2. PENTINGNYA PENGAMATAN MULAI DARI:
•    DARI SISI PRODUKSI:
Produksi Menurun Kedelai, menunjukkan penyusutan lahan dan produksi. Pada 2000 luas lahan 824.484 ha kemudian turun menjadi 678.848 ha pada 2001 dan menyusut lagi pada 2002 menjadi 544.522 ha tahun 2002. Seiring dengan penyempitan lahan, juga produksi anjlok. Tercatat produksi kedelai pada 2000 mencapai kisaran 1 juta ton dan tahun 2001 sebanyak 827 ribu ton dan pada 2002 hanya bisa sebesar 573 ribu ton.
Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi kedelai tahun 2002 mengalami penurunan sebesar 18,61 persen. Dari 0,83 juta ton biji kering pada 2001 menjadi 0,67 juta ton biji kering di tahun 2001. Atau mengalami penurunan sebesar 0,15 juta ton biji kering. Penurunan ini karena turunnya luas panen kedelai sekitar 19,79 persen atau 0,13 juta hektare. Di sisi lain kebutuhan pangan cenderung meningkat 2,5-4% sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Kebutuhan  kedelai pada tahun 2003 masing-masing berjumlah 1,95 juta ton, 3 juta ton, dan Melihat data produksi akan kebutuhan kedelai pada tahun 2003 terlihat bahwa terjadi defisit untuk komoditas kedelai 1,3 juta ton Defisit kedelai ini diatasi dengan cara mengimpor. Harga kedelai saat ini mencapai kisaran Rp3500/kg . Dengan jumlah penduduk yang besar sekitar 216 juta jiwa pada tahun 2003 dan laju pertumbuhan 1.35% per tahun, maka kebutuhan kedelai akan semakinbesar di masa mendatang. Pada tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 220.6 juta jiwa, dan tahun 2010 sebesar 236 juta.
Apabila kemampuan produksi kedelai nasional tidak dapat mengikuti
peningkatan kebutuhannya, maka Indonesia akan semakin tergantung pada
impor yang berdampak membahayakan ketahanan nasional.
Negara importir utama untuk komoditi kedelai ke Indonesia adalah Amerika Serikat, dengan rata – rata share impor dari tahun 1999 – 2004 sebesar 54% dari seluruh impor kedelai Indonesia atau 1,42 juta ton per tahun.  India menempati posisi kedua dengan rata – rata share sebesar 19% (sekitar  491,935,245 kg per tahun)
Market share Negara importir




Kedelai, perkembangan produksinya dapat dibagi dalam dua periode besar, yaitu pertumbuhan yang menurun dan stagnant. Pertumbuhan menurun terjadi selama 1990-2000. Produksi rata-rata mencapai 1,4 juta ton dan menurun sebesar 3,6 %/Th. Produksi stagnant terjadi pada 2001-2006, produksi menurun drastis dari periode sebelumnya dan bergerak lambat pada angka 742 ton. Pertumbuhan produksi pun demikian rendah, hanya 0,4 %/Th. Pertumbuhan produksi tidak sejalan dengan gencarnya program bangkit kedelai. Persentase produksi terhadap kedelai dunia mengecil .

Tabel . Perkembangan Produksi Kedelai Nasional dan Dunia Tahun 1990 – 2006
Tahun
    Produksi Kedelai (Ton)

    Indonesia
    Dunia
    Persentase

1990    1.487.433
    108.464.511
    1,37

1991    1.555.453
    103.320.158
    1,51

1992    1.869.713
    114.460.616
    1,63

1993    1.708.530
    115.176.710
    1,48

1994    1.564.847
    136.483.471
    1,15

1995    1.680.010
    126.997.618
    1,32

1996    1.517.180
    130.223.250
    1,17

1997    1.356.891
    144.418.185
    0,94

1998    1.305.640
    160.103.858
    0,82

1999    1.382.848
    157.796.852
    0,88

2000    1.018.000
    161.400.626
    0,63

2001    826.932
    177.923.563
    0,46

2002    673.056
    181.815.725
    0,37

2003    671.600
    187.514.812
    0,36

2004    723.483
    206.289.954
    0,35

2005    808.353
    214.909.669
    0,38

2006    749.038
    221.500.938
    0,34

Sumber: BPS diolah
Kendala:
Kini rata-rata produktivitas kedelai nasional baru mencapai 1,3 ton/ha dengan kisaran 0,6-2,0 ton/ha di tingkat petani, sementara di tingkat penelitian mencapai 1,73,0 ton/ha, beragam tergantung pada kondisi Iahan/lingkungan. Senjang produktivitas yang besar tersebut menunjukkan peluang peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas di tingkat petani. Penyebab atas rendahnya produktivitas kedelai petani adalah tingkat penerapan teknologi yang masih rendah, di antaranya penggunaan benih bermutu varietas unggul yang masih rendah, serta teknik budidaya (populasi tanaman, ameliorasi lahan, pemupukan, pengelolaan air) dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (hama, penyakit, gulma) yang tidak optimal..Walaupun telah banyak yang menanam varietas unggul, namun secara umum benihnya belum berkualitas, penggunaan benih bermutu baru sekitar 10%, dan yang bersertifikat hanya sekitar 3 persen saja.

Solusi Strategi Peningkatan Produksi
Beberapa strategi penting untuk menjamin keberhasilan peningkatan produksi kedelai nasional ialah:
1. Perbaikan Harga
2. Pemanfaatan Potensi Lahan
3. Intensifikasi Pertanaman
4.Perbaikan Proses Produksi
5. Konsistensi Program dan Kesungguhan Aparat


DARI SISI KOMSUMSI:
      Indonesia merupakan salah satu negara pengkonsumsi kedelai terbesar di dunia. Olahan pangan asal kedelai dominan di Indonesia adalah tahu dan tempe. Komoditas kedelai saat ini tidak hanya diposisikan sebagai bahan pangan dan bahan baku industri pangan, namun juga ditempatkan sebagai bahan makanan sehat dan baku industri non-pangan. Pengaruh teori permintaan  dalam komsumsi komoditi kedelai
Dalam teori permintaan bahwa pada saat harga naik maka permintaan akan turun dan sebaliknya apabila harga turun maka permintaan akan naik.
Dalam kenyatanya teori tesebut hanya sebagai teori dan hanya pada produk-produk tertentu yang dapat mengunakan teori tersebut.berbeda dengan  komoditi kedelai walau pun harga kedelai naik konsumen tetap akan membeli uintuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Itu didukung oleh  kegiatan produksi kedelai yang berbanding terbalik oleh konsumsi kedelai.Kacang kedelai bagi industri pengolahan pangan di Indonesia banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan tahu, tempe dan kecap dan susu. Jenis industri yang tergolong skala kecil - menengah ini tetapi dalam jumlah sangat banyak menyebabkan tingginya tingkat kebutuhan konsumsi kedelai.
Lonjakan importasi kedelai disebabkan peningkatan konsumsi produk industri rumahan seperti tahu, tempe yang jenis makanan ini semakin banyak atau populer digunakan sebagai pengganti daging.
Adapun manfaat dari kedelai :
•    Sumber protein nabati yang terbaik
•    Meningkatkan metabolisme tubuh
•    Menguatkan sistem imun tubuh
•    Menstabilkan kadar gula dalam tubuh
•    Melindungi jantung dan menurunkan resiko sakit jantung
•    Menambah daya ingat
•    Membentuk tulang yang kuat
•    Menurunkan tekanan darah dan kolestrol
•    Mencegah menopause pada wanita
•    Menurunkan kanker payudarah dan menurunkan resiko kanker prostate
•    Menghasilkan tenaga dan meningkatkan kesehatan


3. PROSPEK KEDELAI DARI SISI PERMINTAAN
Kedelai memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan secara komersial. Kedelai merupakan komoditas bahan baku industri pengolahan susu kedelai, tahu dan tempe yang sekarang menjadi makanan rakyat yang sangat populer, serta produk industri hasil olahan lainnya. Pertumbuhan permintaan kedelai selama 15 tahun terakhir cukup tinggi, namun tidak mampu diimbangi oleh produksi dalam negeri, sehingga harus dilakukan impor dalam jumlah yang cukup besar.
Prospek pengembangan kedelai di dalam negeri untuk menekan impor cukup baik, mengingat ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi yang telah dihasilkan, serta sumberdaya manusia yang cukup terampil dalam usahatani. uktur, serta pengaturan tata niaga dan insentif usaha.
          Untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, dengan sasaran peningkatan produksi 15% per tahun, sasaran produksi 60% dicapai pada tahun 2009. dan swasembada baru tercapai pada tahun 2015. Untuk mendukung upaya khusus peningkatan produksi kedelai tersebut diperlukan investasi sebesar Rp. 5,09 trilyun (2005-2009) dan 16,19 trilyun (2010-2025). Dalam periode yang sama, investasi swasta diperkirakan masing-masing sebesar Rp. 0,68 trilyun dan Rp. 2,45 trilyun.

Kedelai dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan protein murah bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk maka permintaan akan kedelai semakin meningkat. Pada tahun 1998 konsumsi per kapita baru 9 kg/tahun, kini naik menjadi 10 kg/th. Dengan konsumsi perkapita rata-rata 10 kg/tahun maka dengan jumlah penduduk 220 juta dibutuhkan 2 juta ton lebih  per tahun. Untuk itu diperlukan program khusus peningkatan produksi kedelai dalam negeri. Produksi kedelai pernah mencapai 1,86 juta pada tahun 1992 (tertinggi) kemudian turun terus hingga kini 2007, hanya 0,6 juta ton.


4.PERMASALAHAN DALAM KOMODITI KEDELAI
    a. Subsistem Up Stream Agribussiness (Hulu)/Input pertanian
    Industri penghasil sarana/prasarana produksi pertanian belum mampu memberikan teknologi yang bisa dengan mudah diadopsi oleh petani dengan harga yang terjangkau.
    Lemahnya modal petani untuk melakukan betanam kedelai
    Pemberian pupuk pada kedelai yang diradsa belum efisien, seperti  pemberian pupuk N yang tinggi bagi kedelai akan menghambat proses fiksasi N oleh bintir akar.
    b. Subsistem On Farm/ produksi pertanian
    Salah satu penyebab tidak bersaingnya harga pokok produksi produk Agribisnis di Indonesia adalah rendahnya produktivitas Produktivitas kedelai di Indonesia baru mencapai 1.23 ton per Ha hingga Tahun 2000, jauh dibawah produktivitas kedelai China yang telah mencapai 1.70 ton kedelai per Ha, dan jika dibandingkan dengan produktivitas kedelai Amerika yang mencapai 2.56 ton per Ha, kita semakin jauh tertinggal. Rendahnya produktivitas tersebut menyebabkan biaya per-satuan produk menjadi tinggi.
    Gairah petani dalam melaksanakan pembudidayaan kedelai menurun ,hal ini disebabkan karena bercocok kedelai dianggap tidak menguntungkan.
    Kemitraan dibidang agribisnis kedelai belum berkembang baik,masih sangat terbatas yang berminat untuk mengembangkan usahanya dibidang agribisnis kedelai

    c. Subsistem/ Pengolahan/Agroindustri/hilir
    Impor kedelai murah meningkat.Kebijakan impor kedelai merupakan suatu hal yang sangat menentukan gairah petani dalam melakukan budidaya kedelai. Penyebabnya adalah karena harga kedelai impor lebih murah dari pada harga kedelai dalam negeri. Hal tersebut antara lain disebabkan karena petani luar negeri (Amerika, Brazil, Argentina, Cina dan lain-lain) bisa memproduksi kedelai dengan biaya rendah.fluktuasi harga kedelai local dan impor sebagai berikut :

 
    Rendahnya mutu kedelai yang dihasilkan petani local

5. SUBSISTEM YANG BERKAITAN DENGAN AGRIBISNIS
•     farming system :   
1.Pembibitan
1.Teknik Benih
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka benih yang digunakan harus yang berkualitas baik, artinya benih mempunyai daya tumbuh yang besar dan seragam, tidak tercemar dengan varietas-varietas lainnya, bersih dari kotoran, dan tidak terinfeksi dengan hama penyakit.

2.Penyiapan Benih
Pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum benih ditanam harus dicampur dengan legin, (suatu inokulum buatan dari bakteri atau kapang yang ditempatkan di media biakan, tanah, kompos untuk memulai aktifitas biologinya Rhizobium japonicum). Pada tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelai atau kacang-kacangan lain, berarti sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini akan hidup di dalam bintil akar dan bermanfaat sebagai pengikat unsur N dari udara.

 3. Teknik Penyemaian Benih

        
 4. Pemindahan Bibit
Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran tanaman, Penanaman dengan benih yang mempunyai daya tumbuh agak rendah dapat diatasi dengan cara menanamkan 3-4 biji tiap lubang, atau dengan memperpendek jarak tanam. Jarak tanam pada penanaman benih berdasarkan tipe pertumbuhan tegak dapat diperpendek, sebaliknya untuk tipe pertumbuhan agak condong (batang bercabang banyak) diusahakan agak panjang, supaya pertumbuhan tanaman yang satu dengan lainnya tidak terganggu

2. Pengolahan
1.Persiapan
Terdapat 2 cara mempersiapkan penanaman kedelai, yakni: persiapan tanpa pengolahan tanah (ekstensif) di sawah bekas ditanami padi rendheng dan persiapan dengan pengolahan tanah (intensif). Persiapan tanam pada tanah tegalan atau sawah tadah hujan sebaiknya dilakukan 2 kali pencangkulan.

2.Pembentukan Bedengan
Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun dengan bajak lebar 50-60 cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara drainase yang satu dengan lainnya sekitar 3-4 m.

3. Pengapuran
Tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim tanam, dengan dosis 2-3 ton/ha.

3.Teknik Penanaman
1.     Penentuan Pola Tanam
Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan berkisar antara 20-40 cm. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 20 x 20 cm.

2. Pembuatan Lubang Tanam
Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan, penanaman benih dilakukan menurut alur bajak sedalam kira-kira 5 cm. Sedangkan jarak jarak antara alur yang satu dengan yang lain dapat dibuat 50-60 cm, dan untuk alur ganda jarak tanam dibuat 20 cm.

 3.Cara Penanaman
Sistem penanaman yang biasa dilakukan adalah:Sistem tanaman tunggal Sistem tanaman campuran, Sistem tanaman tumpangsari.

4. Waktu Tanam
Karena umur kedelai menurut varietas yang dianjurkan berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam menjelang akhir musim penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih mengandung cukup air.Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda.

4.Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak semua biji yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidak seragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai yang tidak tumbuh sebaiknya segera diganti dengan biji-biji yang baru yang telah dicampur Legin atau Nitrogen. Hal ini perlu dilakukan apabila jumlah benih yang tidak tumbuh mencapai lebih dari 10 %. Waktu penyulaman yang terbaik adalah sore hari.

2.    Penyiangan
Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu. Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan atau kuret.

3.Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.

4.Pemupukan
 Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut:

5.Pengairan dan Penyiraman
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan air pada masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila kekeringan telah melalui batas toleransinya. Kekeringan pada masa pembungaan dan pengisian polong dapat menyebabkan kegagalan panen.

6.Waktu Penyemprotan Pestisida
 Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda-beda tergantung jenis hama dan pola penyerangannya.

•    Processing :
Pengumpulan dan Pengeringan
    Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur. Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari.

Penyortiran dan Penggolongan
Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat pemotong padi.

Penyimpanan dan pengemasan
Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.

•    Marketing :
    Dari segi pemasaran, Indonesia belum mampu menerapkan prinsip bauran pemasaran dengan baik untuk produk Agribisnis kedelai.  Harga produk Agribisnis kedelai Indonesia relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk competitor dari negara lain.  Hal ini terkait dengan produktivitas dan efisiensi produksi Sektor Agribisnis kedelai.  Belum lagi harga yang tinggi tersebut tidak diimnagani dengan kualitas produk yang memadai sesuai dengan nilai kompenasi yang dibayarkan oleh konsumen.
Sistem distribusi produk Agribisnis yang cenderung menggunakan rantai pemasaran yang panjang menyebabkan margin pemasaran relatif tinggi dan kemungkinan kerusakan produk lebih besar. Promosi terhadap produk unggulan Agribisnis yang dihasilkan Indonesia kurang dilakukan.
kedelai pada umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan. Oleh karena itu, pemasarannya mulai dari daerah sentra produksi ke industri pengolahan melalui pedagang, dan bermuara ke konsumen akhir. Selanjutnya dipasarkan ke pengerajin tahu dan tempe. Dalam pemasaran kedelai, petani umumnya berada dalam posisi tawar yang lemah, sehingga harga kedelai di tingkat petani lebih banyak ditentukan oleh pedagang. Biasanya kedelai mereka jual kepada pedagang yang dapat memberi harga yang baik. Kebanyakan perdagangan dilakukan di pasar (50%) dan di desa (25-30%). Kira-kira 4-7% petani menjual ke toko di ibu kota kabupaten jika kedelainya banyak; bila tidak, mereka menjual kepada tengkulak di desanya.

Kendala :

Berdasarkan survei ini (1983), ada beberapa kesimpulan tentang kendala pemasaran:
1. Produksi kedelai terpusat dalam kantong-kantong kecil yang letaknya saling berjauhan.
2. Pengendalian mutu sulit diterapkan.
3. Musim dan kombinasi usaha menyulitkan penilaian ekonomi.

Solusi :
    Peningkatan system produksi yang baik dan lancar dapat memperbaiki system pemasaran yang ada saat ini. Semakin meningkatknya produksi kedelai maka akan mengakibatkan lonjakan harga kedelai yang lebih stabil. Hal inilah yang memberikan peluang usaha yang lebih baik akan komoditas kedelai.



•    Penelitian dan pengembangan (R&D)
        Pendekatan genetik untuk perbaikan kualitas protein diarahkan untuk mengeliminir keberadan Betha-congglycinin, sehingga kandungan sistein dan methionin pada biji kedelai akan meningkat.Kedelai memiliki kandungan isoflavon lebih tinggi dibanding tanaman bahan pangan lainnya. Isoflavon merupakan senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antiestrogen, antioksidan dan antikarsinogenik. Isoflavon dari golongan genistien dan daidzien dinilai paling berperan untuk kesehatan. Teknologi produksi kedelai meliputi varietas unggul dan teknik pengelolaan lahan, air, tanaman, dan organisme pengganggu tanaman (LATO). Inovasi teknologi dengan penggunaan benih bermutu, pembuatan saluran drainase, pemberian air yang cukup, pengendalian hama dan penyakit dengan sistem PHT, panen dan pasca panen dengan alsintan mampu meningkatkan produksi kedelai sesuai dengan potensi genetiknya (Anonimous, 2004a). Oleh karena itu dukungan penelitian terhadap inovasi teknologi peningkatan produksi kedelai sangat diperlukan.

•    Pendukung
Dukungan bagi Sektor Agribinis Indonesia perlu diberikan agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam bentuk kelembagaan, lembaga pembiayaan yang berbasis pada karakteristik Agribinis perlu dioptimalkan dan terus dikembangkan fungsinya, seperti lembaga penjamin dan bank khusus. Paling tidak, memanfaatkan infrastruktur perbankan yang ada sebagai wadah untuk membangun sistem pendanaan yang dapat bermanfaat atau dimanfaatkan. Pengembangan lembaga dan program promosi Agribisnis perlu terus dilakukan, terutama memanfaatkan yang sudah ada. Untuk lebih menduniakan Agribinis kedelai Indonesia, pemerintah seyogianya mengalokasikan dana yang cukup untuk membantu melakukan promosi yang luas.

6.SUBSYSTEM YANG PALING BERPERAN
•    penelitian dan pengembangan
Upaya perbaikan kedelai sebagai bahan pangan dapat secara bertahap diarahkan pada peningkatan kuantitas dan kualitas protein serta peningkatan produktivitas.sehingga komoditi kedelai dalam negeri dapat bersaing dengan kedelai luar negeri.

7.MISI PENGEMBANGAN KOMODITI KEDELAI :
          Misi pengembangan,yaitu : 1) Membina dan mengembangkan kernarnpuan sumberdaya manusia (SDM) untuk meningkatkan daya saing, 2) Menumbuhkan keikutsertaan masyarakat khususnya dunia usaha dalam proses pengembangan komoditi kedelai. 3) Meningkatkan pendapatan petani kedelai .4) Pengembangan atau adanya pelatihan untuk petani kedelai yang lemah. 5) Meningkatkan pangsa ekspor 6) Mengarahkan untuk terciptanya pola petani yang efisiensi.

   ANALISIS SWOT  
A.STRENGTH (Kekuatan)
•    Adanya program bangkit kedelai, pengapuran, supra insus, opsus kedelai dan program gerakan mandiri kedelai yang diupayakan pemerintah untuk meningkatkan hasil produksi. Departemen Pertanian melaksanakan Program Bangkit Kedelai 2004 melalui pengembangan pusat pertumbuhan dengan dukungan dana dekonsentrasi di 20 provinsi pada lahan seluas 14.500 ha.
•    Meningkatnya pertumbuhan penduduk serta meningkatkan penduduk untuk mengkonsumsi kedelai sebagai kebutuhan sehingga kebutuhan akan kedelai meningkat. Komoditas kedelai saat ini tidak hanya diposisikan sebagai bahan pangan dan bahan baku industri pangan, namun juga ditempatkan sebagai bahan makanan sehat dan baku industri non-pangan. Menurut Departemen Pertanian, total konsumsi kedelai pada tahun 2007 mencapai 2,235 juta ton, pada tahun 2014 meningkat menjadi 2,646 juta ton, dan pada tahun 2021 meningkat lagi menjadi sekitar 3 juta ton.
•    ada program pengembangan usaha kedelai di 30 provinsi dengan luas tanam 577.139 ha serta pengembangan kemitraan pada 12 provinsi dengan 10 mitra usaha BUMN dan swasta pada areal seluas 250 ribu ha.
•  
B.WEAKNEES (Kelemahan)
•    Sarana produksi belum tersedia (benih,pupuk,pestisida) sesuai dengan prinsip 4 tepat yaitu tepat mutu,harga,kualitas dan lokasi.
•    Gairah petani untuk melakukan budidaya kedelai menurun disebabkan tanaman kedelai tidak menguntunggkan.dan kebijakan impor. Dicontohkan pada tahun 2002 biaya produksi yang harus dikeluarkan petani untuk menanam kedelai Rp 2,32 juta/ha, sedangkan pendapatan yang diperoleh hanya Rp 2,8 juta/ha sehingga keuntungannya hanya Rp 517.000/ha.
•    Belum banyaknya keterkaitan swasta untuk mengembangkan usaha agribisnis kedelai antara lain.
•    Ketrampilan dan pengawalan dalam melaksanakan belum optimal alam penerapan teknologi panen dan banyaknya organisme penganggu tanaman kedelai.
•    Komoditas kedelai, hanya sekitar 5% yang menggunakan teknologi baru benih.
lembaga perbenihan yang terkait dalam sistem perbenihan formal belum berperan secara optimal.
•    program intensifikasi maupun ektensifikasi untuk tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian  sekitar 80% belum  menggunakan benih sumber varietas unggul baru yang berkualitas.
•    Pertumbuhan kredit ke sektor pertanian relatif rendah dibandingkan dengan sektor ekonomi lain.

C.OPPURTUNITIES (Peluang)
•    Kemajuan teknologi yang tersedia saat ini ,apabila dimanfaatkan di Indonesia membuka peluang meningkatkan produktivitas kedelai.
•    Pemanfaatan lahan yang tidak terpakai sebagai lahan pengembangan kedelai.
•    Adanya peluang dalam perbaikan mutu kedelai,dengan pendekatan genetika yang dilakukan oleh Negara cina,dengan diperlukan program terintegrasi antar disiplin ilmu dan kelembagaan.
•    Lima BUMN berkomitmen menggenjot peningkatan produksi komoditas kedelai. Lima BUMN yang melakukan sinergi tersebut adalah Perum Perhutani, PT Sang Hyang Sri (Persero), PT Pupuk Kujang, PT Petrokimia Gresik, dan PT Pertani (Persero). Mereka telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk meningkatkan produksi kedelai nasional di Jakarta, Kamis, 27 Maret 2008.
•    Dengan langkanya kedelai impor mulai akhir-akhir ini akibat lonjakan harga kedelai dunia jelas saja mengakibatkan lonjakan harga kedelai yang sangat tinggi.di Indonesia. Dengan kata lain, potensi pasar bagi komoditas kedelai di dalam negeri cukup besar untuk masa mendatang.
•    Adanya kebijakan pemerintah, yaitu Departemen Pertanian melalui Program Revitasisai Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) telah menetapkan lima komoditas pangan utama mendesak untuk diusahakan swa sembada. Kelima komoditas tersebut adalah beras, jagung, kedelai, gula dan daging sapi.
D. THREATS ( Ancaman )
•    Ketersediaan sumber gen,belum tersedianya metode seleksi yang efisiensi dan biaya untuk seleksi ( bahan kimia ) mahal.
•    Terjadinya kekeringan pada lahan pertanian kedelai.
•    Banyak nya impor yang dilakukan pemerintah atau swasta sehingga kedelai local tidak laku dipasaran. Pada tahun 2001, produksi kedelai mencapai 826.932 ton dan jumlah permintaan mencapai 1,96 juta ton sehingga volume impor mencapai1,136 juta ton. Pada tahun 2002 diperkirakan terjadi peningkatan sekitar 12 persen.
•    Adanya kebijakan pembangunan pertanian yang keliru dari Pemerintah yang lebih mengutamakan usaha-usaha agrobisnis perkebunan yang berlahan luas seperti kelapa sawit, disisi lain pembangunan tanaman pangan terbengkalai.
•    infrastruktur irigasi pertanian kedelai tidak dibangun bahkan yang sudah ada pun tidak dipelihara sehingga kuantitas dan kualitasnya menurun, sehingga menjadi salah satu penyebab turunnya produksi kedelai.


Segmen Pasar kedelai
  
Kedelai mempunyai banyak kegunaan di Indonesia: konsumsi manusia, pakan ternak,
dan benih. Segmen pasar kedelai sendiri  dapat terlihat dari pemanfaatan atau penggunaan kedelai, seperti:

Makanan Indonesia dari kedelai
Kedelai telah menjadi sumber penting protein, lemak, dan penyedap bagi masyarakat Asia selama ribuan tahun. Berbagai macam pangan dari kedelai dapat digolongkan dalam dua kelompok: yang diragikan dan yang tidak diragikan. Peragian makanan melibatkan mikrobiologi yang cukup canggih, yang merupakan prestasi mengagumkan pada permulaan sejarah Cina. Produk utama kedelai ragian di Indonesia adalah tempe, oncom, tauco, dan kecap. Produk-produk yang bukan ragian meliputi tahu, tauge, susu kedelai, kedelai goreng (sebagai kudapan), kedelai rebus (juga sebagai kudapan), dan kedelai yang dimasak sebagai sayur atau bahan sop.




Produk-produk ragian

Oncom juga merupakan hasil peragian yang dibuat dari bungkil kedelai atau kacang tanah. Di Jawa Barat oncom populer sebagai pengganti daging atau sebagai kudapan. Awal pembuatannya adalah penambahan pati pada bungkil kedelai. Pati akan meningkatkan kegiatan jamur Neurospora. Bungkil itu dikukus, didinginkan, dan kemudian diinokulasi dengan laru oncom (Neurospora sitophila) dan dibiarkan selama satu hari.

Kecap adalah saus yang dibuat dari cairan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan dicampur dengan garam, gula, dan bumbu. Kecap kedelai dibuat dari cairan kedelai yang diragikan, dicampur dengan garam dan gula. Kadang-kadang ditambahkan pula bahan-bahan lain seperti bumbu-bumbu, sari ikan, dan kaldu. Kecap dipakai sebagai penyedap masakan dan sangat populer di Indonesia..

Produk-produk bukan ragian

Tahu adalah produk kedelai tradisional yang tidak diragikan, yang telah dikonsumsi
selama ribuan tahun di Asia.Tahu merupakan endapan protein yang diperoleh dari air sari kedelai gilingan.Biasanya tahu dibuat dari kedelai kuning atau hijau.. Produk lainya yang buka ragi adalah Tauge yang dibuat dengan merendam kedelai dalam air dan membiarkan kedelai yang lembab itu dalam ruang gelap pada suhu 22°-23°C. Kedelai mulai berkecambah dalam 24 jam, dan dapat dipanen setelah 5 hari.Hanya satu pabrik di Indonesia (Sari Husada, di Yogyakarta) yang membuat susu kedelai.Produk ini diperkaya dengan susu skim kering (yang kepala susunya diambil),

Industri pakan ternak
Pertumbuhan ekonomi Indonesia telah lebih meningkat permintaan akan hasil-hasil
peternakan seperti telur, daging dan produk susu. Pada gilirannya, ini mendorong perkembanganindustri pakan ternak. Bungkil kedelai merupakan unsur penting dalam pakan ternak; dan karena produksi kedelai dalam negeri terbatas jumlahnya. Indonesia terpaksa mengimpor dalam jumlah besar

Perkembangan Penggunaan Kedelai antara Tahun 1990-2001

Tahun
    Untuk Bahan Pakan (000 ton)
    Untuk Konsumsi  (kg/kapita/tahun)

1990    161    10,5
1991    182    11,1
1992    231    12.6
1993    230    11,8
1994    210    11,2
1995    191    11,0
1996    169    11,1
1997    145    9,0
1998    225    6,3
1999    284    11,7
2000    154    10,4
2001    133    8,8
Perkembangan
(%/thn)
    - 0,8
    -2,18

Sumber : Neraca Bahan Makanan berbagai tahun, yang disitir Ariani (2003).

  
8. BAURAN PEMASARAN (4 P)
•    Product
Kedelai merupakan tumbuhan serbaguna. Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Olahan biji dapat dibuat menjadi
tahu (tofu), bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari  kedelai hitam), tempe kedelai (baik bagi orang yang sensitif laktosa), tepung kedelai, minyak (dari sini dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut, dan biodiesel.

•    Price
Harga kedelai local berfluktuasi.harga kedelai local yang tertinggi sebelum terjadi kenaikan yaitu mencapai 4000/kg sedangkan harga kedelai dunia rata-rata US$ 199/MT Dan pada saat ini harga kedelai di pasar dunia yang mencapai US$ 600 per ton, diakibatkan oleh orientasi pembangunan yang salah. Isu biofuel yang digembar-gemborkan selama ini telah menyebabkan harga bahan baku seperti kedelai dan CPO meningkat karena permintaan industri pengolahan biofuel terhadap bahan-bahan pangan meningkat.

•    Promotion
Pemasaran hasil panen Kedelai dapat melalui  Cooperative atau ”Coop”,  atau dapat langsung kepada pedagang besar ,Kampanye,kerjasama berbagai event penjualan produk olahan kepada anak sekolah dan kelompok sasaran lainnya.

•    Place
Di Indonesia, saat ini kedelai banyak dipasarkan seperti di pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Utara (Gorontalo), Lampung, Sumatera Selatan dan Bali sedangkan untuk ekspor kedelai dengan negara tujuan yaitu malasyia,singpura,Australia.

9.POTENSI EKSPOR
   Potensi ekspor untuk komoditi kedelai ada,jika pemerintah mengambil kebijakan yang mencakup :
•    Kemudahan prosedur untuk mengaskes modal kerja bagi petani dan swsta yang bergerak dalam bidang agribisnis kedelai.
•    Percepatan alih teknologi /diseminasi hasil penelitian dan percepatan penerapan teknologi di tiap melalui revitalisasi tenaga penyuluhan pertanian kedelai.
•    Pembinaan/pelatihan produsen/penangkaran benih dalam aspek teknis
•    Mendorong /membina pengembangan usaha kecil dalam subsistem (pengolahan tahu,tempe,kecap,tauco,susu) untuk menghasilkan produk olahan yang bermutu tinggi .
•    Kebijakan makro untuk mendorong pengembangan kedelai didalam negeri dengan memberlakukan impor yang cukup tinggi.
•    Pengembangan prasarana pertanian secara umum yang mendorong pengembangan kedelai dalam negeri.
•    Kebijakan alokasi sumberdaya (SDM,anggaran) yang memadai dalam kegiatan penelitian dan pengembangan (R&D) dalam rangka menghasilkan tepat guna.


Perkembangan Neraca Perdagangan Komoditas Kedelai
Tahun 2000 – 2004
NO    Uraian    Volume (ton)    Pertumbuhan
2000-2003 (%)
        2000    2001    2002    2003    2004  
1
2    Ekspor
Impor    521
1.277.685    1.188
1.136.419    235
1.365.252    169
1.192.717    74
651.979    -37,93
14,03

Ditinjau dari sisi kontinuitas di negara tujuan ekspor, tampak Indonesia mampu memelihara ekspor secara continue. Vietnam yang tadinya sebagai Negara utama tujuan Ekspor pada tahun 2000 – 2001, sama sekali bukan lagi tujuan ekspor sejak tahun 2002. ekspor olahan kedelai mencapai 1,2 ribu ton menurun secara drastic hingga tahun 2004.
Bedasarkan data-data tersebut jelaslah bahwa sebenarnya Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi Eksportir kedelai ataupun bahan makanan dari kedelai. Sekarang tergantung dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan produktivitas kedelai, karn unsur utama keterlambatan perkembangan ekspor kedelai adalah minimnya produksi kedelai di tanah air. Salah satu peningkatan produksi dapat dilakukan dengan Swasembada Kedelai. Pemerintah yang mulai menggalakkan Swasembada kedelai harus lebih jeli melihat peluang ini.
  
10. ATRIBUT KUALITAS KOMODITI KEDELAI
-    tuntutan atribut produk misalnya kesesuaian dengan ISO series (ecolabeling, ecoefficiency), dll sesuai dengan  tuntutan pasar
-       Pemerintah, untuk mengantisipasi adanya kenyataan tersebut telah mencanangkan program Bangkit Kedelai, yang dicanangkan mulai tahun 2006 sampai tahun 2010. dalam      kegiatan koordinasi pengembangan kedelai IP-300, Implementasi program bangkit kedelai, akan ditempuh melalui 2 sub program yaitu pertama sub program peningkatan mutu intensifikasi melalui 3 rancang bangun yaitu pengembangan pusat pertumbuhan, pengembangan usaha dan pengembangan kemitraan.
-    Standar mutu kedelai di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia     SNI 01-3922-1995.




Klasifikasi dan Standar Mutu
a)    Syarat umum

1.    Bebas hama dan penyakit.
2.    Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya.
3.    Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.
b)    Syarat khusus
1.    Kadar air maksimum (%): mutu I=13; mutu II=14; mutu III=14 dan mutu IV=16.
2.    Butir belah maksimum (%): mutu I=1; mutu II=2; mutu III=3 dan mutu IV=5.
3.    Butir warna lain maksimum (%): mutu I=1; mutu II=3; mutu III=5 dan mutu IV=10.
4.    Butir rusak maksimum (%): mutu I=1; mutu II= 4; mutu III=3 dan mutu IV=5.
5.    Kotoran maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1; mutu III=2 dan mutu IV =3
6.    Butir keriput maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1; mutu III=3 dan mutu IV=5.


11. Pembiayaan

Pembiayaan di sector kedelai sebenarnya telah menjadi program permerintah yang  dikoordinasi oleh Departemen Pertanian dan Departemen keuangan. Program pembiayaan kedelai ini termasuk kedalam  program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). Kegiatan usaha yang dapat didanai melalui KKP-E bisa dilakukan secara mandiri atau bekerjasama dengan mitra usaha, antara lain meliputi: i) Pengembangan padi, jagung, kedelai, ubi jalar, tebu, ubi kayu, kacang tanah, dan sorgum; ii) Pengembangan tanaman holtikultura antara lain berupa: cabe, bawang merah, dan kentang; dan iii) Pengadaan pangan berupa: gabah, jagung, dan kedelai.
Selain itu, pendanaan KKP-E yang berasal dari Bank Pelaksana dapat diberikan kepada Peserta KKP-E melalui kelompok Tani dan/atau Koperasi.
Fitur Kredit
•    Jangka waktu max. 1 tahun.
•    Limit kredit max. Rp 15 juta untuk individu dan max. Rp 500 juta untuk koperasi.
•    Tujuan penggunaan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja sbb :
o    Intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi kayu dan ubi jalar
o    Ekstensifikasi budidaya tebu, peternakan dan pengadaan pangan.
•    Penarikan dilakukan sekaligus pada saat awal musim tanam.



Manfaat :
•    Mendapat bimbingan teknis dan manajemen dari Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas Pertanian, Departemen Pertanian.
•    Suku bunga yang ringan.
•    Pembiayaan dapat diberikan secara kelompok.
•    Dijamin dengan asuransi kredit dari PT Askrindo (Persero), khusus untuk tujuan usaha intensifikasi.
Jangka waktu KKP-E ditetapkan paling lama 5 tahun. dengan subsidi bunga dari pemerintah sebesar 7-8 persen per tahun;



BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan yang didapat dari pembahasan pada BAB II adalah sebagai berikut :
1.    Apabila kemampuan produksi kedelai nasional tidak dapat mengikuti peningkatan kebutuhannya, maka Indonesia akan semakin tergantung pada impor yang berdampak membahayakan ketahanan nasional.

2.    Beberapa strategi penting untuk menjamin keberhasilan peningkatan produksi kedelai nasional ialah:
1. Perbaikan Harga
2. Pemanfaatan Potensi Lahan
3. Intensifikasi Pertanaman
4. Perbaikan Proses Produksi
5. Konsistensi Program dan Kesungguhan Aparat

3. Peningkatan system produksi yang baik dan lancar dapat memperbaiki system pemasaran yang ada saat ini. Semakin meningkatknya produksi kedelai maka akan mengakibatkan lonjakan harga kedelai yang lebih stabil. Hal inilah yang memberikan peluang usaha yang lebih baik akan komoditas kedelai.

4.    Kemampuan ekspor kedelai nasional menurun drastis sejak tahun 2001 hingga 2004 ini mencapai 1,2 ribu ton. unsur utama keterlambatan perkembangan ekspor kedelai adalah minimnya produksi kedelai di tanah air. Salah satu peningkatan produksi dapat dilakukan dengan Swasembada Kedelai. Pemerintah yang mulai menggalakkan Swasembada kedelai harus lebih jeli melihat peluang ini.

  
3.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penulisan ini adalah sebaiknya pemerintah dan aparat desa lebih memperhatikan masyarakat dan sering memberikan pelatihan untuk menambah keahlian dan ketrampilan masyarakat sehingga masyarakat memiliki modal dalam bentuk pengetahuan dan keahlian dalam penanaman kedelai agar dapat tumbuh dan berkembang lebih.

    Pembahasan dalam makalah ini hanyalah sebagian kecil saja. Masalah yang dibahas di dalamnya harus terus dibahas secara lebih luas lagi agar didapatkan kebenaran yang hakiki.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Anjuran Pemupukan Tanaman Kedelai, Liptan, BIP Departemen Pertanian Jawa Timur, No. 13, tahun 1988.
______, Kedelai, Seri Pembangunan Desa (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1980).
______, Hama dan Penyakit Tanaman (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1974).
_______, Kedelai  (Jakarta : Pusat Penelitian Hortikultura Pasar Minggu, 1989).
Lembaga Biologi Nasional, Manfaat Kedelai, 12 April 1989.
Rukmana Rahmat, Kedelai Budidaya dan Pasca Panen (Jakarta : kannisius, 1996).



    2008
    FAKULTAS EKONOMI                 UNIVERSITAS JAMBI

 OLEH KELOMPOK 1:                      Hikcher Pasma Franata   (C1B 006016)     Khairul Ardani             (C1B 006032)     Naarah Natalia Lature      (C1B 006031)     Peki Sasmar Putra         (C1B 006015)



[MAKALAH  AGRIBISNIS UDANG ] KELOMPOK II
DOSEN PEMBIMBING :                                                                                             DR. Johanes, SE, M.Si                                                                                             Novita Sari, SE                                                                                                                                              

























  



DAFTAR ISI

Latar belakang ...................................................................................................    2
Pentingnya Pengamatan Mulai Dari Produksi dan Konsumsi .....................    2
Produksi ……………………………………………………………….    2
Konsumsi ………………………………………………………………    2
Prospek Komoditi Udang dari Sisi Permintaan .............................................        3
Permasalahan Komoditi Udang dari Sisi Agribisnis .....................................    3
SUB-SYSTEM AGRIBISNIS ...........................................................................    4
Farming system. ....................................................................................    4
Processing ..............................................................................................    4
R & D .....................................................................................................    5
Government as Support Sub System ………………………………..    5
Cooperative Enterpreneur …………………………………………..    6
Subsistem yang berperan penting .......................................................    6
ANALISIS   SWOT …………………………………………………………..    6
    Strenght …………………………………………………………….....    6
    Weakness ………………………………………………………………    7
Opportunities …………………………………………………………    7
Threath ………………………………………………………………..    8
Segmentasi Pasar ..................................................................................    8
Bauran Pemasaran ...........................................................................................    8
Potensi Ekspor Komoditi  ................................................................................    9
Atribut Kualitas Komoditi ..............................................................................    10
Lembaga pembiayaan  ……………………………………………………….    10
KESIMPULAN .................................................................................................    14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................    15
       











UDANG

1.    Latar belakang

Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Salah satu komoditas ekspor Indonesia yang diharapkan dapat menyumbangkan devisa negara dari sektor non migas adalah udang. Konsumsi udang dunia terus meningkat, sementara itu sumber daya pantai Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Dengan demikian, dilihat dari sisi produksi, prospek industri udang Indonesia adalah sangat cerah. Ekspor udang Indonesia selama 25 tahun terakhir ini dengan laju pertumbuhan yang terus meningkat. Dimana, pasar udang terbesar di dunia saat ini adalah Jepang,Amerika Serikat serta Uni eropa.
Udang merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Rasanya yang gurih dan bentuk serta warnanya yang khas,menyebabkan udang menjadi makanan yang digemari oleh segala usia. Keunikan postur tubuhnya yang khas dan kerenyahannya membuat udang berbeda dari jenis makanan seafood lainnya. Sebagai salah satu sajian khas yang berselera,udang tentunya layak disajikan di hotel-hotel mewah,restoran-restoran terkenal,sampai di warung pinggir jalan sekalipun.

2.    Pentingnya Pengamatan Mulai Dari Produksi dan Konsumsi

A.    Produksi
Indonesia merupakan daerah terluas untuk pengelolaan tambak udang. Areal yang cocok untuk usaha ini mencapai ±960.000 hektar, tetapi yang tergarap baru sekitar 380.000 hektar. Jika kekurangan tersebut dibenahi secara serius dan total, lalu areal tambak yang dikelola mencapai sekitar 500.000 hektar, berarti volume produksi setiap tahun minimal dua ton per hektar atau satu juta ton per tahun. Namun, saat ini produksi udang hanya mencapai 300.000 ton/tahun
Sementara itu Produksi udang Indonesia sampai saat ini masih tetap diorientasikan ke pasar internasional, dengan negara-negara tujuan eksport, dimana dalam beberapa tahun terakhir ini udang indonesia telah menunjukkan laju pertumbuhan yang sangat fantastis. Selain peningkatan volume produksi, industri udang dunia juga diwarnai oleh pergeseran sistem produksi dari usaha penangkapan ke usaha budidaya khususnya di tambak.
Iwan mengatakan, “udang di Indonesia merupakan salah satu komoditas budidaya perikanan unggulan. Tahun lalu, produksi udang 300.000 ton. Produksi udang untuk tahun 2009 ditargetkan sebanyak 450.000 ton”. Maka dari itu permintaan akan udang dunia sangat tinggi, dan ini mendorong Indonesia untuk menjadi salah satu negara produsen udang. Saat ini, Indonesia tercatat sebagai negara produsen udang kedua terbesar di Asia setelah Cina.

B.    Konsumsi
Dari 380.000 hektar tambak yang dikelola, menghasilkan udang sekitar 300.000 ton per tahun. Sekitar 15 persen dari total produksi itu dikonsumsi dalam negeri. Selebihnya diekspor. Negara tujuan ekspor antara lain ke Jepang mencapai 60 persen, AS sekitar 14,5 persen, dan Uni Eropa 10,5 persen.
Konsumsi udang dunia pun mencapai tiga juta ton per tahun. Sekitar 500.000 ton dikonsumsi di AS. Konsumsi udang terbesar terjadi di Jepang. Di sana setiap orang mengonsumsi tiga kilogram udang per tahun. Lalu, disusul AS sebanyak 1,8 kg per orang per tahun dan Uni Eropa sekitar 1,5 kg per orang per tahun, tetapi konsumsi udang untuk setiap orang di Indonesia umumnya masih jauh di bawah satu kilogram per tahun
Perhitungan konsumsi nasional udang dilakukan dengan metoda produksi nasional ditambah impor dikurangi ekspor Dengan tingkat konsumsi yang terjadi di indonesia, menunjukkan bahwa selain sebagai komoditas pasar internasional, udang memiliki peluang untuk memenuhi permintaan pasar domestik. Apalagi, seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia yang diperkirakan membaik pada tahun-tahun yang akan datang, akan meningkatkan daya beli masyarakat dan konsumsi udang pun akan meningkat.

3.    Prospek Komoditi Udang dari Sisi Permintaan

Udang merupakan komoditas unggulan yang mempunyai nilai ekspor terbesar (sekitar 21 %) dari nilai perdagangan dunia hasil perikanan. Bagi Indonesia, udang merupakan komoditi ekspor andalan dengan sumber perolehan devisa meningkat lebih dari 50 % dari total ekspor hasil perikanan bersumber pada komoditas ini.
Devisa yang diraup dari ekspor perikanan per tahun di Indonesia mencapai sekitar US$ 2 miliar, maka separuh di antaranya berasal dari ekspor udang. Ini menandakan bahwa perkembangan potensi udang sebagai usaha agribisnis sangatlah baik untuk digeluti di Indonesia.
Produksi udang di Indonesia dihasilkan dari penangkapan di laut dan budidaya tambak, yang sebagian besar diekspor ke Jepang, Hongkong, Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Bahkan dewasa ini jika agrbisnis udang dikelola secara serius maka udang tidak hanya sebatas konsumsi makanan tetapi dapat juga dimanfaatakan sebagai produk inovasi seperti limbah kulit udang yang dapat diolah menjadi khitin dan khitosan sebagai obat antikolesterol, obat pelangsing tubuh, perban penghenti perdarahan, dan bahan kaus yang mampu menyerap keringat
•    Bahan serat penyeimbang makanan dalam tubuh. Produk khitosan dalam bentuk pil kapsul bisa dipakai untuk mengurangi kadar kolesterol. Artinya produk tersebut bisa dipakai sebagai obat pelangsing tubuh tanpa efek samping
•    khitosan dipakai untuk bahan pakaian dalam seperti kaus singlet, kaus oblong, dan kaus kaki bermutu tinggi. Sebab, kaus dari serat bahan khitosan ini mampu menyerap keringat dan menyerap bau badan secara maksimal
Di samping itu, daya serap serat khitosan tadi amat cocok sebagai materi tambahan untuk pembuatan kain tekstil. Berdasarkan riset, serat khitosan mampu mempertahankan warna dari kain tekstil agar tetap cerah

4.    Permasalahan Komoditi Udang dari Sisi Agribisnis

Diperkirakan komoditi udang akan tetap menjadi primadona ekspor hasil perikanan dalam dasawarsa ke depan. Alasannya, komoditas ini termasuk jenis yang paling banyak diminati para konsumen di berbagai penjuru dunia. Ini artinya, peluang bagi dunia perudangan nasional. Di sisi lain persaingan pasar global akan semakin ketat, sedangkan pola pemasaran ekspor Indonesia masih tergolong single market, akibat tingginya ketergantungan pada pasar tradisional. Maka sudah waktunya dirumuskan pola pengembangan pemasaran yang lebih agresif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam wadah Indonesian Fisheries Incorporated. Dan untuk mendorong kinerja ekspor hasil perikanan, Indonesia perlu meningkatkan kemampuan di bidang market intelligence. Tujuannya, agar dapat mewaspadai pesaing-pesaing baru dan mencari pasar-pasar baru / alternatif.
Sedangkan masalah utama dalam pengembangan industri udang di Indonesia yaitu:
1.    Masalah sosial - terutama keamanan dan gejolak sosial,
2.    Finansial - terbatasnya modal usaha khususnya bagi para petambak kecil dan investasi dari luar negeri,
3.    Masalah residu antibiotik,
4.    Rencana pemberlakuan anti-dumping oleh Amerika Serikat,
5.    Harga udang di pasar internasional yang sulit diramalkan
6.    Maraknya kampanye anti udang tambak


5.    SUB-SYSTEM AGRIBISNIS

Farming system.
Tahapan farming system pada agribisnis udang meliputi beberapa tahapan, antara lain:
•    Penentuan tambak
Tambak udang dirancang untuk meningkatkan dan memproduksi udang laut atau tawar untuk konsumsi manusia. Pertambakan udang komersial dimulai pada 1970-an, dan produksi tumbuh dengan cepat, terutama untuk memenuhi pertumbuhan permintaan Produksi global total dari udang tambak mencapai lebih dari 1,6 juta ton pada 2003, mewakili hampir 9 milyar dolar AS. Sekitar 75% udang tambak diproduksi di Asia, 25% sisanya diproduksi di Amerika Latin,
Pertambakan udang telah berubah dari bisnis tradisional, skala-kecil di Asia Tenggara menjadi sebuah bisnis global. Kemajuan teknologi telah mendorong pertumbuhan udang dengan kepadatan yang lebih tinggi.
•    Pembenihan
Pada umumnya, pembenihan udang mengambil waktu ± 35 hari. Sehingga dalam setahun dapat dilakukan 5 kali proses pembenihan, pembenihan itu sendiri dapat dilakukan setelah memperkirakan masa untuk membersihkan kelengkapan, waktu rehat / istirahat (break cycle) dan kinerja pemulihan peralatan yang akan dipakai.
•    Tekhnik pembudidayaan
Langkah-langkah penerapan budidaya udang yaitu didahului dengan memenuhi kelayakan dasar (pre-requisite) budidaya. Kelayakan dasar ini berisi GCP (Good Culture Practices) yang mengatur kebersihan umum, pembesaran dan penanganan tambak atau kolam pembudidayaan udang.. Kebersihan umum meliputi kebersihan area, pembersihan peralatan sebelum dan sesudah digunakan dan kebersihan gudang penyimpanan. Sedangkan pembesaran dan penanganan meliputi catatat dalam menjaga dan menyediakan : air dan penggunaan air, pakan dan pemberian pakan, penyakit dan pengontrolan penyakit, obat-obatan dan bahan kimia dengan petunjuk penggunaan, waktu dan periode pemberian; teknik pasca panen, pembersihan produk dengan air bersih, temperatur produk, pencegahan kontaminasi selama panen, sortasi, transpotasi serta kelambatan penanganan seminim mungkin. Secara garis besarnya, alur proses budidaya terdiri dari pemilihan lokasi/tempat budidaya, suplai air, pengelolaan lingkungan ikan/udang yang dipelihara, produksi dan panen.

Processing.
Konsep pengembangan budidaya udang dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu : perairan, lahan, teknologi budidaya, dan sumberdaya manusia yang masing-masing merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Mengingat budidaya udang merupakan suatu kegiatan yang ‘profit oriented”, maka pendekatan yang dilakukan terhadap ke empat faktor tersebut haruslah dikondisikan pada pendekatan yang mengarah pada ‘safety and comfortable financial” bagi para pelaku yang terlibat di dalam kegiatan budidaya tersebut.
Pemasaran udang merupakan tahapan terakhir untuk dapat memulai budidaya pada periode selanjutnya. Tidak seperti komoditas lainnya, udang merupakan komoditas yang ‘high perishable’ sehingga penanganan saat sebelum dipasarkan memerlukan konsep ‘fast and simple handling’ agar tidak terjadi penurunan kualitas udang, karena degradasi mutu udang berpengaruh nyata terhadap harga jualnya.
Setelah melalui proses pemanenan maka udang ditangani oleh bagian cold storage untuk dilakukan penyortiran udang berdasarkan size dan kualitasnya untuk menentukan standar harga udang tersebut. Size merupakan ukuran besar kecilnya udang atau secara definisi yaitu jumlah udang yang terdapat dalam 1 kilogram, sehingga semakin besar size udang maka ukurannya akan semakin kecil.
Mengacu pada konsep size dan mutu udang maka harga jual udang keseluruhan diperoleh melalui penghitungan presentase size dan mutu udang dari berat total hasil panen dikalikan harga berdasarkan size dan mutunya.

R & D.
Dalam pengembangan udang lokal, diperlukan reorientasi program budidaya udang nasional yang lebih mengedepankan kepada pengembangan budidaya udang lokal (indigenous) yang mempunyai nilai ekonomi tinggi khususnya udang windu (Penaeus monodon) dan udang putih (P. indicus). Hal ini mengingat bahwa akhir-akhir ini, budidaya udang nasional mulai di dominasi oleh udang “exotic” yang induknya sangat tergantung dari impor. Dalam jangka pendek, pengembangan budidaya udang “exotic” ini mungkin sangat menguntungkan, karena produktivitasnya dapat mencapai 50 ton/ha/panen. Tetapi, dalam jangka panjang – langkah ini mempunyai risiko yang sangat tinggi.
1.    Harga udang di pasar dunia saat ini terus merosot karena melimpahnya pasokan udang dari berbagai negara..
2.    Dari segi “market intelligence,” pengembangan budidaya udang “exotic” ini mempunyai beberapa kerawanan. Apabila terjadi konflik politik antara Indonesia dengan negara pemasok induk udang maka industri udang nasional dapat “collapse”.
Dari aspek “comparative advantage” pun, pengembangan udang secara komparatif tentunya lebih menguntungkan dibanding dengan pengembangan udang-udang “exotic”. Masalahnya adalah, bagaimana mengubah berbagai tantangan yang dihadapi dalam pengembangan udang menjadi peluang, termasuk peningkatan produktivitas, ancaman penyakit, dsb. Sementara itu, dukungan makro seperti jaminan keamanan, pola birokrasi yang efisien, tidak adanya rent seeking dan red tape practices akan meningkatkan minat investasi pada industri udang. Pola tindak antara para pihak yang bersinergi dalam konteks Indonesia incorporated  tidak hanya akan mempercepat perkembangan bisnis udang di tanah air tetapi akan mampu menggerakan roda perekonomian nasional agar dapat segera keluar dari krisis.

Government as Support Sub System.
Di Indonesia , Pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan juga menyediakan bantuan modal yang disalurkan melalui dinas di tingkat kabupaten. Pinjaman ini juga tidak spesifik untuk udang saja.
Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah  meliputi, pembebtukan lembaga-lembaga yang mampu meringankan para petani udang dalam pengelolaan agribisnis udang mereka, seperti:
•    Membentuk lembaga pembiayaan, guna membantu peningkatan komoditi udang di berbagai daerah di Indonesia, dalam hal ini meliputi pembiayaan input-input produksi.
•    Membentuk Lembaga Pemasaran dan Distribusi dimana lembaga ini menjadi ujung tombak keberhasilan pengembangan agribisnis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara deficit units (konsumen pengguna yang membutuhkan produk) dan surplus units (produsen vang menghasilkan produk).
•    Lembaga Riset, lembaga ini merupakan salah satu faktor penentu daya saing karma adanya keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

Sedangkan peran langsung dari pemerintah yang efisien meliputi, penerapan sertifikasi perbenihan dan pembudidayaan udang, penembangan laboratorium lingkungan dan penyakit, penyediaan saran dan prasarana budidaya, dan membantu pengutan permodalan bagi pembudi dayaan udang.

Cooperative Enterpreneur.
Dengan jumlah penduduk  lebih dari 220 juta jiwa, Indonesia merupakan potensi pasar domestik yang sangat besar, apalagi mengingat bahwa tingkat konsumsi ikan rata-rata per kapita masih sangat rendah dibandingkan dengan negara lain.  Disamping itu, melalui berbagai saluran yang ada, promosi dan lobi pemasaran harus ditingkatkan mengingat persaingan di pasar global terhadap produk  sejenis semakin ketat. Keikutsertaan pada pameran internasional dan promosi secara aktif ke negara-negara baru yang potensial untuk meningkatkan akses pasar merupakan langkah konkrit yang perlu untuk dilaksanakan. Disamping itu, peningkatan citra mutu produk Indonesia perlu secara terus menerus digaungkan dan dilaksanakan oleh semua pihak terkait. Hal ini mengingat bahwa persyaratan mutu dan sanitasi akan banyak dipakai sebagai hambatan non-tarif oleh negara-negara maju. Karena itu, cooperative enterpreneur antar sektor menjadi salah satu prasyarat yang perlu ditingkatkan.  Kemungkinan mengembangkan pemasaran melalui sistem future market dan pembentukan National Shrimp Board nampaknya perlu dikaji untuk kemungkinan penerapannya di lapangan.


6.    Subsistem yang berperan penting

Dari subsistem yang telah di jelaskan di atas peranan yang sangat penting pada agribisnis yang terjadi saat ini di indonesia yaitu “ Government as Support Sub System ” dimana pada tahapan ini peran aktif dari pemerintah dalam pengembangan agribisnis udang, khususnya di indonesia sangat di pengaruhi oleh peran langsung dari pemerintah guna membantu kelangsungan peningkatan mutu serta kualitas udang di indonesia agar udang di indonesia dapat diakui oleh inernasional. Sehingga ini berdampak langsung pada perolehan kas negara secara tidak langsungnya karna mampu mendongkrak devisa negara khususnya disektor non migas yaitu pada agribisnis udang.


7.    ANALISIS   SWOT.

Strenght
Besarnya potensi perekonomian khususnya di sektor perikanan dan kelautan ini mempunyai nilai yang cukup strategis bagi peningkatan devisa negara melaui kebijakan-kebijakan pembangunan yang mengarah pada pemanfaatan sumberdaya yang ada secara optimal, berwawasan lingkungan, berbasis pada prinsip ekonomi kerakyatan dan berkelanjutan
Usaha tambak udang memberika dampak positf terutama bagi masyarakat di sekitar tempat pembudidayaan. Dilihat dari sisi ekonomi usaha ini memberikan keuntungan yang berlipat apabila dibandingkan dengan bercocok tanam padi dan bagi pemilik lahan memberikan penghasilan dari usaha persewaan lahan non produktif. Akibat dari perlunya penyediaan kebutuhan untuk usaha antara lain penyediaan pakan,peralatan,obat-obatan dan pemasaran,muncul usaha lain yang mendukung usaha budidaya udang tersebut,misalnya toko atau kios pakan dan saprokan serta pedagang pengepul khusus untuk udang. Untuk memenuhi akan benih,di desa pertambakan telah berdiri pula suatu hatchery.

Weakness
Kelemahan dalam peningkatan agribisnis udang secara spesifik di Indonesia didominasi oleh munculnya isu-isu dan masalah secara musiman yang dapat melemahkan kegiatan bisnis udang.. Meskipun mengalami peningkatan dalam produksinya, Indonesia memiliki kendala dalam agribisnis udang diantaranya:

a.    Masalah sosial - terutama keamanan dan gejolak sosial,
b.    Finansial - terbatasnya modal usaha khususnya bagi para petambak kecil dan investasi dari luar negeri
c.    Belum diketahuinya sumber antibiotik secara pasti dalam pakan, perlakuan di kolam/tambak atau di tempat pengolahan
d.    Survival rate yang belum konsisten karena wabah white spot
e.    Rencana pemberlakuan anti-dumping oleh Amerika Serikat
f.    Isu antibiotik. Inovasi yang dilakukan dalam produksi meliputi penggunaan probiotik sebagai pengganti antibiotik, penggunaan "absorptive" mineral, sterilisasi lapisan kolam, penggunaan bio-filters dan adaptasi dalam "waste water treatment" serta water blending dan sterilisasi.
g.    Harga udang di pasar internasional yang sulit diramalkan

Sementara itu,Ketua Umum Shrimp Club Indonesia Iwan Sutanto mengakui meski ekspor udang dari Indonesia telah ditolak beberapa kali oleh Negara Eropa dan Jepang akibat mengandung antibiotic melebihi ambang batas,namun pemerintah belum mengambil tindakan. Sampai kini pemerintah belum melakukan pembinaan dan mentoring kepada petani udang agar tidak menggunakan antibiotic dan beberapa hal lainnya sesuai standarisasi yang diterapkan Eropa sejak 2004.
Kelemahan produsen produk pertanian khususnya petani adalah kurang sadarnya terhadap mutu, sehingga nilai produk agribisnis yang kini menjadi andalan kurang maksimal  

Opportunities
Peluang pengembangan udang diperkirakan akan terus membaik seiring dengan meningkatnya permintaan udang dipasaran internasional, baik disebabkan karena laju pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan maupun pergeseran pola konsumsi,kebutuhan manusia akan makanan sehat (healthy food) serta rasa ketidak amanan manusia untuk mengkonsumsi daging ternak
Disisi lain peluang pasar udang masih terbuka luas baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk pasar lokal, permintaan datang terutama dari wilayah yang banyak dikunjungi turis seperti Bali, Jakarta, Batam, dan Surabaya.
Sementara pasar udang di luar negeri telah terbentuk diJepang, Korea, Singapura, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Belanda, Australia dengan pasokan utama datang dari Thailand,Cina, dan India, untuk itu akan sangat memungkinkan bagi Indonesia untuk terjun kedalam pasar udang yang telah terbentuk di Negara-negara konsumsi udang tersebut..

Threath
Perdagangan ekspor komoditi perikanan cenderung semakin kompetitif. Disamping itu, ekspor komoditi perikanan juga dihadapkan pada berbagai hambatan tarif, food safety, issu lingkungan dan lain-lain. Sedangkan hambatan lainnya berkaitan dengan persyaratan mutu dan sanitasi dan gencarnya kampanye anti udang tambak oleh GAA (Global Aquaculture Alliance) dengan anggapan merusak hutan bakau dan kelestarian lingkungan. Untuk itu produksi perikanan budidaya perlu menerapkan system jaminan mutu/food safety (HACCP) yang diwajibkan oleh CAC/FAO/WHO (Codex Alimentarius Commission) dan negara-negara importir. Disamping itu setiap pembuat tambak udang selalu mengikuti kaidah-kaidah AMDAL.
Selain itu Sedikitnya 300.000 ton udang ekspor asal Indonesia terancam ditolak Negara tujuan yakni Amerika Serikat dan Uni Eropa,karena tidak memenuhi standar kualitas internasional. Hal ini lah yang menjadi ancaman tersendiri pada agribisnis udang yang terjadi di indonesia.

Segmentasi Pasar.
Proses melayani pasar secara lebih terarah diawali dengan melakukan segmentasi pasar, menurut Handito, ada beberapa cara dalam menentukan segmentasi pasar dalam pemasaran udang di Indonesia, faktor-faktor tersebut meliputi:
•    Berdasarkan faktor demografi atau kependudukan, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan jumlah anggota keluarga.
•    Berdasarkan faktor geografi atau tempat tinggal konsumen.
•    Berdasarkan faktor psikografi atau reaksi konsumen terhadap perubahan pasar, seperti perubahan kualitas atau harga.
•    Berdasarkan perilaku konsumen.


8.    Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran udang yang terjadi di indonesia terdiri atas:
1)    Produk (product).
Udang di indonesia memiliki banyak potensi untuk dipasarkan, baik itu di pasar dalam negeri maupun untuk dipasar kan ke luar negeri. Walupun pada saat ini sedang marak kasus antibiotic pada udang, tetapi udang Indonesia masih mampu bersaing di pentas ekspor dunia.
2)    Harga (price).
Walaupun volume udang yang dipasok di indonesia terus meningkat, sementara penambahan konsumsi udang dunia cenderung tetap, sehingga harga udang cenderung turun. Maka perlunya dilakukan penentuan harga yang tetap menurut standarisasi internasional agar harga udang di dunia cendrung stabil.
3)    Distribusi (place).
Indonesia bersama dengan negara-negara produsen udang di ASEAN yang tergabung dalam ASEAN Shrimp Alliance (ASA) bersepakat untuk meningkatkan daya saing dan mempertahankan diri sebagai produsen mayoritas udang dunia. ”Negara ASEAN sepakat untuk bersama-sama memperluas pasar udang sehingga mendorong nilai ekspor,” Achmad Poernomo.
Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi Negara-negara produsen udang, khususnya Indonesia, karena Pendistribusian udang ke pasar dunia tidak lagi melalui saluran yang cukup panjang dan komplek dan menyulitkan.
4)    promosi (promotion).
Produksi udang Indonesia sampai saat ini masih tetap diorientasikan ke pasar internasional, dengan negara-negara tujuan ekspor Jepang, USA, dan uni eropa. Namun akhir-akhir ini volume ekspor udang Indonesia mengalami penurunan. Turunnya ekspor udang Indonesia tersebut dapat diakibatkan oleh turunnya penawaran udang domestik dan  juga turunnya ekspor udang Indonesia ke Negara-negara tujuan ekspor utama. Turunnya volume ekspor udang domestik ini dimungkinkan akibat pengaruh eksternal seperti turunnya harga udang dunia  ataupun pengaruh internal di Indonesia akibat dari kebijakan makro ekonomi Indonesia yang kurang mendukung, seperti tingkat bunga yang selalu meningkat. Maka dari itu perlunya bauran pemasaran khususnya untuk promosi, dimana tingkat konsumsi udang Indonesia untuk Negara-negara seperti Jepang, USA dan lain-lain masih memiliki daya tampung yang besar dan Konsumsi udang rata-rata di negara maju masih sangat rendah sehingga perlu langkah-langkah untuk menggalakkan promosi, walaupun dalam beberapa tahun ini masih marak kasus anti dumping serta pemakaian antibiotic yang berlebihan pada udang, namun Indonesia tidak terkana dampak dampak yang signifikan, maka dari itu perlu dilakukan promosi besar-besaran untuk udang Indonesia yang tidak memakai antibiotic serta mempunyai size dan kualitas udang yang dapat diunggulkan dipasaran dunia bahkan domestic sekalipun.

9.    Potensi Ekspor Komoditi

Potensi ekspor yang sangat besar menjadikan peluang yang besar dalam pengembangan budidaya udang di Indonesia. Namun demikian, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan budidaya udang ini juga tidak kalah besarnya. Hal ini menuntut upaya berbagai pihak, baik Pemerintah, Pembudidaya, Swasta maupun Stakeholder lainnya untuk bersama-sama menanggulangi tantangan tersebut, agar potensi ekspor udang yang sangat besar tersebut tidak hanya menjadi peluang, tetapi secara nyata dapat dimanfaatkan dan dikelola secara baik untuk meningkatkan konstribusinya dalam pembangunan nasional.
Ditetapkannya udang salah satu komoditas yang harus ditingkatkan produksinya cukup beralasan,karena udang merupakan primadona ekspor hasil perikanan Indonesia yang budi dayanya telah terbukti memiliki backward dan forward lingkage yang cukup luas bagi aktivitas ekonomi masyarakat. Menurutnya aktivitas usaha budi daya udang di beberapa sentra produksi beberapa tahun terakhir ini,telah membawa dampak yang cukup signifikan bagi menurunnya pertumbuhan ekonomi masyarakat di beberap kawasan budidaya tersebut. Sebagai komoditas ekspor,udang masih memperlihatkan penampilan yang mengembirakan.

Tabel 1. Sepuluh Besar Negara Tujuan Ekspor Udang Indonesia sejak Tahun 2000
No.    Negara    Volume Ekspor
(Ton)
1    Jepang    54.064
2    Amerika Serikat    16.216
3    Hongkong    7.164
4    Belanda    6.900
5    Singapura    6.572
6    Malaysia    5.236
7    Inggris    4.218
8    Taiwan    2.623
9    RRC    2.223
10    Belgia & Luxemburg    2.011
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Departemen Kelautan & Perikanan,

Dalam program ekspor hasil perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan menetapkan target ekspor udang sebesar USD 6,78 milyar. Untuk mencapai target nilai ekspor tersebut, produksi udang harus mencapai 6,06 juta ton dimana 1,11 juta ton (18,3%) dari perikanan budidaya yaitu hasil perikanan yang tidak diperoleh dari penangkapan. Untuk memenuhi target tersebut, udang mempunyai potensi untuk dijadikan komoditi ekspor karena perdagangan udang telah meluas di dunia, harganya cukup tinggi dan permintaannya dari tahun ke tahun diperkirakan semakin meningkat.

Pesaing Pasar Ekspor.
Sebetulnya kalangan petambak udang sangat sadar bahwa Indonesia bukan satu-satunya negara pembudidaya udang di dunia. Banyak negara yang menggiatkan usaha tersebut, seperti Thailand, Filipina, China, India, Vietnam, Brasil, Ekuador, dan Meksiko. Bahkan, negara-negara itu mengembangkan sistem teknologi canggih sehingga volume produksi pun tinggi. Di Thailand, misalnya, produksi udang tiap tahun rata-rata enam ton per hektar.
Maka dari itu saat ini telah ada 50 negara penghasil udang di dunia antara lain Negara produsen terbesar adalah China, Thailand, Vietnam, dan Ekuador. Mereka pesaing utama Indonesia. Dalam jumlah yang relative kecil,komoditi ini juga diproduksi di India, Costa Rika, Brazil, dan Malaysia, Banglades, Taiwan.

10. Atribut Kualitas Komoditi.

Sejak tahun 2004 lalu,Uni Eropa mulai menerapkan standarisasi kualitas udang yang ketat. Diantaranya harus bebas dari antibiotic atau zat chlorampenicol,sehingga udang yang diketahui mengandung antibiotic akan ditolak Negara tujuan ekspor. Selain bebas dari antibiotic,masalah dampak kerusakan lingkungan dan kesinambungan produksi juga harus memenuhi standar yang ditetapkan UE. Sayangnya,menurut Iwan, meski peraturan UE itu sudah dikeluarkan sejak tahun 2004,namun hingga saat ini aturan tersebut kurang disosialisasikan ke para pengusaha udang Indonesia, khususnya yang tetgabung dalam SCI. Untuk menerapkan pembudidayaan udang seperti yang dipersyaratkan UE tidaklah mudah. Butuh dukungan dan kerja sama dari semua pihak. Dari semua persyaratan yang diminta, yang paling berat untuk dilakukan adalah mengenai lingkungan dan HAM pekerja. Termasuk mengenai tempat tinggal pekerja dan pembuangan limbahnya. Sedangkan untuk kandungan antibiotic dapat diatasi dengan tidak menggunakan bahan antibiotic dalam pembudidayaan.

11.    Lembaga pembiayaan yang mendukung Agribisnis Udang di Indonesia.

Keberhasilan maupun keterpurukan agribisnis Indonesia bukan merupakan karya satu atau dua pihak/instansi saja, melainkan keseluruhan komponen penunjang ekonomi bangsa, termasuk di dalamnya budaya (etos kerja, rasa kebersamaan/nasionalisme, dll). Kebangkitan agribisnis terutama dalam menghadapi persaingan global baik di pasar dalam negeri, terlebih lagi di pasar luar negeri, memerlukan kerjasama yang erat bahu-membahu berbagai pihak yang menyatu dalam “Indonesia incorporated”. Konsep Indonesia Incorporated merujuk pada keberpihakan berbagai pihak pada pihak-pihak yang mendapatkan kesulitan atau ancaman serta tantangan persaingan bisnis dari luar negeri. Artinya permasalahan di sektor agribisnis, misalnya, pemecahannya haruslah mendapatkan dukungan dari sektor-sektor ekonomi lainnya. Misalnya adanya kuota atau pelarangan masuk komoditas tertentu di suatu negara mungkin dapat diatasi dengan mempertimbangkan impor komoditas lain dari negara tersebut.
Salah satu komponen penunjang ekonomi ini dari segi investasi agribisnis yang mulai brkembang di Indonesia adalah Lembaga Pembiayaan Pembiayaan merupakan urat nadi usaha. Pembiayaan diperlukan di semua sektor, baik hulu maupun hilir, mulai dari produsen primer yang menyediakan input-input produksi seperti benih udang yang baik, antibiotik hingga agroindustri di hilir beserta lembaga-lembaga distribusi.
Permasalahan umum yang dihadapi dalam kaitan dengan lembaga pembiayaan ini adalah pagu kredit, agunan, suku bunga, proses yang rumit, dan berbagai persyaratan formal lain yang menyertainya. Tanpa adanya terobosan sektor pembiayaan sulit bagi pelaku agribisnis terutama petani kecil dan bisnis informal sulit berkembang. Salah satu bantuan pembiayaan untuk pengembangan agribisnis udang di Indonesia adalah melalui Pola kemitraan.
Pola kemitraan pada dasarnya merupakan bentuk kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pemilik modal/perusahaan dengan beberapa individu/kelompok dalam menjalankan suatu kegiatan tertentu yang bersifat ?profit oriented?. Pola kerja sama tersebut lebih dikenal dengan istilah Perusahaan Inti Rakyat (PIR), dimana secara garis kemitraan pemilik/perusahaan modal disebut dengan inti dan individu/kelompok penerima bantuan modal disebut dengan plasma. Pola kemitraan ini merupakan salah satu bentuk pengembangan wilayah melalui pembangunan ekonomi lokal yang berbasis pada ekonomi kerakyatan yang pelaksanaannya lebih ditekankan pada pembangunan yang berpihak pada rakyat. Bantuan yang diberikan lebih diarahkan pada penyaluran kredit usaha dan kredit modal kerja yang dari pemerintah kepada individu/kelompok melalui perusahaan dan cara pengembalianya melalui sistem bagi hasil yang diperoleh dari keuntungan usaha yang dijalankan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati bersama.
Penerapan pola kemitraan didalam pengembangan tambak udang merupakan salah satu wujud kebijakan pemerintah sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya manusia dan alam (pesisir) serta financial yang ada dan selaras dengan program ekonomi kerakyatan. Komponen yang bertindak sebagai inti adalah perusahaan atau pengusaha yang kuat dalam permodalan, sedangkan plasma terdiri dari kelompok petambak yang mempunyai kemampuan teknis budidaya tetapi lemah/kurang dalam permodalan.
Bantuan yang diberikan oleh pihak inti berupa pemberian kredit yang didapat dari pemerintah dengan pihak plasma sebagai agunan, sedangkan sistem pengembalian kredit tersebut dilakukan melalui bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh plasma dari kegiatan budidayanya. Kredit yang diberikan dari pihak inti meliputi kredit modal usaha yang mencakup kepemilikan lahan tambak dan pemukiman beserta dengan fasilitas penunjangnya, serta kredit modal kerja yang berupa permodalan yang diperlukan untuk melaksanakan proses kegiatan budidaya (benur, saprodi, panen serta sarana penunjang lainnya). Sistem perkreditan yang dilakukan tersebut dijalankan melalui kesepakatan yang telah disetujui oleh pihak inti dan plasma yang dituangkan dalam surat perjanjian.
Faktor utama yang perlu diperhatikan adalah transparansi dalam melaksanakan sistem perkreditan, terutama akuntabilitas perkembangan nilai kredit dari pihak plasma berdasarkan periode budidaya. Pemberian informasi tersebut sangat diperlukan untuk menjaga keharmonisan dan tidak menimbulkan krisis kepercayaan antara kedua belah pihak yang pada akhirnya dapat menimbulkan konflik dalam kegiatan pengembangan tambak udang.
Selain sistem perkreditan tersebut diatas, konsep kerja sama pola kemitraan juga membutuhkan suatu kesepakatan kerja antara pihak inti dengan plasma sebagai upaya membentuk sistem kerja dalam menjalankan kegiatan budidaya di wilayah pengembangan tambak udang. Secara garis besar dilihat dari struktural dan fungsional antara inti dan plasma merupakan mitra (partner) kerja, sehingga memerlukan garis pembatas yang jelas dalam mengatur hubungan kerja agar tidak terjadi ?overlapping? mengenai hak dan kewajibannya masing-masing. Sistem kerja yang dimaksud biasanya meliputi, antara lain :
1.    Kualifikasi dan persyaratan.
2.    Hak dan kewajiban
3.    Hirarki struktural dan fungsional
4.    Penghargaan dan sanksi
5.    Pemutusan hubungan kemitraan
6.    dsb
     Sistem kerja diatas juga harus melalui kesepakatan bersama antara inti dan plasma agar dalam kegiatan pengembangan tambak udang dengan pola kemitraan dapat berjalan selaras/harmonis pada suasana yang kondusif yang sangat dibutuhkan dalam kelancaran proses kegiatan budidaya.

Contoh kasus pembiayaan agribisnis udang di Indonesia :

    BRI Kucurkan Pembiayaan Kredit Kepada Petambak Udang
Fasilitas pinjaman yang akan diberikan kepada petambak udang secara signifikan adalah sebagai modal untuk melakukan proses budidaya. Dalam hal ini pihak Bank bertindak sebagai mitra perusahaan untuk menjembatani dalam proses pendanaan, dimana BRI bersama-sama dengan Inti mempunyai tujuan yang sama, untuk dapat mempercepat pertumbuhan kesejahteraan petambak. Disisi lain, keberadaan BRI sebagai pihak ketiga juga akan mampu memberikan kontrol secara obyektif dalam penggunaan dana tersebut guna menjamin produktifitas yang transparan bagi petambak udang.

    Bank Niaga Syariah (BNS)
Bank Niaga Syariah (BNS) bekerjasama dengan PT Central Proteinaprima Tbk kembali menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 30 miliar kepada 210 petani tambak udang binaan PT Aruna Wijaya Sakti (AWS) di desa Bumi Dipasena Kecamatan Rawa Jitu Timur, kabupaten Tulang Bawang, Lampung
BNS sebelumnya telah menyalurkan pembiayaan kepada 1.000 petani tambak udang binaan PT Central Pertiwi Bahari (CPB) di desa Adiwarna, kecamatan Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang, Lampung dengan plafon kredit sebesar Rp 160 miliar, yang direalisasikan pada bulan Desember 2007. Pembiayaan ini digunakan untuk kebutuhan produksi bagi para petani tambak udang.
Pembiayaan tersebut menggunakan pola channeling yakni petani tambak udang bertindak sebagai debitor, dan akad syariah yang digunakan adalah Akad Murabahah (jual beli) . Sedangkan dengan perusahaan inti (PT CPB dan PT AWS) yang bertindak sebagai wakil dari BNS, untuk melakukan pengawasan, pembinaan dan mengkoordinir seluruh petani tambak udang dalam membudidayakan udang secara teknis maupun non teknis, menggunakan akad syariah yaitu akad wakalah.
PT Central Proteinprima Tbk memiliki fokus usaha pada bidang pembibitan udang, produksi pakan udang, tambak udang dan pengelolaan hasil budidaya udang. Adapun luas areal tanah yang dimiliki PT CPB dan PT AWS adalah sekitar 41.250 ha. Sementara kedua inti tersebut di atas memiliki hampir 18.000 lebih tambak udang. Dengan luas tanah dan jumlah tambak yang besar tersebut, merupakan potensi yang besar bagi BNS untuk membantu pengembangan bisnis ini dari sisi pembiayaan.










































KESIMPULAN

Udang indonesia merupakan penghasil devisa negara yang cukup besar dari sektor non migas, maka dari itu pengembangan produktivitas udang seharusnya mengalami peningkatan yang signifikan, apalagi ditinjau dari segi konsumsi dunia, tingkat konsumsi udang selalu meningkat setiap tahunnya.
Hal ini seharusnya menjadi motivator untuk pemerintah agar mampu mensuport kegiatan-kegiatan dalam produktivitas udang di indonesia, dimana peran aktif dari pemerintah sangat dibutuhkan saat ini guna pencapaian mutu, saize, kualitas serta kuantitas udang agar udang indonesia mampu bersaing dengan udang dari negara-negara produsen lainnya.
    Dilihat dari segi pembiayaan pemerintah dan pihak-pihak swasta telah memberikan solusi bagi petambak udang yang terkendala dalam finansial untuk pengembangan budidaya udang dengan memberi bantuan-bantuan berupa bantuan keuangan dan pengadaan alat-alat pembudidayaan.


































DAFTAR PUSTAKA
       

ANONIM 2005 ; Revitalisasi Budidaya Udang.  Koswara, Prof. Dr. Bachrulhajat,
Jakarta.

Balai Pengembangan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, 1999. Monitoring Sanitasi Kekerangan. BPPMHP, Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perikanan, 1995. Promosi Peluang Usaha Di Bidang Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perikanan, 2000. Statistik Produksi Perikanan Indonesia tahun 1998. Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perikanan, 2000. Statistik Ekspor Perikanan Indonesia tahun 1998. Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta.

Wibowo, Ir.Sigit. Pemeliharaan Udang di Air Tawar,1986;PT. Waca Utama
Pramesti,Jakarta.

Mudjiman L., Budidaya Udang Windu, 1987; Penebar Swadaya, Jakarta.

Webside : http/:www.google.com

Laporan Dirjen. PK2P kepada Menteri Dep. KP, tgl 24 Des 2003
[ LAPORAN SIDANG GLOBAL SHRIMP-2003.doc ]

www.korantempo.com/news/2004/9/9/Ekonomi%20dan%20Bisnis/19.html - 22k -                               

www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2006/02/10/brk,20060210-73738,id.html - 29k

www.sinarharapan.co.id/berita/0608/23/ipt02.html - 25k

www2.kompas.com/kompas-cetak/0406/07/ekonomi/1062187.htm - 47k –


www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-res-1999-irawan2c-324-cytisine&PHPSESSID=dd2cc1da310... - 24k





Komoditi Pisang









DOSEN PENGASUH :
DR. Johanes, SE, M.Si
Novita Sari, SE

Kelompok III
1. Ahmad Taufik Ridho    (C1B006017)
2. M. Afiq Susanto        (C1B006019)
3. Villya Novariza        (C1B006027)
4. Vutty Cindrageni        (C1B006011)


JURUSAN Manajemen
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JAMBI
2008

DAFTAR ISI
                                                                          Halaman
DAFTAR ISI         1
BAB I.  PENDAHULUAN
  1.1 Latar Belakang         2
  1.2 Tujuan Penulisan         2
  1.3 Manfaat Penulisan         2
BAB II. ISI
  2.I Pentingnya Pengamatan Mulai Dari Produksi dan Konsumsi         3
  2.2 Prospek Buah Pisang Dari Sisi Permintaan         4
  2.3 Permasalahan Buah Pisang Dari Segi Agribisnis         5
  2.4 Subsistem Agribisnis Buah Pisang         6
  2.5 Subsistem Yang Paling Berperan         11
  2.6 Pengembangan Agribisnis         11
  2.7 Pengembangan Komoditi Agribisnis Berdasarkan Bauran Pemasaran        15
  2.8 Potensi Ekspor Komoditi Pisang dan Saingannya Dipasar Ekspor         17
  2.9 Atribut Kualitas Komoditi Pisang         18
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
  3.1 Kesimpulan         19
  3.2 Saran         19
DAFTAR PUSTAKA





BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
    Pisang mempunyai nama latin “Musa Paradisiaca“. Nama musa diambil dari nama seorang dokter kaisar Romawi Octavianus Augustus yang bernama “Antonius Musa”. Sesuai dengan kemajuan tekhnologi, budidaya pisang pun mengalami kemajuan pesat. Budidaya buah pisang saat ini tidak hanya dilakukan sambil lalu, tetapi telah dilakukan secara intensif, terutama pisang untuk keperluan eksport.
Pada masyarakat Asia Tenggara, diduga buah pisang telah lama dimanfaatkan. Masyarakat di daerah itu, saat berkebudayaan pengumpul (food gathering), telah menggunakan tunas dan pelepah buah pisang sebagai bagian dari sayur. Bagian-bagian lain dari tanaman pisang pun telah dimanfaatkan seperti saat ini. Pada saat kebudayaan pertanian menetap dimulai, buah pisang termasuk tanaman pertama yang dipelihara.
  Maka dari itu, ahli sejarah dan botani mengambil kesimpulan bahwa asal mula tanaman pisang adalah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.India merupakan negara yang memiliki tulisan pertama tentang budidaya pisang,disebutkan bahwa pemeliharaan itu dilakukan di Epics: Pali Boeddhist,500-600 SM,yang menyebutkan bahwa “buah sebesar taring”itu memeng disukai oleh binatang-binatang bertaring dan bertanduk.Di China,awal kebudayaan pisang dimulai dan terpusat di Yangtze dan sungai kuning. Tanaman pisang juga berkembang Amerika Selatan dan Tengah berasal dari Afrika Barat sekitar tahun 1500, yang akhirnya menyebar ke seluruh daratan Amerika.
.Buah pisang juga banyak memberikan manfaat untuk berbagai keperluan hidup manusia. Selain buahnya, bagian tanaman lainpun bisa dimanfaatkan, mulai dari bonggol sampai daun. Buah pisang selain dalam bentuk segar, dapat juga diolah menjadi makanan olahan, seperti: sale pisang, keripik pisang, dan lain-lain.

1.2. Tujuan
    Tujuan penyusunan makalah ini agar pembaca mengetahui bahwa tanaman pisang merupakan tanaman serba guna, mulai dari bagian bawah (bonggol) sampai bagian atas (bunga pisang) dapat dimanfaatkan serta mengetahui nilai ekonomis yang dihasilkan dari buah pisang. Selain itu, pisang yang berkualitas juga mempunyai potensi dan prospek usaha yang cukup besar dalam peluang dan konsumsinya agar dapat bersaing dengan buah-buahan lainnya sehingga dapat meningkatkan nilai ekspor buah pisang dipasar global.
Dan tujuan lain dari makalah ini adalah untuk mengajak dan menghimbau masyarakat untuk memulai mananam pisang agar bisa membantu perekonomian keluarga, untuk mengajarkan tahapan  apa saja yang harus dilakukan masyarakat jika ingin menanam pisang.

1.2.2    Manfaat
Adapun Manfaat makalah ini adalah :
1.    Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti dan menyelesaikan Mata kuliah Manajemen Agribisnis (MAG173)
2.    Sebagai bahan masukan berupa informasi yang jelas bagi pihak – pihak yang berkepentingan.


BAB II
ISI

2.1. Pentingnya Pengamatan Mulai Dari Produksi dan Konsumsi
2.1.1. Pentingnya Pengamatan Produksi.
Kegiatan produksi perlu diamati guna untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan memenuhi standar yang diinginkan oleh perusahaan sebagaimana yang diminati konsumen. Pengamatan produksi dilakukan pada seluruh aspek kegiatan yang berkaitan dengan produksi, yang meliputi :

a.    Kegiatan proses produksi atau operasi.
        Pengamatan kegiatan-kegiatan produksi komoditi pisang mulai dari pengadaan bibit, teknologi budidaya, teknologi pascapanen dan pengolahan hasil, sampai pemasaran produk-produknya.  Dengan demikian untuk waktu-waktu mendatang upaya pengem¬bangan agribisnis ini masih tetap merupakan salah satu kunci utama dalam pengem bangan komoditi pisang .
b.    Kualitas produk yang dihasilkan.
     Apakah telah sesuai dengan standar mutu dunia yaitu merupakan faktor yang menentukan dalam tercapainya jaminan mutu untuk setiap produk, bisa dilihat dari keamanan, keselamatan, dan kesehatan bagi konsumen.Standar buah pisang mengacu pada SNI-01-4229-1996.Untuk mengetahui dan mencapai syarat mutu pisang harus melakukan pengujian yang meliputi ; Penentuan keseragaman kultivar,Penetuan keseragaman ukuran buah,Penentuan tingkat ketuaan,Penentuan tingkat kerusakan fisik/mekanis,dan Penentuan kadar kotoran.
c.    Biaya produksi yang dikeluarkan.
Pengamatan ini mencakup antara lain : harga pisang per sisir, penjualan,laba operasional,rasio untung/rugi,dan biaya operasional lainnya.
d.    Tenaga kerja.
Tenaga kerja yang melakukan kegiatan produksi haruslah diberikan pengetahuan yang luas tentang wawasan pembudidayaan yang semakin canggih, agar proses produksi dapat berjalan dengan baik yang akan berimbas pada peningkatan hasil produksi.Maka dari itu pelaksanaan pelatihan-pelatihan kepada para petani lebih ditingkatkan lagi. Petani dan teknisi yang berpartisipasi dalam pelatihan memiliki peluang untuk praktek teknologi baru dengan pengarahan dari konsultan. Teknologi yang diperagakan sebaiknya mencakup hal yang mudah diterapkan dalam budaya setempat, dan sebagian besar tidak memerlukan investasi tambahan dan menggunakan material yang ada. Hasil analisis tentang hubungan antara faktor produksi lahan, tenaga kerja, dan pupuk organik usahatani pisang berpengaruh positip terhadap hasil produksi.
e.    Perkiraan produksi.
Belum ada standar produksi buah pisang di Indonesia, disentra buah pisang dunia produksi 28 ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (>30 ha), produksi yang ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.

2.1.2. Pentingnya Pengamatan Konsumsi.
    Pengamatan konsumsi dilakukan guna mengetahui apakah buah pisang yang diolah dan diproses menjadi berbagai macam produk yang dihasilkan seperti makanan memiliki nilai ekonomis dan kualitas produknya memiliki standar yang dapat diterima dan disukai oleh konsumen untuk dikonsumsi menjadi makanan yang enak disantap.
Tetapi di Indonesia, hampir semua masyarakat baik dari golongan bawah sampai atas mengkonsumsi buah pisang, karena pisang selain rasanya enak, kandungan gizinya tinggi, mudah didapat, dan harganya relatif murah. Dengan berkembangnya buah pisang di Indonesia, diharapkan akan meningkatkan konsumsi dan eksport buah pisang baik untuk segar maupun olahan, sehingga produksi buah pisang ditargetkan sekitar 11.226.000 ton pada tahun 2025 nanti.
Meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi buah-buahan diharapkan dapat meningkatkan konsumsi buah pisang secara nasional, sehingga kebutuhan buah pisang akan terus meningkat. Dengan berkembangnya pisang di Indonesia, diharapkan akan meningkatkan konsumsi dan ekspor buah pisang baik untuk segar maupun olahan.
Apabila kita tinjau tentunya untuk konsumsi buah pisang itu sendiri cukup besar peluang dan daya belinya. Dari total produksi buah pisang dunia, diantara jenis buah pisang yang paling banyak dikonsumsi adalah dari jenis cavendish. Hal ini dilihat dalam konsumsi domestik pasar buah pisang cukup besar didalam negeri. Dimana hasil olahan pisang tersebut dapat dijual ke konsumen baik dipasar tradisional supermarket dan pedagang besar yang membutuhkan buah ini untuk peluang bisnis.

2.2. Prospek Buah Pisang Dari Sisi Permintaan
    Permintaan akan komoditi buah pisang dunia memang sangat besar, terutama jenis pisang cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia. Hal ini menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidak mungkin diabaikan. Relatif besarnya volume produksi nasional dan luas panen dibandingkan dengan komoditas buah lainnya, menjadikan buah pisang merupakan tanaman unggulan di Indonesia.
Pengembangan pisang berskala kebun rakyat dan besar akan membuka peluang agribisnis hulu, seperti industri perbenihan dan industri peralatan mekanisasi pertanian, yang tentunya akan membuka kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Selain sebagai buah yang dimakan segar, pisang juga dapat diolah baik untuk skala rumah tangga seperti keripik, getuk dan sale, maupun industri berskala besar seperti tepung, puree dan jam, yang dapat merangsang tumbuhnya agribisnis hilir. Agribisnis hilir akan berkembang dengan cara memberdayakan industri pengolahan skala keluarga (home industry) dan menengah maupun skala besar (investor dalam dan luar negeri).
Permintaan pisang untuk industri pengolahan skala rumah tangga (10-50 kg/hari), skala UKM kripik (100-120 kg/hari), sale (1,5-2 ton/bln), ledre (70-120 kg/hari), puree (300-500 kg/h) dan tepung (700-1000 kg/minggu). Skala besar, membutuhkan kapasitas + 10-12 ton pisang segar/hari.
Konsumsi pisang per orang telah mengalami peningkatan yang mencolok dibanding apel dan satsuma mandarin (jeruk) atau Citrus reticulate yang telah menurun. Hasil kajian ekonomi di Jepang menunjukan bahwa permintaan apel melemah disebabkan permintaan pisang meningkat dari 4,4 kg pada tahun 1993-1994 menjadi 5,6 kg pada tahun 2003-2004. Peningkatan konsumsi ini diduga karena harga pisang menurun.
    Permintaan terhadap pisang telah meningkat secara signifikan pada beberapa tahun terakhir di daerah perkotaan di negara ini, menjadikan perkebunan pisang intensif menarik bagi petani setempat. Pembeli/distributor utama aktif mencari cara untuk meningkatkan pasokan dari berbagai daerah produksi. Pada khususnya, perusahan ini memiliki kebutuhan untuk menkonsolidasikan pasokan pisang mas dan pisang Barangan, pisang yang  langka dan hanya terdapat di daerah Medan, sebagai bagian dari produk yang ditawarkan ke pasar setempat dan rantai supermarket di seluruh daerah.
Oleh karena itu, kebutuhan terhadap buah-buahan terutama buah pisang segar menjadi kebutuhan primer. Selain itu manfaat dan kandungan gizinya dapat memacu permintaan buah pisang yang terus meningkat. Hal semua diatas dapat memperbesar peluang agribisnis buah pisang sehingga prospek buah pisang untuk pasar dunia dapat terus meningkat.

2.3. Permasalahan Buah Pisang Dari Segi Agribisnis
    Kendala utama yang kini dihadapi dibeberapa sentra produksi buah pisang dalam 10 tahun terakhir ini adalah serangan layu Fusarium dan bakteri yang mengakibatkan kerusakan cukup luas dan sulit ditanggulangi. Kemampuan untuk mengendalikan layu pisang masih terbatas, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun kemampuan finansial. Apabila kita asumsikan bahwa tanaman yang terserang tersebut akan rusak dan mengakibatkan gagal panen, mutu serta penampilan luar buah pisang yang kurang menarik, maka secara finansial/perhitungan ekonomi, petani akan menderita kerugian sebesar ± 18 milyar rupiah (estimasi harga pisang Rp. 10.000,- per tandan). Selain itu, pisang yang bermutu rendah akan mengakibatkan kelesuan pada eksport buah pisang yang seharusnya tidak terjadi, apabila segala syarat pembudidayaan buah pisang dilakukan secara intensif dengan tekhnologi yang maju. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada meningkatnya harga jual buah pisang dipasar.
    Adapun kendala-kendala lainnya yang pernah terjadi adalah sbb :
a.    Tingginya penyakit Sigatoka Hitam yang menyebabkan daun yang rendah pada saat panen (kurang dari 6 per pohon) dan mengakibatkan kurangnya potensi produksi sebesar 30% karena berat tandan yang berkurang. Penyakit ini juga mengakibatkan matangnya pisang terlalu dini sehingga buah beresiko saat dikirimkan ke pasar yang jaraknya jauh.
b.    Kepadatan populasi yang rendah dan manajemen populasi pohon yang kurang
c.    Kerusakan buah yang parah karena karat.
d.    Tingkat tunas yang rendah – hanya sedikit anak tunas akar dari pohon induk, dan pemilihan tunas yang kurang baik.
e.    Insiden doble dan triple yang tinggi – pemangkasan tidak diterapkan untuk urutan produksi induk – anak - cucu.
f.    Ukuran tandan yang kecil (jumlah sisir sedikit dengan berat rendah) sebagai akibat rendahnya jumlah pupuk yang digunakan.
g.    Perlindungan buah tidak diterapkan (bakal buah tidak dipindahkan, tandan palsu tidak dipotong, tidak ada pemangkasan sisir, bunga, dan daun dan pembersihan tandan untuk melindungi buah dari kerusakan akibat gesekan dengan daun dan agen mekanik lainnya).
h.    Tidak ada sistem pengendalian umur/mutu untuk panen. Panen menggunakan tanda visual seperti padatnya buah.
i.    Praktek pertanian yang baik dan standar sanitasi dan fito sanitasi kurang memadai.
j.    Beberapa lahan produksi terletak di bukit yang curam.
k.    Kurangnya irigasi dan system drainase.
l.    Akses terbatas terhadap input, materi, alat, peralatan yang diperlukan untuk produksi dan pasca panen. Kurangnya alat lapangan untuk pemangkasan, pengurangan daun, panen, dsb merupakan hal yang kronis dan hambatan utama.
m.    Insiden gesekan dan luka yang tinggi karenya kurangnya penanganan yang berorientasi pada perlindungan buah setelah panen. Tandan dipindahkan dari lapangan dengan tangan dan dikirimkan ke pusat pengumpulan dan distribusi melalui berbagai jenis kendaraan tanpa danya perlindungan.
n.    Kendala dalam penyediaan bibit dengan skala komersial seperti ketersediaan bibit unggul klonal yang seragam dalam jumlah banyak dan dapat tersedia dalam waktu yang relatif singkat.

2.4. Subsistem Agribisnis Buah Pisang
2.4.1. Farming System ( system perkebunan ).
Selama ini buah pisang hanya ditanam di pekarangan sebagai tanaman campuran dengan tanaman pangan atau perkebunan,maupun dengan pola tumpang sari,serta dilahan tegalan.Sentra produksinya tersebar dengan kepemilikan lahan yang kecil.Pertanaman pisang rakyat tersebut tidak pernah tersentuh tekhnologi,dibiarkan tumbuh dan berkembang sesuai alam sekitarnya.Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang farming system yang baik untuk penanaman buah pisang,sebagaai berikut :

A. Pemilihan bibit/benih .
Kualitas benih berperan besar dalam keberhasilan budidaya pisang. Sifat unggul benih pisang akan terekpresi pada penampilan buahnya.  Keunggulan tersebut menyangkut rasa manis,  produkasi tinggi.  Benih yang baik berasal dari perbanyakan vegetatif  : kultur jaringan, biasanya tumbuh seragam tetapi cukup mahal. Memilih varietas seyogyanya berdasarkan pada varietas yang mempunyai nilai pasar dan berpeluang dimasa depan yang baik. Varietas pisang  yang banyak diminati antara lain adalah Cavendish,ambon kuning dan pisang mas.
           Untuk memperoleh benih yang baik dalam jumlah banyak dapat dilakukan secara mandiri oleh petani atau  memesan benih bersertifikat dan bila perlu mengetahui sejarah benih yang akan dibeli. Hal ini dapat dipenuhi tentunya melalui penangkar yang terpercaya.
1. Bibit anakan .
Tanaman pisang selalu diperbanyak secara vegetatif dengan memakai anakan ( sucker ) yang tumbuh dari bonggolnya .Ada 4 jenis anakan pisang ,yaitu :
•    Bibit tunas anakan yaitu berupa tunas yang belum berdaun sehingga menyerupai rebung.
•    Bibit anakan yaitu tunas yang daunnya telah keluar tetapi masih menggulung.
•    Bibit anakan sedang yaitu dengan tinggi antara 101-150cm.
•    Bibit anakan dewasa yaitu berupa tunas yang berdaun mekar lebih dari 2 helai,tingginya antara 151-175cm.
Diantara bibit anakan,bibit anakan dewasa biasanya paling cepat menghasilkan buah.Bibit anakan tunas jarang jarang dipergunakan sebagai bibit sebab pertumbuhannya lambat serta peka terhadap kekeringan dan ulat penggerek batang pisang.
2. Bibit  bit .
Bibit juga bisa diperoleh dari bonggol tanaman pisang .Belahan bonggol ini disebut bit.Pembibitan ini mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
•    Dalam waktu singkat bisa didapatkan bibit yang seragam dalam jumlah banyak,sehingga cocok untuk gerakan penghijauan dan perluasan areal baru .
•    Mudah pengiriman dan biayanya lebih murah .
•    Dapat memanfaatkan bonggol sisa tebangan.
•    Umur panennya lebih pendek dibandingkan cara pembibitan lainnya
•    Produksinya lebih tinggi .
3. Melalui technology kultur jaringan
Yaitu merupakan suatu tekhnik perbanyakan klonal dalam kondisi aseptic secara cepat. Bibit pisang hendaklah dipilih dari rumpun yang baik dan sehat ,dapat diperoleh dari membeli/disediakan sendiri dengan sanitasi bibiy yang baik.
B. Pengolahan Media Tanam.
Pemilihan lahan harus memperhatikan aspek iklim ,dimana aspek iklim yang cocok untuk komoditi pisang yaitu iklim basah ( lembab ),dengan curah hujan merata sepanjang tahun.Hal ini dikarenakan pisang merupakan tanaman dataran rendah didaerah tropic.Aspek-aspek lain yang harus diperhatikan yaitu prasarana ekonomi dan letak pasar,keamanan dan social.Kemudian dibuat sengkedan dengan lebar target kemiringan lahan.Tumpang sari dengan tanaman lain dapat dilakukan dengan baik.
C. Tekhnik Penanaman.
Pembuatan lubang tanam dilaksanakan 1-3 bulan sebelumnya.Dengan ukuran lubang disesuaikan dengan tanah berat atau tanah gembur biasanya dengan ukuran 60cmx60cmx60cm,dan jarak tanam sekitar 3,3cm.Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim penghujan.Tanaman ysng diberi pupuk kandang/kompos akan sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.

2.4.2. Processing.
Pada dasarnya,pengolahan komoditi pisang tidak hanya mengolah daging buahnya saja,tetapi segala unsure yang terdapat pada tanaman pisang dapat diolah dan dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan.Seperti :
•    Kulit pisang.
Bisa diolah menjadi selai kulit pisang,anggur kulit pisang.Kulit pisang dari jenis pisang raja dan ambon dapat diolah menjadi bahan baku minuman anggur.Lebih dari itu kulit pisang juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan nata de banana,yaitu produk makanan yang terbentuk dari kumpulan biomassa yang terdiri dari selulosa dan memiliki penampilan seperti agar-agar warna putih seperti nata de coco.
•    Daun Pisang.
Daun yang tua yang sudah robek bisa untuk pakan ternak karena banyak mengandung unsure yang diperlukan oleh tubuh hewan.
•    Jantung Pisang.
Untuk makanan lauk pauk ( dendeng jantung pisang ).
•    Bonggol Pisang (Batang pisang bagian bawah ).
Bisa diolah menjadi keripik bonggol pisang,urap,lalapan,bisa juga dijadikan pupuk dengan cara batang tersebut diiris-iris lalu dibakar jadi abu.Air bonggol pisang kapok dan klutuk dapat dijadikan obat disentri,pendarahan usus,obat kumur,serta untuk menghitamkan rambut.
•    Buah.
Industri pengolahan buah pisang skala besar lebih diarahkan pada industri tepung (1,5-2 ton/mg ),puree (600kg-1,5 ton/hari ) dan jam ( 1-2 ton/hari ). Sebagai contoh,pengubahan bentuk buah pisang menjadi tepung pisang akan mempermudah dan memperluas pemanfaatan pisang sebagai bahan makanan,misalnya untuk kue,roti,bubur,kerupuk,dan lain-lain. Untuk membuat tepung pisang,diperlukan beberapa langkah diantaranya :


-pengupasan
-pengirisan
-pengeringan
-penepungan,dan
-penyimpanan.
 Caranya :
Buah Pisang mentah dikupas kulitnya ,kemudian diiris dengan pisau atau mesin pengiris.Tebal pengirisan kira-kira 1 cm setelah diiris lalu rendam dalam larutan bisulfit,langsung dikeringkan dalam alat pengeringan pada suhu kira-kira 80 derajat celcius.Buah pisang yang telah kering dengan kadar air kira-kira 10%,dibuatkan tepung dengan menggunakan alat penepungan.Tepung pisang agar tahan lama,disimpan dalam tempat yang tertutup rapat seperti tutup plastic.

Bagan pengolahan buah pisang



2.4.3. Marketing.
Dalam skala industri,aspek pemasaran tidak hanya dijuruskan dalam negeri saja,tetapi sudah mengarah untuk ekspor.Pemasaran buah pisang sebenarnya cukup mudah,karena buah pisang memiliki keistimewaan tertentu.Oleh karena itu,banyak orang mencarinya.Selain itu,harga buah pisang juga tergolong murah sehingga buah pisang dapat dikonsumsi oleh masyarakat berbagai golongan.Kenyataan demikian ini dapat dilihat dari terus meningkatnya permintaan buah pisang dari tahun ke tahun.
Kegiatan pengumpulan dan pengangkutan dari sentra produksi ketempat pemasarannya sebagian besar dilakukan oleh pedagang pengumpul yang sudah mempunyai jaringan pemasarannya. Pedagang pengumpul pada umumnya merangkap sebagai tengkulak. Buah pisang dikumpulkan dari petani dengan cara sistem ijon, yaitu dengan membayar buah pisang yang masih muda dengan harga murah dan memanennya setelah agak tua. Disamping itu, pengumpul juga membeli pisang dari petani yang menjual langsung kepadanya. Setelah buah pisang yang terkumpul mencapai kapasitas 1 truk (4-5 ton), buah pisang diangkut ke tujuan pemasaran.
Untuk pemasaran lokal,petani lebih suka memetik pada stadia matang penuh.Buah yang dipetik pada stadia ini dalam 3-4 hari akan menjadi matang penuh. Pemasaran yang memerlukan waktu, misal keluar daerah, keluar pulau atau untuk ekspor,maka buah dipanen pada tingkat ketuaan ¾ penuh. Hal ini dimaksudkan agar daya simpan pisang menjadi lebih lama.Buah menjadi matang setelah 7-19 hari penyimpanan.
Untuk konsumsi pasar swalayan,dipilih pisang yang tingkat ketuaanya optimum,penampakannya menarik,tanpa cacat,dan dari varietas tertentu.Jenis0jenis pisang yang dipasarkan di pasar swalayan adalah jenis pisang ambon dalam bentuk tangkaian dua-dua yang dikemas dalam kantong plastik berlubang,pisang barangan,pisang raja bulu,dan jenis-jenis lainnya dipasarkan dalam bentuk sisiran.
Selain pemasaran dalam bentuk buah segar,pemasaran dalam bentuk olahan juga mempunyai peluang yang baik.Bentuk olahan yang umum diperdagangkan seperti sale segar,sale goreng,dsb.
Namun dalam memasarkan buah pisang terdapat beberapa kendala yang dihadapi petani,antara lain sebagai berikut :
1.    Pola pemasaran sekarang tidak menghargai produk bermutu dan selalu menerapakan harga borongan.
2.    Penetapan harga cenderung dilakukan oleh pedagang pengumpul.
3.    Sistem pemasaran yang ada saat ini belum berpihak kepada petani.
4.    Fungsi kelompok tani untuk saat ini belum optimal.
5.    Sebagian besar sentra produksi belum memiliki Sub Terminal Agribisnis (STA).
Maka dari itu untuk Pemerintah harus bisa mengatasinya,adapun diantaranya sebagai berikut :
1.    Menciptakan Kelompok Usaha Bersama Agribisnis ( KUBA ) yang dijiwai oleh semangat kemitraan dan koperatif.
2.    Mendorong berkembangnya Koperasi pedesaan dengan kegiatan produktifnya agribisnis komoditi pisang dan mampu bermitra usaha dengan pihak luar.

2.4.4. Research and Development.
Pengembangan yang dilakukan selama ini masih tradisional dan belum menerapkan tekhnologi budidaya yang sesuai dengan standar tekhnik budidaya (SOP). Maka dari itu diperlukan riset dan pengembangan produk yang dilakukan guna melakukan perbaikan atau perubahan pada produk yang dihasilkan dalam proses produksi karena adanya dinamika lingkungan atau perubahan strategi perusahaan dalam menghadapi persaingan pasar. Dalam pengembangan komoditi buah-buahan pisang ini adalah masih lemahnya keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor industri, terutama di pedesaan.  Sehingga sebagian terbesar komoditi pisang dipasarkan sebagai produk primer. Untuk lebih memperkuat keter kaitan antar sektor tersebut diperlukan kerjasama inter-sektoral yang lebih aktif dalam mengem¬bangkan  komoditi pisang, penyediaan IPTEK budidaya dan agroindustri pisang yang mampu menyediakan alternatif produk sekunder dan tersier dari komoditi pisang di pede¬saan, dan kebijakan pemerintah yang lebih terarah.
    Selain itu, buah pisang memberikan kontribusinya lebih dari 30% terhadap total konsumsi buah-buahan. Untuk menghadapi persaingan dunia usaha, diperlukan melakukan inovasi pengembangan kebun buah rakyat dengan penerapan tekhnologi maju yaitu strategi pengembangan pisang.
Program pengembangan buah-buahan akan diprioritaskan pada daerah yang secara agroklimat cocok dan memiliki potensi sumber daya manusia serta didukung dengan pola pengelolaan tanaman terpadu, artinya sistem usaha agribisnis yang terkait dari tahap perencanaan, persiapan lahan, pola, dan tekhnologi budidaya, prapanen, panen dan pascapanen serta pemberdayaan kelembagaan yang kuat terhadap produk yang dihasilkan agar dapat diterima atau disukai konsumen.
Pengembangan pisang berskala kebun rakyat dan besar akan membuka peluang agribisnis hulu, seperti industri perbenihan dan industri peralatan mekanisasi pertanian, yang tentunya akan membuka kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Selain sebagai buah yang dimakan segar, pisang juga dapat diolah baik untuk skala rumah tangga seperti keripik, getuk dan sale, maupun industri berskala besar seperti tepung, puree dan jam, yang dapat merangsang tumbuhnya agribisnis hilir. Agribisnis hilir akan berkembang dengan cara memberdayakan industri pengolahan skala keluarga (home industry) dan menengah maupun skala besar (investor dalam dan luar negeri).
Upaya pengembangan pisang jenis unggul yang berkuali¬tas buah baik terbentur kepada kesulitan penyediaan bibit yang baik pada tingkat petani; sedangkan upaya perluasan jangkauan pemasaran buah terbentur kepada kualitas buah yang sangat beragam, daya tahan buah matang segar yang sangat rendah dan terbatasnya upaya-upaya pengawetan dan pengolahan buah di tingkat petani.Maka dari itu diperlukan beberapa strategi,yaitu :
Strategi yang akan ditempuh dalam pengembangan buah pisang adalah                        pengembangan varietas unggul, penyiapan benih, pewilayahan  komoditas, penerapan  teknologi  maju, pengembangan perlindungan  komoditi pisang, peningkatan mutu, pengembangan kawasan sentra  produksi, pengembangan kelembagaan petani, pengembangan sarana dan prasarana kebun, pengembangan agroindustri pedesaan, menumbuhkembangkan Kegiatan Usaha Bersama (KUB), UPJA teknologi  pengolahan hasil, peningkatan kerjasama dengan peneliti dan perguruan tinggi serta mengadakan pengkajian yang disesuaikan dengan kebutuhan secara local spesifik,  pengembangan pola kemitraan dan kewirausahaan masyarakat pertanian  yang maju dan mandiri, pengkajian dan perkiraan tentang dinamika produksi, produktivitas dan  penuntun pasar regional, optimalisasi sumberdaya aparatur seiring dengan pengembangan komoditas yang mampu mendukung peran usaha tani.
Usaha budidaya pisang kedepan akan dilakukan melalui 3 pola pengembangan yaitu: (a) pola pengembangan kebun besar oleh investor, (b)  pola pengembangan  kebun  buah  rakyat  berskala komersial (5-10 Ha per petani) dan (c) pola pengembangan kebun buah rakyat dengan penerapan tekhnologi maju.
Kebutuhan biaya keseluruhan untuk mendukung pengembangan pisang sampai dengan 2025 adalah Rp 23,2 triliun, dengan rincian untuk tahun         2006-2009 sebesar Rp 1,97 triliun dan tahun 2010-2025 sebesar Rp 21,24 triliun. Sumber pembiayaan yang diharapkan untuk mendukung pengembangan pisang berasal dari pemerintah tahun 2005-2009 sebesar + 15 – 20 %, sedangkan sisanya merupakan partisipasi masyarakat serta swasta. Periode 2010 – 2025 kontribusi pembiayaan dari pemerintah sebesar 7,5 –10 %.
    Dengan demikian untuk waktu-waktu mendatang upaya pengem¬bangan agribisnis ini masih tetap merupakan salah satu kunci utama dalam pengembangan komoditi pisang .

2.4.5. Supporting Lainnya.
Pengembangan buah pisang di Indonesia tidak akan tercapai optimal tanpa adanya investor, baik dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu, gambaran tentang investasi dan disertai informasi daerah pengembangan ke depan perlu diberikan dan tentunya haruslah didukung dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan kemudahan dan jaminan keamanan berinvestasi serta perbaikan sarana pendukung seperti sistem pengairan, transportasi, komunikasi, dan sarana pasar.Selain itu, buah pisang juga mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lainnya.





 Berikut ini disajikan nilai gizi buah pisang dalam 100 gram:
Nutrisi    Pisang (acuminata)
    Pisang Kering    Pisang Basah
Air (%)
Karbohidrat (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Abu (g)    75.7
22.2
1.1
0.2
0.8    -
91.4
4.5
0.8
3.3
Vitamin    Gros Michel    Cavendish
Vitamin A (SI)
As. Ascorbic (mg)
Vitmin B (mg)
Thimin (mg)
Riboflavin (mg)
Niacin (mg)    3.8
13.3
25.0
3.3
3.8
4.7    5.1
20.0
-
2.6
5.3
4.8

  
Penelitian seorang epidemiolog dari University of California, Marilyn Kwan, membuktikan bahwa mengonsumsi pisang secara rutin dapat menurunkan risiko terkena leukemia. Efek ini terlihat nyata kalau pisang dimakan secara teratur 4 - 6 kali seminggu sampai bayi berumur dua tahun. Pisang mampu menjadi benteng pertahanan serangan leukemia sejak dini karena kaya vitamin C. Sebagai antioksidan, vitamin C mampu menurunkan risiko kerusakan DNA. Dengan demikian otomatis proses munculnya kanker dapat dihentikan. Menurut Kwan, potasium dalam pisang juga terbukti menstabilkan DNA.

2.5. Subsistem Yang Paling Berperan
    Subsistem yang paling berperan sesuai dengan permasalahan komoditi pisang ini adalah farming system. Agar hasil tanaman pisang dapat tumbuh dengan baik, hendaklah kita memilih rumpun bibit buah pisang yang baik dan sehat serta bebas dari penyakit maupun bakteri. Pembibitan dapat dilakukan melalui kultur jaringan. Dengan adanya farming system yang baik, hasil yang didapat dari tanaman buah pisang akan meningkat. Selain itu farming system yang didukung dengan research and development yang baik dapat meningkatkan produktivitas komoditi buah pisang sehingga eksport pisang dapat bersaing dipasar global.

2.6. Pengembangan Agribisnis
2.6.1. Analisis SWOT.
1. Kekuatan ( Strengths )
    Kekuatan yang terdapat pada komoditi pisang dibandingkan dengan buah-buahan lainnya adalah buah pisang merupakan komoditas buah tropis yang sangat popular di dunia.  Hal ini dikarenakan rasanya lezat, gizinya tinggi, dan harganya relatif murah. Pisang merupakan salah satu tanaman yang mempunyai prospek cerah di masa datang karena di seluruh dunia hampir setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang. Selain itu juga pisang mengandung kalium dalam dosis besar dan sedikit kromium, yang diperlukan untuk pembentukan enzim. Baik untuk divertikulitis, ulkus, kolitis, heartburn, dan kelelahan. Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar.
    Pisang merupakan salah satu bahan pangan penting di daerah tropika basah.  Buah yang masih berwarna hijau mengandung 40% karbohidrat dan 6% protein, vitamin dan mineral.  Satu ton buah pisang masak hijau mengandung sekitar 545 kg daging buah segaratau 218 kg daging buah kering, setara dengan 364 800 kalori. Hasil pengujian oleh Direktorat Gizi (1979) menunjuk¬kan bahwa daging buah pisang mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi dan vitamin A, B, C, dan air.  Setiap 100 g daging buah pisang masak menghasil¬kan kalori sebesar 68-127 kcal. Ditinjau dari segi enerji dan gizi, tanaman pisang dapat menggantikan kedudukan ubikayu.
Ditinjau dari nilai gizinya, daging buah (pulp) pisang mengandung air sebesar 70 %, karbohidrat 27 %, serat kasar 0,5 %, protein 1,2 %, lemak 0,3 %, abu 0,9 % dan vitamin serta mineral sebesar 0,1 %. Pada pisang yang masih hijau tetapi sudah cukup tua mempunyai kandungan karbohidrat sebesar 21 - 25 persen.
Selain itu tanaman pisang sangat mudah dibudidayakan dan cepat menghasilkan sehingga lebih disukai petani untuk dibudidayakan, contohnya saja di Indonesia tepatnya di Kabupaten Cianjur banyak ditanami pohon pisang, daerah ini sendiri mempunyai luas wilayah 350.148 Ha dengan jumlah penduduk 1.931.840 jiwa dan laju pertumbuhan penduduk 1,57 % merupakan potensi yang cukup besar. Kondisi alam kabupaten Cianjur yang subur mengandung kekayaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang sangat potensial dan merupakan modal dasar pembangunan. Lahan-lahan pertanian dan perkebunan sangat memungkinkan untuk ditingkatkan pengelolaan dan pengolahannya sehingga menjadi sumber kehidupan masyarakat. Lokasi kota Cianjur juga berada pada jalur utama ekonomi regional Jawa Barat memberikan kemudahan dalam memasarkan hasil produksi buah pisang tersebut.
2. Kelemahan ( Weaknesses )
    Ada kekuatan pasti ada kelemahan. Kelemahan pada komoditi pisang khususnya di Indonesia adalah kurangnya kepedulian pemerintah terhadap perkebunan maupun petani pisang karena pemerintah hanya sibuk mengurusi urusan politik saja urusan perkebunan khususnya pisang terlupakan. Alhasil Kualitas SDM relatif masih rendah dan banyak pula buah pisang yang terserang hama yang mengakibatkan produksi buah pisang menurun. Sebenaranya industri pengolahan pisang di Indonesia sudah mampu memasok pasar domestik dan juga sudah mulai mengekspor. Namun terbatasnya daya serap pasar domestik dan persaingan pasar yang semakin ketat, sehingga kesinambungan industri pengolahan masih kurang lancar. Hal ini dikarenakan rendahnya daya saing produk pada aspek jaminan mutu / penerapan HACCP (Hazard Analytical Critical Control Point) dan jaminan suplai, manajemen distribusi, time delivery, cost efficiency,  product appearance,  tuntutan atribut produk misalnya kesesuaian dengan ISO series (ecolabeling, ecoefficiency), dll sesuai dengan  tuntutan pasar. 
Keseluruhan aspek tersebut merupakan hambatan ekspor yang menurut tatacara aturan perdagangan global  WTO dimasukkan dalam kategori SPS (Sanitary dan Phytosanitary) dan TBT (Technical Barrier to Trade). Misalnya saja Negra Jepang yang menolak masuknya beberapa buah-buahan Indonesia seperti pisang dan beberapa jenis buah-buahan lainnya dengan alasan lalat buah. Dalam hal ini Indonesia tidak mengajukan protes ke Komisi SPS WTO karena kenyataannya memang terjadi di Indonesia dan Indonesia sejauh ini belum mampu mengatasinya, dan masih banyak lagi kelemahan lainnya. Kelemahan - kelemahan ini terjadi tidak lain dan tidak bukan karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkebunan pisang.

3. Peluang ( Opportunities )
    Sebenarnya buah pisang  mempunyai peluang yang cukup besar. Hal ini karena buah pisang mudah didapat sehingga besarnya angka konsumsi buah pisang yang tak berhenti akan membuat peluang ekspor menjadi lebih besar dimasa mendatang. Dan banyaknya pengusaha - pengusaha menjadikan pisang sebagai lahan bisnis baru yang juga akan memperbesar peluang produksi pisang. Keuntungan yang di peroleh dari produksi pisang juga sangat besar, misalkan saja Usaha tani pisang yang sekarang dilakukan oleh penduduk umumnya masih tergolong "low input”, sehingga secara ekonomis memberikan keuntungan petani. Tabel 1 dan 2 menyajikan analisis finansial usahatani pisang rakyat.

Analisis kelayakan ekonomis usahatani pisang secara monokultur menunjukkan prospek yang sangat menguntungkan, terutama Kultivar Ambon dan Sobo (Tabel 3).

     Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa pisang adalah tanaman yang telah lazim di jawa Timur. Oleh karean itu pisang dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara sederhana dapat berkembang biak dengan baik. Dengan demikian untuk meningkatkan populasi, dan produksi buah pisang, akan dilaksanakan Sentra Pengembangan Agibisnis Komoditas Unggulan (SPAKU) Pisang. Selain itu di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang - peluang lain antara lain :
1. Otonomi Daerah
Paradigma baru penyelenggaraan pemerintahan dengan lahirnya UU No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, merubah pola sentralistik menjadi
desentralistik.
2. Pasar Terbuka
Hasil produksi Kabupaten Cianjur, khususnya dari sektor pertanian mudah untuk dipasarkan.
3. Diminati Investor
Potensi sumber daya alam di Kabupaten Cianjur banyak diminati kalangan masyarakat/dunia usaha untuk me-nanamkan modalnya.
4. Globalisasi
Ditandai dengan makin ketatnya standar persaingan / kompetisi untuk bekerja di berbagai sektor.
4. Kendala (Threats )
    Setiap kegiatan pasti mempunyai kendala, tak terkecuali dalam pengembangan produksi pisang. Kendala yang di hadapi dalam pengembangan pisang antara lain :
a.    Ketidakpastian iklim politik, situasi dan kondisi stabilitas nasional yang belum          sepenuhya pulih, secara langsung maupun tidak langsung berimbas pula pada goyahnya stabilitas daerah.
b.    Ketidakpastian perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi daerah tidak terlepas dari fenomena pertumbuhan ekonomi nasional.
c.    Ketidakmenentuan iklim global. Misalkan Kabupaten Cianjur sebagai daerah agraris yang pembangunannya bertumpu pada sektor pertanian sangat rentan terhadap ketidakmenentuan iklim global seperti fluktuasi musim hujan dan musim kemarau berkepanjangan.
Selain itu strategi pengembangan juga merupakan kendala dengan mencermati perkembangan neraca perdagangan ekspor impor produk pisang, perlu penanganan yang serius dari semua pihak terkait baik antar instansi pemerintah, swasta, pelaku / praktisi agribisnis serta stakeholder lainnya. Penanganan secara bersama-sama dengan mengintegrasikan strategi yang berorientasi internal dan eksternal yang dilakukan secara konsisten dan berkesungguhan. Penjabaran rinci dari perjanjan WTO dalam perdagangan produk pertanian yang harus dipatuhi dalam mengekspor produk pertanian adalah “Agreement on Agriculture” yang bertujuan meningkatkan akses pasar, pengurangan subsidi ekspor dan pengurangan bantuan kepada petani agar produksi petani menjadi lebih efisien.  Pemanfaatan perjanjian dan kesepakatan ini belum banyak dilakukan sehingga peluang untuk meningkatkan daya saing produk pertanian belum dapat dicapai.  Selama ini ketentuan WTO masih sering merupakan hambatan ekspor dari pada peluang peningkatan ekspor.
Penerapan SPS (Sanitary dan Phytosanitary) pada produk pertanian yang diperdagangkan harus memenuhi kebijakan standar sanitasi yang telah ditetapkan dimana ketentuan ini bertujuan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat, perlindungan hewan,tanaman dan lingkungan hidup.  SPS pada dasarnya tidak boleh menjadi hambatan yang tidak wajar dalam perdagangan internasional.  Selama ini ketentuan SPS masih merupakan hambatan ekspor bagi produk pertanian Indonesia, perlu diubah agar penerapan SPS dapat dijadikan dorongan bagi peningkatan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar Global. 
Operasional  penyebaran dan pengembangan komoditi pisang juga mempunyai kendala, misalnya peyebaran bibit pisang yang kurang merata, pemasaran hasil produksi, hama dan penyakit serta cara penanaman yang kurang baik. Hal - hal inilah yang merupakan kendala - kendala yang di hadapi dalam pengembangan produksi pisang. Seandainya kendala - kendala ini dapat diatasi mungkin produksi pisang tiap tahunnya dapat meningkat.

2.6.2. Segmen Pasar.
    Segmen pasar yang ditawarkan oleh buah pisang adalah dengan keanekaragaman jenis buah pisang seperti: pisang cavendish (merupakan buah pisang yang sangat digemari oleh konsumen baik lokal maupun mancanegara), pisang raja, pisang barangan, pisang jambe, pisang raja sere, pisang kapok, pisang bali, pisang mas, pisang lampung, dan sebagainya. Selain itu, standar mutu lain yang harus dipenuhi adalah pengelompokkan buah pisang, bentuk fisik buah pisang (ketahanan buah pisang terhadap hama penyakit), maupun kebersihannya untuk menjaga kepercayaan konsumen. Disamping itu mereka memperketat sortasi buah pisang yang diterima dari petani/kelompok tani sehingga tidak semua produk yang dihasilkan petani/kelompok tani dapat diterima oleh segmen pasar.

2.7. Pengembangan Komoditi Agribisnis Berdasarkan Bauran Pemasaran (4P)
2.7.1. Bagaimana 4P Digunakan.
1.    Product    
Didalam pasar dunia, diantara sekian banyak jenis buah pisang, buah pisang cavendishlah yang merupakan produk unggulannya. Hal ini dikarenakan buah pisang cavendish telah sesuai dengan permintaan segmen pasar, Pisang Cavendish di Indonesia lebih dikenal dengan Pisang Ambon Putih.  Varietas yang dikembangkan di SEAMEO BIOTROP adalah jenis Pisang Cavendish Grand Naim yang banyak dijual di supermarket sebagai pisang meja yaitu pisang yang dihidangkan langsung untuk dikonsumsi.  Pisang Cavendish juga banyak dijadikan sebagai konsumsi pabrik puree, tepung pisang sebagai bahan makanan bayi. Karena buah pisang sangat bergizi dan merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat menyebabkan meningkatnya permintaan buah pisang untuk kebutuhan lokal maupun untuk ekspor,bentuk dan ukuran buah, cara pengemasan dan rasa yang lebih enak mendorong konsumen untuk lebih banyak membeli baik berupa buah pisang segar maupun pisang olahan. Beberapa macam hasil olahan buah pisang seperti:sale pisang, tepung pisang, sari buah pisang, anggur pisang, keripik pisang, jem pisang, buah pisang dalam sirup, tape pisang, dan lain-lain.
2.    Price  
Pemasaran buah pisang dilakukan dengan menentukan harga yang sesuai dengan produk dilihat dari standar mutu buah pisang, agar buah pisang dapat laku dipasaran. Harga pisang disesuaikan oleh mutu dan varietasnya.

      

3.    Promotion
Salah satu kegiatan promosi dilakukan adalah dengan pemberian nama merk/label pada buah pisang terutama pada buah pisang olahan. Misalnya pada pisang Monkey ditemple 2 buah lebel kertas nama perusahaan pada kulit pisang. Sedangkan label kertas nama pisang cavendish ditempel diatas plastik pembungkus. Sedangkan pisang Cavendish yang baru di impor plastiknya sudah terdapat tulisan nama perusahaannya. Selain label tersebut produk yang baru masuk juga diberikan label keterangan mengenai 5 macam kelebihan pisang tersebut yaitu pertama ditanam di daerah pegunungan yang ternama, kedua ditanam di daerah dengan ketinggian 500 m, ketiga berasal dari pulau yang banyak terdapat guano sehingga tidak menggunakan pupuk kimia, keempat pengairan menggunakan air yang bersih, kelima warna kulit bagus tanpa treatment bahan kimia.Hal ini sangat mempengaruhi kegiatan promosi,karena dapat menampilkan kualitas pisang sehingga konsumen akan tertarik.Selain itu, bentuk pengemasan yang bagus merupakan faktor penarik produk apalagi saat dipromosikan melalui media.Pengemasan bisa berupa peti kayu,keranjang bambu,dikemas dalam daun kering maupun dengan plastik. Buah yang dikemas penampilannya lebih menarik
4.    Place
        Tempat penjualan yang dipilih adalah tempat yang berada dekat dengan pasar, baik pasar nasional maupun pasar internasional. Biasanya buah pisang dijual dipasar buah atau disupermarket. Buah pisang dapat dipasarkan secara langsung dari tangan produsen maupun secara tidak langsung melalui perantara (pasar).

2.7.2. Pertimbangan Yang Diterapkan Pengusaha Agribisnis.
Suatu perusahaan bisa sukses apabila dapat melaksanakan strategi bauran pemasaran atau yang biasa disebut marketing mix, yang terdiri dari 4P yaitu product, price, promotion, dan place serta 1S yaitu costumer services. Dalam menghadapi persaingan global, perusahaan harus mengetahui selera konsumen agar produksi yang dihasilkan dapat menguntungkan bagi perusahaan. Dalam prinsip pemasaran, perusahaan meyakini bahwa suatu produk tidak akan pernah sesuai dengan keseluruhan pasar. Oleh karena itu, maka pemasar yang baik adalah orang yang dapat menentukan dengan tepat apa yang harus dijual secara tepat kepada konsumen. Selanjutnya, bagaimana perusahaan dapat memberikan kepuasan kepada segmen yang sesuai.
    Selain dari itu,perusahaan dalam melaksanakan kegiatan produksi haruslah ramah lingkungan,dalam artian tidak merusak lingkungan sekitar dengan membuang limbah produksi sembarangan dan sebisa mungkin limbah tersebut bisa didaur ulang,sehingga terciptalah keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan,dan juga untuk memproduksi buah pisang sebaiknya menggunakan bahan-bahan alami dan mengurangi bahan kimia sehingga menghasilkan jenis pisang organik yang sehat dan bergizi.

2.8. Potensi Ekspor Komoditi Pisang dan Saingannya Dipasar Ekspor
    Potensi ekspor buah pisang mempunyai peluang yang cukup besar baik dipasar domestik maupun diluar negeri. Hal ini ditunjang dengan ketersediaan lahan yang cukup luas, iklim yang mendukung, keragaman varietas yang cukup tinggi, sumber daya manusia, serta inovasi tekhnologi untuk pengelolaan tanaman pisang. Pisang mempunyai potensi eksport yang cukup tinggi karena buah pisang bukan saja sebagai buah yang segar, tetapi buah pisang juga mempunyai nilai ekonomis. Untuk memenuhi kebutuhan buah dan produk olahan pisang untuk ekspor pada tahun 2010 diperkirakan memerlukan areal pertanaman sekitar 5.000-6.000 ha atau dibutuhkan sekitar 5-7 perusahaan skala besar.
    Penanaman pisang berskala besar telah dilakukan di beberapa tempat antara lain di pulau Halmahera (Maluku Utara), Lampung, Mojokerto (Jawa Timur), dan beberapa tempat lainnya, sehingga Indonesia pernah pengekspor pisang dengan volume mencapai lebih dari 100.000 ton pada tahun 1996, tetapi pada tahun-tahun berikutnya volume ekspor tersebut terus menurun dan mencapai titik terendah pada tahun 2004 yaitu hanya 27 ton. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sebetulnya Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar untuk meningkatkan ekspor buah pisang pada tahun-tahun mendatang.
    Sentra produksi buah pisang di Indonesia seperti: propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Barat, Jambi, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,Bali, dan NTB dengan berbagai jenis buah pisang yang dihasilkan. Di pasar dunia, pisang - pisang olahan lokal juga menawarkan harga yang relatif murah dibandingkan dengan perusahaan - perusahaan olahan asing. Produsen pisang olahan lokal ini menawarkan produknya dengan harga yang relatif murah bukan tanpa tujuan, tujuannya adalah agar dapat menerobos pasar dunia dan memperkenalkan kepada dunia bahwa produk olahan pisang lokal sangat berkualitas dan bergizi tanpa mengurangi sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat yang sudah ada di dalam pisang tersebut.
    Informasi statistik yang diberikan oleh AMARTA menyebutkan bahwa Indonesia merupakan produsen buah-buahan tropis yang signifikan. Negara ini menempati urutan keenam dari semua produsen, dengan rata rata pertumbuhan tahunan sebesar 4.76%.  Pada tahun 2005, total produksi buah Indonesia adalah 14,786,599 MT. Sebagian besar buah adalah pisang, jeruk siam, mangga, salak, dan nanas. Pisang merupakan kontributor terbesar dari output total (35.02%).  Pada tahun yang sama, Jawa Barat merupakan penghasil pisang terbesar dengan produksi sebesar 1,420,088 MT. Jawa Timur merupakan terbesar kedua dengan 856,873 MT. Di antara negara anggota ASEAN, Indonesia menempati urutan kedua dalam produksi pisang, setelah Filipina. Namun, dalam hal produktivitas, negara ini menempati urutan keempat. Penting untuk dicatat bahwa rantai supermarket di Indonesia hanya membeli 20% dari total produksi buah lokal, menjadikan segmen pasar ini sebagai sasaran untuk perkembangan dan pertumbuhan di masa mendatang.
Ekspor buah pisang tidak kalah saingannya dengan ekspor buah-buahan yang lain karena budidaya pisang sudah merupakan suatu industri yang didukung oleh kultur tekhnis yang prima dan stasiun pengepakan yang modern dan pengepakan yang memenuhi standar internasional baik seperti Good Agriculture Practices (GAP), Integrated Pest Management (IPM), dan Analysis Critical Point (HACCP). Peluang eksport pisang Indonesia tidak kalah bersaing dengan produk buah pisang dari negara lain. Hal ini dilihat dari sisi untuk pemasaran internasional, dan kedepannya untuk mengembangkan produk pisang dipasar domestik dengan mencoba mengembangkan peluang investasi yang merupakan prospek bisnis dan pengembangan agrobisnis buah pisang.
     Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa sebetulnya Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar untuk meningkatkan ekspor buah pisang pada tahun mendatang.

Komoditi    Tahun    Negara Tujuan    Jumlah Ekspor    Harga (US$)
Pisang segar dan pisang olahan.    1987
1989
1991
1996
1999
2002
2003
2004
2005    Jepang, Australi, Jerman, Belanda, Perancis, Kanada, Arab Saudi,........    62.787 kg
82.419 kg
89.964 kg
101.495 ton
77.473 ton
512.,27 ton
10.615 kg
992.505 kg
470.700 ton    51.315
65.402
-
-
140.736
979.730
7.899
722.772
-
Target produksi buah pisang baik dalam maupun luar negeri
    2009
2025        6.125.000 ton
11.266.000 ton    -
-





Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Tropis Indonesia Tahun 2002-2004 (Kg, US $)
 
Komoditas    Tahun
    2002    2003    2004
    Volume
(Kg)    Nilai
(US $)    Volume
 (Kg)    Nilai
(US $)    Volume
 (Kg)    Nilai
(US $)
Manggis    6.512.423    6.956.915    9.304.511    9.306.042    3.045.379    3.291.855
Pepaya    3.287    6.643    187.972    231.350    524.686    1.301.371
Pisang    512.596    979.729    10.615    7.899    992.505    722.772
Nenas     3.734.414    2.784.582    2.284.432    2.315.283    2.431.263    529.122
Duku    16.921    6.313    21.044    12.662    1.643    1.643
Durian    89.479    96.634    14.241    12.943    1.494    6.710
Jambu    32.052    28.859    47.871    49.843    106.274    102.074
Jeruk    156.437    75.320    85.920    22.026    632.996    517.554
Mangga    1.572.634    2.671.995    559.224    460.674    1.879.664    2.013.390
Rambutan    366.435    588.140    604.006    958.850    134.772    117.336
Buah tropis lainnya    1.591.329    1.451.391    984.820    523.031    1.341.923    794.924
 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2002-2004
Frans Hero K. Purba
Subdit Promosi dan Pengembangan Pasar
Direktorat Pemasaran Intenasional
Ditjen PPHP

Departemen Pertanian
Pusat Data dan Informasi Pertanian

EKSPOR PISANG PERNEGARA TUJUAN
Periode : April s/d Mei 2007

Negara    April    Mei    Jumlah
    Volume (Kg)    Nilai (US$)    Volume (Kg)    Nilai (US$)    Volume (Kg)    Nilai (US$)
Japan    148,720.00    40,040.00    0.00    0.00    148,720.00    40,040.00
Hong Kong    19,767.00    5,835.00    39,204.00    11,544.00    58,971.00    17,379.00
Singapore    142.00    1,212.00    0.00    0.00    142.00    1,212.00
Malaysia    13,324.00    1,330.00    10,000.00    840.00    23,324.00    2,170.00
Iran,islamic Rep. Of    501,930.00    173,745.00    483,340.00    167,310.00    985,270.00    341,055.00
Saudi Arabia    3,481.00    6,510.00    18,590.00    5,506.00    22,071.00    12,016.00
Kuwait    37,180.00    12,441.00    37,180.00    12,442.00    74,360.00    24,883.00
United Arab Emirates    37,180.00    12,441.00    130,130.00    43,545.00    167,310.00    55,986.00
United States    50.00    122.00    0.00    0.00    50.00    122.00
Total    761,774.00    253,676.00    718,444.00    241      



Departemen Pertanian
Pusat Data dan Informasi Pertanian

NERACA PERDAGANGAN KOMODITI PERTANIAN SUBSEKTOR HORTIKULTURA
Periode : Januari s/d Mei 2007 (US$ 000)

No.    Komoditi    Bulan    Pertumbuhan (%)
        Januari     Pebruari     Maret     April     Mei   
1    Pisang (segar)    17.76    2.68    12.81    253.68    241.19    542.10
    T O T A L    17.76    2.68    12.81    253.68    241.19    542.10
                          



PRODUKSI
TANAMAN BUAH - BUAHAN DI INDONESIA
PERIODE 2003 - 2007*)
                              
NO    KOMODITAS    Produksi
        ( Ton )
        2003    2004    2005    2006    2007*)
                              
1    Alpukat    255,957    221,774    227,577    239,463    212,015
2    Belimbing    67,261    78,117    65,966    70,298    56,429
3    Duku    232,814    146,067    163,389    157,655    182,127
4    Durian    741,831    675,902    566,205    747,848    632,557
5    Jambu Biji    239,108    210,320    178,509    196,180    180,355
6    Jambu Air    115,210    117,576    110,704    128,648    100,652
7    Jeruk siam     1,441,680    1,994,760    2,150,219    2,479,852    2,377,090
8    Jeruk Besar    88,144    76,324    63,801    85,691    72,599
9    Mangga    1,526,474    1,437,665    1,412,884    1,621,997    1,781,967
10    Manggis    79,073    62,117    64,711    72,634    100,042
11    Nangka/Cempedak    694,654    710,795    712,693    683,904    618,920
12    Nenas    677,089    709,918    925,082    1,427,781    2,304,234
13    Pepaya    626,745    732,611    548,657    643,451    625,864
14    Pisang    4,177,155    4,874,439    5,177,608    5,037,472    5,270,131
15    Rambutan    815,438    709,857    675,578    801,077    628,793
16    Salak    928,613    800,975    937,931    861,950    818,310
17    Sawo    83,877    88,031    83,787    107,169    110,418
18    Markisa    71,898    59,435    82,892    119,683    111,485
19    Sirsak    68,426    82,338    75,767    84,373    60,035
20    Sukun    62,432    66,994    73,637    88,339    96,563
21    Melon    70,560    47,664    58,440    55,370    59,653
22    Semangka    455,464    410,195    366,702    392,587    360,513
23    Blewah    31,532    34,582    63,860    67,708    59,556
Total Buah-Buahan    13,551,435    14,348,456    14,786,599    16,171,130    16,820,308
                  
                           


http://www.hortikultura.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=124&Itemid=160




2.9. Atribut Kualitas Komoditi Pisang
Agar kualitas buah pisang yang dihasilkan sesuai dengan standar internasional, diperlukannya atribut kualitas yang baik dalam mengolah atau memproses yang menjadi berbagai macam produk. Atribut kualitas yang digunakan antara lain:
a.    Bahan baku yang dipakai memiliki kualitas yang baik, karena bahan baku buah pisang merupakan faktor utama yang harus terjamin baik kuantitas maupun kontinuitas. Buah pisang memiliki rasa yang enak, selain itu mengandung nilai gizi yang cukup banyak.
b.    Berbagai macam manfaat buah pisang, salah satunya adalah dapat diolah untuk menjadi makanan olahan pisang yaitu keripik, sale dan sebagainya.
c.    Standar buah pisang mengacu pada SNI-01-4229-1996 yaitu berdasarkan persyaratan klasifikasi dan standar mutu pisang. Untuk mengetahui dan mencapai syarat mutu pisang harus melakukan pengujian yang meliputi  Penentuan keseragaman kultivar, Penetuan keseragaman ukuran buah, Penentuan tingkat ketuaan, Penentuan tingkat kerusakan fisik/mekanis, dan Penentuan kadar kotoran. Adapun klasifikasi pisang berdasarkan: panjang jari (cm),berat isi (kg),dan diameter pisang (cm).

    Sistem Pembiayaan Komoditi Pisang

Dalam mendorong pengembangan pisang di Kabupaten Cianjur khsusunya Kecamatan Cugenang, telah difasilitasi penyusunan dan sosialisasi SOP, fasilitasi percontohan pembrongsongan pisang, inisiasi pembentukan asosiasi petani Pisang Kecamatan Cugenang, inisiasi kemitraan, sosialisasi pemanfaatan KKP-E untuk pembiayaan pisang dan bersama Dinas Pertanian.
Untuk menyederhanakan penguasaan dan penggunaan faktor-faktor produksi dalam budidaya dan pemasaran hasil pisang abaca serta menjamin keamanan kredit perbankan, maka pola kemitraan yang dikembangkan dengan mekanisme closed system, akan dapat saling menguntungkan antara pihak-pihak yang bermitra, yaitu koperasi dan anggotanya (petani plasma) mitra usaha besar dan perbankan.
Untuk mengembangkan perkebunan pisang abaca dengan pola kemitraan di perlukan biaya investasi untuk pengadaan bibit, peralatan dan mesin. Disamping itu juga di perlukan modal kerja untuk pengadaan sarana produksi dan pembiayaan dan tenaga kerja. Untuk sementara jumlah biaya investasi yang diperlukan sebesar Rp. 6.733.000.- yang terdiri dari dana sendiri Rp. 1.500.000,- dan kredit bank Rp. 5.273.000,- . Sedangkan modal kerja yang diperlukan sebesar Rp. 4.995.000,- yang terdiri dari modal sendiri Rp. 250.000,- dan kredit dari bank Rp. 4.745.000,-
Secara finansial, budidaya pisang abaca layak untuk diusahakan yang ditunjukkan oleh parameter-parameter finansial antara lain :
o    IRR sebesar 25,01% jauh lebih besar dari tingkat suku bunga KLBI (KKPA sebesar 16% per tahun)
o    NPV sebesar Rp. 6.603.493
o    Payback period sebesar 31 bulan
o    BEP volume sebesar 4.743 kg

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
    Tanaman pisang merupakan tanaman yang sangat sederhana. Walaupun demikian, tanaman pisang mempunyai banyak manfaat, salah satunya adalah dapat diolah menjadi macam-macam bentuk makanan olahan seperti keripik pisang, sale pisang, dan lain-lain.
    Indonesia merupakan negara tropis, sangat subur untuk sebagian besar tanaman, termasuk buah pisang. Buah pisang dapat tumbuh dimana-mana, baik sebagai tanaman sela, batas/pagar disekitar rumah dan dipekarangan-pekarangan termasuk kebun. Oleh sebab itu, tanaman pisang dalam pembangunan negara dapat merupakan suatu sumber devisa negara yang sangat baik.
    Buah pisang mempunyai peluang eksport menggairahkan yang tidak kalah saing dengan buah-buah lainnya. Pisang mempunyai keunggulan antara lain:
a.    mempunyai prospek pasar yang baik.
b.    mempunyai potensi pengembangan yang luas.
c.    memiliki nilai ekonomis/jual yang tinggi dan menguntungkan
  
3.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penulisan ini adalah sebaiknya pemerintah dan aparat desa lebih memperhatikan masyarakat dan sering memberikan pelatihan untuk menambah keahlian dan ketrampilan masyarakat sehingga masyarakat memiliki modal dalam bentuk pengetahuan dan keahlian dalam penanaman pisang agar dapat tumbuh dan berkembang lebih baik dan perkebunan pisang berpotensi sebagai unit usaha yang mampu menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk yang tingkat pendidikan pada umumnya relatif rendah sehingga diharapkan pemerintah selalu memperhatikan produk hasil olahan pisang, hal ini dapat ditempuh dengan mengalokasikan kemudahan kredit dengan bunga yang ringan untuk industri rumah tangga, memberikan kemudahan-kemudahan dalam perizinan, selain itu pemerintah juga harus memperhatikan pemasaran produk-produk hasil olahan pisang tersebut.
    Selain itu, agar dapat memproduksi buah pisang dengan baik, gunakanlah budidaya standar internasional yang telah ditetapkan dengan sistem tekhnologi yang canggih supaya buah pisang dapat bersaing dengan buah-buah lainnya dipasar global, sekaligus meningkatkan pendapatan devisa negara melalui ekspor.
    Buah pisang yang penampilannya kurang menarik, harganya menjadi sangat murah. Buah pisang itu dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan mengolahnya menjadi makanan buah pisang olahan.





DAFTAR PUSTAKA
Abidin A.Sukarti, Bertanam buah-buahan di Pekerangan (Bogor : Bagian hortikultura Departemen Agronomi IPB, 1977).
Anonim, Anjuran Pemupukan Tanaman Jeruk dan Pisang, Liptan, BIP Departemen Pertanian Jawa Timur, No. 13, tahun 1988.
_______, Banpres Pisang dan Kambing Gunung Kidul, Sinar Tani, 25 Januari 1989.
______,Bertanam Pohon buah-buahan, Seri Pembangunan Desa (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1980).
______, Hama dan Penyakit Tanaman (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1974).
_______, Penyakit Pisang di Indonesia, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, No. 2, Vol. 6, Maret 1989.
_______, Peraturan Menteri Kesehatan RI Tentang Bahan-bahan Tambahan Makanan (Jakarta : Proyek Peningkatan Keamanan Makanan Departemen Kesehatan RI, 1979).
_______, Pisang (Jakarta : Pusat Penelitian Hortikultura Pasar Minggu, 1989).
Djamal-Har. A., Manfaat Batang Pisang untuk Pupuk Kompos, Sinar Tani, 26 Agustus 1989.
Lembaga Biologi Nasional, Manfaat Buah Pisang, Sinar Tani, 12 April 1989.
Rukmana Rahmat, Citra Pisang Sebagai Komoditi Perdagangan, Sinar Tani, 8 februari 1989.
Satuhu Suyanti BSc dan Ahmad Supriyadi, Pisang, Jakarta : PT. Penebar Swadaya,1998.
Sudarmo Widayati M., Rahasia di Balik Bonggol dan Bunga Pisang, Sinat Tani, 3 Oktober 1987.
Sumartono, Pisang (Jakarta : Bumi Restu, 1981).
Utami Dewi, Pengaruh Lama Penyimpanan Bahan Baku Terhadap Mutu Keripik Pisang, Evaluasi Hasil-hasil Penelitian Pasca Panen Holtikultura selama Pelita III (Jakarta : SBPHP, 1982).
























Dosen Pembimbing : Kelompok IV
DR. JOHANNES,S.E.,M.Si
NOPITA SARI,S.E


Di Susun oleh :
MANAJEMEN A’06

GIVEN RIDO HUTABARAT (C1B006007)
M. TOMI (C1B006034)
RUFTI BIMA SUTESNA (C1B006033)
FITRI HIDAYATI (C1B006003)
DESI WULANDARI (C1B006008)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JAMBI
(UNJA)
2008




SEJARAH TEH

Kata “teh” atau “Tee” atau “Tea” berasal dari bahasa Cina Selatan tē dari bentukan tschhā [lat. Camellia sinensis, dari familia Theaceae]. Tumbuhan ini berasal dari Provinsi Assam India dan Provinsi Yunnan di Cina Selatan. Pohonnya berbentuk semak yang hanya tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Daunnya mengandung Alkaloid Koffein yang membawa pengaruh menyegarkan dan menenangkan. Bukti tertulis tentang teh pertama kali ditemukan di Cina pada abad ke 3 sebelum masehi. Teh dibawa ke Eropa baru pada tahun 1610 oleh perusahaan dagang Asia Timur milik Belanda dan Inggris. Teh menjadi kultur tersendiri bagi negara-negara di Asia seperti Cina, Jepang, India, Srilanka, Afrika Timur, Rusia dan Indonesia. Seperti anggur di negara-negara Eropa, teh menjadi tradisi di negara-negara Asia Timur, Barat, Selatan dan Tenggara. Teh pun kemudian menjadi minuman nasional di Inggris dan Irlandia.
Tumbuhan teh Assam berbentuk bulat dengan tinggi pohonnya yang bisa mencapai tinggi 15 meter. Tumbuhan ini tidak bisa tumbuh di daerah bertemperatur rendah dan memerlukan kelembaban udara yang tinggi dan curah hujan yang banyak. Berlainan dengan teh Cina yang tinggi semaknya hanya mencapai 4 meter dan memerlukan suhu udara yang cukup dingin, periode musim kering yang cukup panjang serta kelembaban udara yang rendah. Jenis-jenis teh yang dikenal saat ini merupakan hasil penyilangan dari kedua jenis teh ini.
Ada yang menyebut nama Kaisar Shennong (Shen Nung) sebagai orang yang pertama kali merasakan kenikmatan teh di tahun 2.737 SM, atau hampir 5.000 tahun yang lalu. Kisahnya berawal dari selembar daun teh yang diterbangkan angin, dan mendarat tepat dalam cangkir berisi air minum yang masih panas milik sang Kaisar. Air minum itu pun berubah warnanya, dan menarik perhatian Kaisar Shennong. Berhubung ia juga adalah seorang tabib, atau bisa jadi karena tertarik dengan aromanya, tanpa ragu Kaisar Shennong meminum air di cangkirnya yang telah berubah menjadi cairan berwarna kemerahan. Seketika ia jatuh hati pada minuman asing yang memberikan kenikmatan dan kesegaran tersendiri itu.
PRODUKSI TEH
Untuk memudahkan proses produksi yang dimulai dengan proses pemetikan pucuk daunnya, pohon teh ini dipotong rendah. Daun-daun teh ini berbentuk sedikit oval, selalu berwarna hijau dan agak berkulit serta memiliki panjang antara 4 sampai 10 cm. Bunganya berwarna putih sebesar 3 cm berasal dari pucuk daunnya dan berbentuk lonjong seperti kapsul dan di dalamnya berisi sampai 3 bijih benih. Tanaman ini memerlukan iklim sedang dengan temperatur antara 18 sampai 28 derajat celcius dengan curah hujan yang teratur sekitar 2000 mm. Untuk hasil yang baik, sebaiknya tanaman ini tumbuh di tanah berketinggian antara 500 sampai 2000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dikembangbiakkan dengan cara penyetekan batang setinggi sekitar 1 m.


Produksi teh meliputi beberapa tahap :
    Pelayuan
    Penggulungan
    Fermentasi
    Pengeringan
    Sortasi
    Pengepakan
    Pengawasan Mutu
    Pengiriman Teh Jadi
Meskipun prosesnya relatif mudah, diperlukan pengontrolan yang seksama pada setiap tahap untuk memperoleh hasil dengan aroma dan rasa yang tepat.
KONSUMSI TEH
Pada dasarnya, teh diproses menjadi empat jenis yaitu teh hijau ,teh putih, teh hitam , dan teh oolong . Lebih dari tiga perempat teh dunia diolah menjadi teh hitam, salah satu jenis yang paling digemari di Amerika, Eropa, dan Indonesia .
Dari sisi permintaan, permintaan akan komoditi teh saat ini cenderung meningkat. Ini dikarenakan telah banyak dilakukannya penelitian tentang manfaat teh bagi kesehatan. Sehingga ini mendorong negara-negara produsen meningkatkan kapasitas produksinya tanpa mengabaikan mutu dan kualitas teh yang dihasilkan. Manfaat teh bagi kesehatan telah banyak membantu dunia kesehatan dalam mengatasi berbagai macam penyakit. Dan ini tentunya akan meningkatkan komsumsi teh dunia dan pentingnya akan manfaat dengan meminum teh serta akan menjadi tradisi minum teh, seperti yang ada di Jepang, di mana minum teh sudah menjadi tradisi turun-menurun hingga saat ini.
PROSPEK TEH INDONESIA SEBAGAI MINUMAN FUNGSIONAL
MINUMAN/MAKANAN FUNGSIONAL
Pada umumnya, orang menilai makanan/minuman dari kandungan nutrisi dan kemampuannya memuaskan selera. Pada beberapa tahun terakhir ini, penilaian tersebut berkembang ke arah fungsi makanan/minuman dalam mengatur metabolisme tubuh secara biologis. Makanan yang dapat memenuhi fungsi tersebut disebut sebagai makanan/minuman fungsional .
TEH SEBAGAI MINUMAN FUNGSIONAL
Senyawa utama yang dikandung teh adalah katekin , yaitu suatu kerabat tanin terkondensasi yang juga akrab disebut polifenol karena banyaknya gugus fungsi hidroksil yang dimilikinya. Selain itu, teh juga mengandung alkaloid kafein yang bersama-sama dengan polifenol teh akan membentuk rasa yang menyegarkan. Beberapa vitamin yang dikandung teh di antaranya adalah vitamin P, vitamin C, vitamin B, dan vitamin A yang walaupun diduga keras menurun aktivitasnya akibat pengolahan masih dapat dimanfaatkan oleh peminumnya. Beberapa jenis mineral juga terkandung dalam teh, terutama fluoride yang dapat memperkuat struktur gigi.
POTENSI TEH HIJAU INDONESIA UNTUK KESEHATAN
Potensi teh untuk kesehatan terutama terletak pada kandungan katekinnya. Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa teh hijau Indonesia ber-kadar katekin (10,81-11,60 persen) dan lebih tinggi dari pada teh Jepang dan teh Cina. Teh hitam Sri Lanka berkadar katekin hampir sama dengan teh hitam Indonesia (7,028,24 persen) karena sama-sama dibuat dari tanaman teh varietas assamica. Teh wangi Indonesia memiliki kadar katekin cukup tinggi yaitu 9,28 persen. Hasil penelitian ini memberikan indikasi bahwa berdasarkan kadar katekinnya teh Indonesia terutama teh hijau dan teh wangi memiliki potensi menyehatkan yang lebih besar dari pada teh Cina maupun teh Jepang. Di samping itu hasil penelitian kandungan katekin beberapa teh Indonesia ini juga dapat membuka peluang pasar baru bagi teh Indonesia, yakni sebagai bahan baku industri katekin. Prospek penggunaan katekin teh sebagai sarana penjaga ke-sehatan sangat bagus dengan makin maraknya kebutuhan akan minuman penyegar penjaga stamina “functional food” maupun “dietary food”.
Semakin tinggi kadar katekin pada teh semakin besar pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Katekin dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan mencegah kanker.
PERMASALAHAN TEH
Pengembangan agribisnis teh masih menghadapi berbagai kendala dan tantangan, yaitu :
    Lambatnya Instansi terkait dalam menerbitkan perizinan khususnya perpanjangan Hak Guna Usaha (HGU) menyebabkan adanya ketidakpastian hukum dan konflik sosial yang berdampak pada tingginya resiko investasi pada industri teh.
Dasar Hukuma Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan Pasal 19 Ayat 2;b. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 587/Kpts/OT.160/9/2006 tentang Pembentukan Komisi Teh Indonesia;c. Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor: 55/Kpts/OT.130/7/06 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Persiapan Pembentukan Dewan Teh Indonesia.
    Belum terbangunnya infrastruktur yang efisien dan kenaikan biaya produksi komoditi tersebut.
    Saat ini produksi teh dunia mengalami over suplai sekitar 8.000 ton dari total produksi mencapai 3,4 juta ton, menyebabkan harga teh di pasar global kini menjadi tertekan (turun).
    Negara konsumen seperti Inggris dan Amerika Serikat memberlakukan standar produk.
    Kendala lain yang menggelayuti para petani, yaitu masalah modal dan manajemen.
    Produktivitas kebun teh yang relatif rendah dan cenderung menurun. Produktifitas kebun teh saat ini sekitar 1.900-2.000 kilogram teh kering per hektar per tahun. Angka itu masih rendah dibanding negara penghasil teh utama yang mencapai 3.000 kg teh kering per hektar per tahun.
    Banyak mutu teh yang belum memenuhi standar internasional (ISO 3720).
    Penghapusan Pajak Pertambahan Nilai dipandang mendesak untuk menggairahkan industri hilir teh di Indonesia.
    Tingkat produksi dunia yang meningkat 4%-5%, sedangkan daya serap pasar hanya 2,5% (atau kurang), dan hal ini tentu memicu berlebihnya stok dan penurunan harga.
    Kenaikan UMR, bahan baku, pajak, kenaikan BBM dan tarif listrik, yang memicu naiknya biaya produksi dan komponen produksi.
    Maraknya permasalah non teknis seperti masalah otonomi daerah, penjarahan dan menurunnya tingkat keamanan di perkebunan.
    Produktivitas teh dalam negeri yang cenderung menurun akibat iklim yang tidak   menentu dan sulit 
      diperkirakan.
    Persaingan yang semakin ketat dengan datangnya negara produsen teh baru seperti Vietnam. Hal ini juga memicu terjadinya kelebihan produksi teh dunia.
Persaingan dari barang subtitusi.
    Berkurangnya kepercayaan pembeli asing terhadap produsen teh Indonesia akibat rawannya kondisi keamanan, politik dan ekonomi.
    Kurangnya inovasi dan daya juang untuk melakukan ekspansi penjualan yang agresif ke negara konsumen lain seperti yang dilakukan oleh negara-negara produsen teh lainnya.
    Menurunnya minat bekerja para pekerja produktif di sektor perkebunan.

SUBSISTEM AGRIBISNIS

1.Farming System (Input) :
Fungsi Input :
Fungsi input dari teh yaitu :

    Daun teh yang masih muda digunakan untuk komoditi utama dalam proses produksi teh
    Akar dari teh dapat digunakan untuk furniture dalam bentuk meja cousin, kursi, gantungan topi, dan sebagainya
    Ampas teh dari sisa pemakaian teh dapat dijadikan pupuk alami yang ramah lingkungan dan mudah larut dalam tanah

Kendala dalam input teh  :
Kendala dalam input teh yaitu :

    Jika diadakan replanting (penanaman kembali) bibit harus diadakan dari Bandung.
    Dalam hal pengangkutan bibit dari Bandung menuju ketempat replanting,bibit teh harus dibungkus karena bibit membutuhkan oksigen dan menghindari bibit teh dari hama penyakit
    Bibit harus ditanam diatas permukaan laut dengan ketinggian yang harus disesuaikan dengan kondisi tanaman
    Bibit tidak dapat ditanam langsung karena bibit teh dalam pengadaannya harus melalui proses stek yaitu penyambungan
Solusi dalam Input teh :
Solusi dalam input teh yaitu :

    Proses pengadaan bibit harus disesuaikan dengan volume permintaan dan pengadaannya harus tepat waktu
    Dalam hal pengangkutan bibit harus dibungkus sesuai dengan prosedur untuk menghindari kekurangan oksigen dan dari hama yang akan menimbulkan penyakit pada bibit teh
    Penanaman bibit juga harus disesuaikan dengan standar hidup tanaman
    Optimalisasi produktifitas kebun yang telah lama tidak mendapatkan perlakuan yang seharusnya atau pengelolaannya di bawah standar yang seharusnya

2. Processing (Produksi) :
Fungsi Produksi :
Fungsi produksi dari teh yaitu :

    Untuk memenuhi permintaan pasar dalam hal ini pemenuhan komsumsi masyarakat
    Untuk menghasilkan profit,dimana tujuan dari suatu melakukan proses produksi yaitu mendapatkan profit semaksimal mungkin.

Kendala dalam proses produksi :
Kendala dalam proses produksi yaitu :
    BBM, dimana dalam proses produksi bahan bakar yang dipakai yaitu solar.Di mana solar yang harganya mahal akan mengakibatkan biaya produksi menjadi lebih tinggi
    Musim, apabila mengalami musim kemarau yang panjang maka akan mengakibatkan berkurangnya produksi daun teh, dalam hal ini daun muda
    Keterampilan Tenaga Kerja, tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu tenaga kerja yang terampil.Dalam hal pemetikan daun teh haruslah diplih daun yang masih muda.Jika daun tua yang dipetik maka mutu dan aromanya tidak bagus
    Hama, hama yang dihadapi yaitu hama ulat api yang memakan pucuk daun teh terutama daun muda
    Topografi, keadaan topografi atau tata letak sangat mempengaruhi kesesuaian pertumbuhan dimana perkebunan teh sangat membutuhkan curah hujan yang sangat tinggi
    Tingginya biaya produksi teh dipengaruhi oleh biaya buruh dan penggunaan bahan bakar solar
    Pada perkebunan teh, satu hektar tanaman teh membutuhkan 1,2 hingga 1,5 tenaga kerja. Bandingkan dengan kebun sawit yang hanya membutuhkan 0,35 tenaga kerja per hektar
    Komponen biaya buruh mencapai 60 persen dari harga pokok produksi
    Penggunaan bahan bakar solar juga memberatkan produsen teh.Untuk mengolah satu kg teh, dibutuhkan 0,34 liter solar
    Selain biaya produksi dan harga jual, pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga disebutkan para produsen teh sebagai disinsentif bagi pengembangan industri hilir
    Banyak mutu teh yang belum memenuhi standar internasional (ISO 3720)
    Peremajaan tanaman teh yang lambat dan mesin-mesin pengolahan yang kurang mengarah kebutuhan dan permintaan pasar yang berubah secara dinamis dan cepat
    Penurunan produksi teh akibat banyak lahan perkebunan teh yang tidak produktif dan telah beralih fungsi

Solusi dalam proses produksi :
Solusi dalam proses produksi yaitu :

    BBM, saat ini dalam proses produksi telah digunakan bahan bakar alternativ yaitu cangkang dari buah kelapa sawit dan batubara
    Hama, pencegahan dilakukan secara dini dengan melakukan pengasapan,membasmi dengan pestisida yang ramah terhadap lingkungan dan tidak mengakibatkan efek samping terhadap teh
    Keterampilan Tenaga Kerja, untuk mendapatkan hasil yang maksimal,tenaga kerja diberikan perhatian dan pengarahan tentang pemetikan yang baik dan benar.Jika dilakukan pemetikan yang salah maka hasil yang didapat tidak akan maksimal bahkan jauh dari mutu yang diharapkan
    Optimalisasi produktifitas kebun yang telah lama tidak mendapatkan perlakuan yang seharusnya atau pengelolaannya di bawah standar yang seharusnya
    Produsen teh harus memenuhi standar internasional (ISO 3720) yang merupakan kewajibannya
    Mesin-mesin pengolahan yang kurang mengarah kebutuhan dan permintaan pasar yang berubah secara dinamis dan cepat harus digunakan guna meningkatkan produktivitas produksi

3.Riset and Development (Pengolahan) :
Fungsi Pengolahan :
Fungsi pengolahan teh yaitu :

    Untuk menambah nilai guna suatu produk terutama teh.Dalam hal ini pengolahan teh dimulai dari bahan baku hingga menghasilkan teh yang berkualitas baik akan menambah nilai guna suatu produk.
Kendala Pengolahan :
Kendala pengolahan teh yaitu :

    Mesin-mesin, dalam proses pengolahan teh kendala yang dihadapi yaitu mesin-mesin yang digunakan.Jika, mesin yang digunakan mengalami kerusakan maka akan berpengaruh terhadap produktivitas pengolahan dan tertanggunya proses produksi teh
    Mutu daun, jika mutu daun yang diolah kurang baik maka proses pengeringannya akan memakan
      waktu yang lama

Solusi Pengolahan :
Solusi pengolahan teh yaitu :
    Jika terjadi kerusakan, maka mesin-mesin tersebut harus diperbaiki guna menghindari tertanggunya proses produksi
    Memberikan pengarahan kepada tenaga kerja khususnya dibagian pemetikan daun teh untuk memetik daun yang masih muda.Karena daun yang masih muda, mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan daun yang sudah tua

4.Marketing (Pemasaran) :
Fungsi Pemasaran :
Fungsi pemasaran teh yaitu :

    Untuk memenuhi permintaan pasar akan produk yang dihasilkan, dalam hal ini yaitu produk dari teh dan turunannya
    Untuk mendapatkan maximum profit atau laba atau pendapatan maksimal

Kendala Pemasaran :
Kendala pemasaran teh yaitu :

    Komsumsi teh yang masih rendah dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat luas mengenai manfaat teh
    Biaya produksi yang lebih besar jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
    Negara komsumsi teh seperti Inggris dan Amerika Serikat melakukan standar produk
    Tidak transparannya akibat pembatasan-pembatasan tarif dan non-tarif dalam melakukan ekspor
    Harga teh yang rendah didunia diakibatkan over produksi sehingga menekan harga teh dunia
    Pengeloalaan akan permintaan teh yang tidak efisien

Solusi pemasaran teh yaitu :

    Memberikan penyuluhan kepada masyarakat bahwa pentingnya manfaat dari teh
    Menekan biaya produksi dengan cara mencari energi alternativ seperti cangkang kelapa sawit dan batubara yang lebih murah
    Melakukan perbaikan dari segi tarif ekspor guna membantu produsen teh meringankan biaya tarif ekspor
    Meningkatkan kerja sama dengan negara pengkomsumsi teh untuk dapat membantu negara produsen memasuki pasar mereka dan memberikan dispensasi mengenai pemberlakuan standar produk khususnya negara Inggris dan Amerika Serikat
    Membatasi produksi teh negara produsen guna meminimalisir over produksi yang mengakibatkan harga teh tertekan
    Melakukan pembenahan akan permintaan teh

5. Supporting (Pendukung) :
Fungsi Pendukung :
Fungsi pendukung teh yaitu :

    Untuk meningkatkan mutu produk teh yang diproduksi
    Untuk meningkatkan efisien proses produksi teh dengan mendapat dukungan dari mesin-mesin dan material pendukung lainnya
Kendala Pendukung :
Kendala pendukung teh yaitu :

    Mesin-mesin, mesin merupakan pendukung utama dalam proses produksi.Jika terjadi kerusakan maka akan mengganggu produktivitas produksi
    Belum terbangunnya infrastruktur yang efisien dan kenaikan biaya produksi komoditi tersebut
    Industri teh dunia kini tengah menghadapi tantangan akses pasar yang potensial, sehingga membatasi kelancaran perdagangan komoditi tersebut
    Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga disebutkan para produsen teh sebagai disinsentif bagi pengembangan industri hilir

Solusi Pendukung :
Solusi pendukung teh yaitu :
    Mesin-mesin pengolahan yang kurang mengarah kebutuhan dan permintaan pasar yang berubah secara dinamis dan cepat harus digunakan guna meningkatkan produktivitas produksi
    Membangun infrastruktur yang memadai atau sesuai dengan standar internasional sehingga akan membantu mempermudah produksi teh
    Memperlancar perdagangan komoditi teh dengan membuat peraturan yang baru dimana isi dari peraturan tersebut lebih memihak kepada produsen teh
    PPN sudah akan berarti banyak bagi industri teh, setelah itu Penghapusan pembenahan lain untuk revitalisasi industri ini bisa dilakukan

Dari kelima subsistem diatas yang menjadi perhatian dan paling berperan dengan permasalahan komoditi teh yaitu Supporting atau pendukung. Karena pada umumnya kendala yang dihadapi oleh produsen teh yaitu kendala infrastruktur yang kurang memadai berupa teknologi untuk melakukan penelitian yang akan meningkatkan mutu dan kualitas teh tersebut. Kurang memadainya infrastruktur ini mengakibatkan pemenuhan kebutuhan dan permintaan akan teh tidak dapat terpenuhi dan peningkatan kualitas mutu jauh dari harapan. Sedangkan Indonesia sebagai negara produsen teh mendapat tuntutan dari negara-negara konsumen teh secara serius. Untuk dapat bersaing secara global maka Indonesia harus meningkatkan mutu dan kualitas yang semula berstandar medium ke bawah menjadi medium ke atas.

EFISIENSI KOMODITI TEH

Efisiensi komoditi teh dilakukan untuk mengurangi atau meminimalisir proses produksi teh. Efisiensi komoditi teh dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1.    Dari sisi bahan bakar yang digunakan. Bahan bakar yang digunakan dalam proses produksi komoditi teh yaitu solar. Saat ini harga bahan bakar solar sangat tinggi seiring naiknya harga minyak dunia. Untuk itu digunakan energi alternatif untuk menggantikan fungsi solar. Bahan bakar yang digunakan untuk saat ini yaitu batu bara dan cangkang inti sawit, yang mampu mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar solar.
2.    Untuk pengadaan bibit teh pada saat replanting atau penanaman teh kembali haruslah diadakan sesuai dengan kebutuhan agar bibit yang diadakan tidak mengalami over order yang akan meningkatkan biaya proses replanting.
3.    Dalam penggunaan pupuk untuk membantu proses pertumbuhan tanaman teh saat ini digunakan pupuk kimia. Pupuk kimia saat ini harganya melambung dan memiliki dampak yang negatif terhadap lingkungan karena kita tahu bahwa pupuk kimia tidak seluruhnya larut didalam tanah. Untuk itu, perusahaan harus menggunakan pupuk organik yang ramah terhadap lingkungan. Selain itu, pupuk organik mampu larut habis didalam tanah.
4.    Mengelola tanaman sesuai kultur teknis dan dapat berproduksi secara berkelanjutan.
5.    Menghasilkan produk jadi yang berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi.
6.    Menekan harga pokok kebun.
7.    Menerapkan prinsip back to basic dalam pengelolaan tanaman sesuai dengan pedoman kultur teknis dan berorientasi tidak hanya jangka pendek tapi juga jangka panjang, antara lain dalam bidang:
    Manajemen pemupukan
    Manajemen pangkasan
    Manajemen pengolahan tanah
    Manajemen proteksi tanaman
    Manajemen pohon pelindung, dan
    Manajemen pemetikan

8.    Dalam bidang pengolahan diterapkan prinsip fleksibilitas pengolahan yang berorientasi pasar dengan produk yang sesuai dengan standar baku mutu serta selalu berupaya menerapkan inovasi-inovasi baru dalam bidang proses pengolahan baik hasil pengkajian intern maupun benchmarking dari pihak lain.
9.    Sumberdaya manusia sebagai aset perusahaan yang paling berharga dipacu untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya sehingga dapat mengikuti perkembangan dalam situasi global saat ini. Untuk itu perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti program-program pendidikan dan pelatihan baik yang diadakan di lingkungan kebun (in-house training), di lingkungan perusahaan maupun yang diadakan oleh pihak ketiga, dalam bidang-bidang : manajemen, tanaman, teknik, teknologi pengolahan, administrasi, akuntansi, komputer, kewiraan, kesehatan,dan sebagainya.
10.    Untuk menjaga kelangsungan usaha dalam jangka panjang serta mempertahankan kemampuan perusahaan sebagai penyedia lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar perkebunan, perusahaan diharuskan mempunyai program investasi dalam bidang tanaman, antara lain:
    Pembuatan pesemaian teh tahun 2007 sebanyak 50.000 pohon
    Pemnuatan pesemaian teh tahun 2008 sebanyak 100.000 pohon
    Penanaman / kompacting tanaman teh


ANALISIS WOT

Sejarah singkat analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) :
Analisis SWOT(Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) adalah alat perencanaan strategi yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, lawan dan ancaman meliputi dalam proyek atau dalam spekulasi bisnis. Ini melibatkan obyek yang spesifik pada spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor didalam dan faktor di luar yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan dalam mencapai obyek tersebut. Teknik tersebut dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada universitas Stanford pada tahun 1960 dan 1970 menggunakan data dari Fortune 500 companies.
1. Kekuatan atau keunggulan (Sthrengths) komoditi teh :
 Kekuatan atau keunggulan komoditi teh yaitu sebagai berikut :
    Mulai meningkatnya ekspor dari tahun ke tahun walaupun sempat mengalami penurunan.
    Teh memiliki manfaat terhadap kesehatan yang diantaranya mengurangi kolesterol, mengontrol tekanan darah tinggi, untuk kesehatan kulit, mencegah kanker, mengobati penyakit parkinson, dan sebagainya.
    Akar dari teh dapat digunakan untuk furniture yang menghiasi rumah, seperti meja cousin, gantungan topi, dan sebagainya.

2. Kelemahan (Weaknesses) :
 Kelemahan dari komoditi teh yaitu :
    Keterbatasan pengadaan input faktor termasuk tenaga kerja khususnya tenaga pemetik, kurangnya pemerajaan tanaman teh yang tua, adanya perbedaan selera konsumen internasional akan jenis teh yang di konsumsi.
    Komoditi teh saat ini yang dihasilkan oleh negara kita Indonesia belum mampu bersaing dengan negara produsen teh lainnya seperti China, Srilanka, India, Jepang, dan Vietnam.
    Teh yang dihasilkan oleh negara kita Indonesia dari segi mutu belum cukup memuaskan, yang berdampak terhadap permintaan terhadap komoditi teh tersebut.

3. Peluang (Opportunities) :
 Peluang dari komoditi teh yaitu :
    Adanya tradisi turun menurun untuk mengkonsumsi teh, sehingga minat untuk teh cukup tinggi untuk pasar domestik.
    Kondisi iklim Indonesia yang mendukung pertumbuhan teh, sehingga membuka peluang Indonesia cukup besar untuk menjadi produsen teh yang akan disegani di perdagangan dunia internasional.
    Komoditi teh mampu memiliki peluang di pasar internasional dan bersaing dengan negara produsen teh asalkan pajak ekspor teh dihapuskan.

4. Ancaman (Threats) :
 Ancaman dari komoditi teh yaitu :
    Banyak saingan dari Negara-negara pengekspor teh lainnya karena mutu teh mereka jauh lebih baik. Permintaan pasar yang berubah secara dinamis dan cepat.
    Ancaman komoditi teh kita berasal dari negara-negara produsen teh yang harganya mampu diatas harga standar yang digunakan dan mutu yang lebih baik dari negara-negara produsen tersebut.
    Ancaman dapat berasal dari dalam negeri kita sendiri yaitu dapat berupa pengenaan tarif ekspor yang tinggi dimana akan meningkatkan cost atau biaya produksi.

Segmen pasar yang dituju pasar domestik atau lokal untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Segmen pasar selanjutnya yang dituju yaitu pasar internasional, di mana untuk memenuhi kebutuhan negara-negara konsumen terutama negara-negara barat. Pada saat ini, teh Indonesia telah mampu memasuki pasar di negara India dan Russia dengan harga mencapai 1,5 dollar AS per kg. Ini menjadi tanda bahwa teh Indonesia telah memiliki harga yang pantas dan tentunya ini akan menjadi “cambuk” untuk meningkatkan mutu teh Indonesia serta akan memperoleh harga yang lebih tinggi lagi, tentunya.
Untuk positioning, Indonesia sebagai negara produsen teh masih berada di posisi ke lima. Ini dikarenakan mutu dan kualitas teh kita masih berada dibawah negara-negara pesaing produsen teh seperti, Kenya, Srilanka, Cina dan India.

BAURAN PEMASARAN
    Produk ,   pengetahuan   konsumen   tentang   keberadaan produk   teh   terbatas   pada merek-merek  tertentu,  umumnya  konsumen  hanya  dapat  mengingat  3  -  5 jenis,  tetapi  hanya  1  -  2  merek  diantaranya  yang  biasa  dikonsumsi  sehari- hari.  Keterbatasan pengetahuan tersebut berkaitan  dengan  keterbatasan informasi pasar  yang dilakukan oleh produsen.
    Pricing, Rata-rata harga teh Indonesia saat ini sekitar 1,4 dolar AS per kg. Namun masih rendah dibanding rata-rata harga teh Kenya yang mencapai 2 dolar AS per kg atau di Srilanka sekitar 1,85 dolar AS. Ini dikarenakan kebijakan tarif yang diterapkan negara pesaing produsen teh sangat tinggi terhadap komoditi the Indonesia jika memasuki pangsa pasar negara pesaing tersebut sebaliknya Indonesia menerapkan kebijakan tari yang rendah terhadap komoditi teh negara pesaing yang akan memasuki pasar Indonesia sehingga ini sangat merugikan negara kita sendiri. Maka, kebijakan ini perlu ditata ulang,  sehingga  kita mampu bersaing dengan negara-negara produsen lainnya selain perbaikan performance  produk  teh  kita  terutama mutu dan kualitas ke arah yang lebih baik lagi (baik mutu air seduhan maupun kemasannya).
    Promotion, Ada lebih dari 100 merk teh yang beredar di Jateng dan DIY, sedang secara keseluruhan merk teh yang terdaftar secara nasional ada sekitar 500-an merk. Iklan atau promosi teh tidak signifikan dalam mengontrol angka penjualan apabila tidak didukung oleh distribusi yang luas. Iklan atau promosi teh hanya dilakukan oleh perusahaan dengan skala distribusi tingkat nasional. Saat ini sangat sedikit produsen teh yang mengiklankan produknya di televisi secara nasional. Itupun pada kenyataannya sangat jarang konsumen yang mengkonsumsi teh yang diiklankan tersebut.
    Place , Ketersediaan  produk  teh  di  pasar,  erat  kaitannya  dengan  strategi saluran  distribusi  yang  digunakan  oleh  produsen.  Di  Indonesia  dikenal  dua jenis  saluran  distribusi  khususnya  komoditi  teh.  Pertama,  untuk  kebutuhan ekspor,   teh curah yang dikemas dalam  bal untuk konsumen antara/industri, menggunakan saluran distribusi langsung (lelang) yang dilakukan oleh Kantor Pemasaran Bersama (KPB) yang berkedudukan di Jakarta, sedangkan untuk kebutuhan  lokal,  lelang dilaksanakan   di  Kantor  Pemasaran  Bersama  (KPB) yang berkedudukan di Kota Bandung.

POTENSI EKSPOR  TEH

Langkah peningkatan produktivitas kebun diperlukan untuk mempertahankan posisi Indonesia sebagai negara pengekspor teh curah urutan ke lima di dunia setelah Kenya, Srilanka, Cina dan India. Beberapa negara tujuan ekspor teh Indonesia antara lain Rusia (15,4%), Inggris (14,4%), Malaysia (9%), Pakistan (8,6%), Jerman (7%), Amerika Serikat (7%), Polandia (5,4%), dan Belanda (5,3%). Kedelapan negara tersebut telah menyerap pangsa pasar 72,1 % dari total ekspor teh Indonesia. Indonesia memiliki potensi ekspor yang cukup besar mengingat teh tumbuh di daerah tropis dan sub tropis.

No.  
Sektor  
2002  
2003  
2004  
2005  
2006  
Trend
02 – 06
  
2007
Jan - Sep  
Perubahan
07/06  
Pangsa
07
1.    Teh    98,0    91,8    64,8    47,9    51,1    -17,76    49,8    28,12    1,89

Tabel diatas merupakan ekspor teh Indonesia yang terjadi antara tahun 2002 – 2006 dan 2007 (antara bulan januari – september).
Sumber : BPS
SAINGAN DI PASAR EKSPOR

Saingan Indonesia yaitu Kenya, Srilanka, India, dan Cina. Pada tahun 2005 volume ekspor sempat merosot tajam. Hal yang paling disayangkan adalah penurunan volume ekspor ke Rusia. Padahal "negeri beruang" ini justru merupakan negara tujuan ekspor teh tertinggi bagi perkebunan besar negara. Hal itu disebabkan naiknya ekspor teh hitam CTC dari Kenya ke pasar Rusia sebesar 105%. Sedangkan, konsumen besar lainnya, Pakistan, lebih memilih teh asal Kenya dan India ketimbang Indonesia karena biaya transport dan pengurusan biaya masuk yang lebih murah.
Jika dibandingkan dengan negara-negara pesaing, bea masuk yang dikenakan terhadap komoditi teh yang akan memasuki pangsa pasar Indonesia cukup rendah. Sebaliknya, bea masuk yang dikenakan negara-negara pesaing terhadap komoditi teh yang akan memasuki pangsa pasar mereka dikenakan tarif yang sangat tinggi, sehingga ini semakin menurunkan daya saing teh Indonesia terhadap teh negara-negara pesaingnya. Berikut ini ditampilkan tabel mengenai tarif bea masuk komoditi teh :

Tabel : Bea Masuk Teh
Komponen    Negara lain ke Indonesia    Bea masuk Indonesia ke :









    Vietnam    India    China    Srilangka
Bea Masuk    5,0%    50,0%    30,0%    32,0%    30,0%
PPn    10,0%    20,0%    26,0%    17,0%    15,0%
PPh    2,5%    0,0%    0,0%    3,0%    3,0%
Total    17,5%    70,0%    56,0%    52,0%    48,0%
Sumber :Aspatindo
Dari tabel di atas terlihat telah terjadinya “UNFAIR TRADE” dengan adanya pengenaan tarif impor yang sangat berbeda jauh dan tidak adil. Akibatnya, teh asal Indonesia tidak mampu bersaing di luar negeri sementara pasar dalam negeri rentan sekali diserbu produk teh asing karena tarif bea masuk yang terlalu rendah.

ATRIBUT KUALITAS TEH

1.    ATRIBUT MUTU INDERAWI

Kompleksnya komposisi kimia dan sifat fisik teh, yang menyulitkan cara pengujiannya menyebabkan atribut mutu inderawi teh menjadi hal yang amat penting dalam penetuan posisi mutu teh. Mutu inderawi teh meliputi penampilan (fisik) teh kering, warna dan cita rasa air seduhan serta penampilan ampas seduhan. Penampilan fisik teh kering ditentukan oleh warna, ukuran dan bentuk partikel serta keseragamannya. Keberadaan partikel pucuk muda (tip), tangkai, serat dan benda lain bukan teh juga merupakan parameter penampilan fisik teh kering. Warna seduhan teh digambarkan sebagai jenis warna, intensitas warna, kilat atau ”hidup” –nya warna. Selanjutnya cita rasa air seduhan dinyatakan sebagai jenis, kekuatan, kesegaran, ketajaman, rasa asing dan cemaran. Penampilan ampas seduhan menggambarkan kualitas pengolahan diantaranya warna (kilat dan kecerahan warna), yang mencerminkan tingkat oksidasi ensimatik polifenol, ukuran dan keseragaman ukuran menunjukkan hasil kerja sortasi.
Atribut mutu inderawi tersebut dinyatakan dengan istilah baku dalam bahasa Inggris sehingga merupakan cara komunikasi mutu yang universal dalam industri dan perdagangan teh. Beberapa atribut mutu inderawi telah dapat dijabarkan dalam besaran fisik, kimia maupun biologi. Sebagai contoh misalnya, kekuatan rasa dinyatakan sebagai kadar theaflavin, kenampakan tergulung dinyatakan dalam density, rasa asam ditentukan melalui uji cemaran mikroba dan lain-lain.

2.     ATRIBUT MUTU FISIK

Pada saat belum ditemukan cara pengujian mutu fisik maka atribut mutu fisik teh diukur secara inderawi. Atribut tersebut misalnya kekeringan, kerapuhan, warna (teh kering, air seduhan), bentuk, density, ukuran partikel dan lain-lain. Pada saat ini beberapa atribut mutu fisik telah dapat ditentukan dengan prosedur dan instrumen analisis sifat fisik tertentu sehingga cara mengkomunikasikannya lebih kuantitatif. Warna teh kering dapat diukur memakai Chromameter, dan warna seduhan teh dinyatakan dalam besaran total warna yang merupakan persen absorbansi sinar tampak pada panjang gelombang tertentu atau secara kimia dinyatakan sebagai rasio theaflavin, thearubigin. Kekeringan atau kerapuhan dinyatakan sebagai kandungan air. Ukuran partikel dapat dinyatakan sebagai diameter hancuran berdasar Fineness Modulus dan Density terukur sebagai density curah yang dinyatakan dalam volume per satuan berat.

3. ATRIBUT MUTU KIMIA

Atribut mutu kimia merupakan atribut tersembunyi. Karena kompleksnya susunan kimia teh atribut kimia ini sangat banyak ragamnya. Kandungan kimia dalam daun teh, perubahannya selama pengolahan dan pasca pengolahan sangat menentukan kualitas kimia teh.
Atribut mutu kimia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
     Penentu rasa        : polifenol dan hasil oksidasinya
     Penentu kesegaran        : alkaloid (Cafein, Theobromine, Theophylin)
     Penentu aroma        : linalool, geraniol, ester-ester, minyak essensial dan lain-lain
     Penentu warna        : theaflavin, thearubigin, khlorofil
     Penentu daya manfaat     : polifenol dan hasil oksidasinya, mineral,vitamin
     Cemaran            : logam berbahaya, residu pestisida, radio aktif

Kemajuan yang pesat dalam analisis kimia flavor (cita rasa) menyebabkan telah teridentifikasinya lebih dari 300 macam senyawa penentu flavor teh, salah satu atribut mutu kimia yang penting pada teh.

4. ATRIBUT MUTU BIOLOGI

Sebagai bahan pangan asal tanaman maka teh juga memiliki beberapa atribut mutu biologi. Misalnya adalah ketuaan daun, cemaran dengan jaringan daun tanaman selain teh dan cemaran mikroba. Atribut mutu biologi yang saat ini sering dipermasalahkan adalah Sanitary dan Phyto Sanitary yang dinyatakan sebagai angka lempeng total yang merupakan cermin jumlah koloni mikroba pencemar (jamur) dalam satuan berat cuplikan teh. Cemaran dengan jaringan tanaman dapat dideteksi secara mikroskopik melalui pengecatan untuk melihat bulu, idioblast, stomata dan kalsium oksalat yang sangat khas pada jaringan daun teh. Atribut mutu biologi ketuaan daun dapat didekati dengan analisis kimia serat kasar, dimana makin tua daun makin besar kadar serat kasarnya. Analisis petik dan analisis pucuk juga merupakan salah satu metoda evaluasi mutu biologi pada teh.

5. BIAYA MODAL

Biaya modal atau sumber pendanaan perkebunan teh berasal dari pemerintah melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), lembaga perbankan, lembaga non – perbankan, perorangan atau investor yang mempunyai hubungan dalam hal ini pemenuhan kebutuhan modal, serta berasal dari perusahaan yang bersangkutan.
Sebagai contoh, suatu perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan teh, membutuhkan sekurang-kurangnya modal Rp. 12 juta per hektar untuk melakukan peremajaan dengan jumlah tanaman yang harus ditanam mencapai 13 ribu pohon per hektar.
Untuk saat ini, sangant sulit mendapatkan bantuan modal dari lembaga bank maupun lembaga non bank, khususnya, yang kurang tertarik untuk mendanai perkebunan teh tersebut. Ini dikarenakan harga komoditi teh yang masih berkisar diantara US$ 1,2 – 1,4 per kg.
Ini menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan perkebunan teh untuk meningkatkan daya saing dalam hal ini mutu, untuk meningkatkan harga yang masih bisa digenjot naik.

KESIMPULAN
Teh merupakan tanaman yang memiliki khasiat untuk kesehatan. Ini didasarkan atas penelitian dan berdasarkan peninggalan sejarah, di mana teh telah dikenal sekitar 5000 tahun silam. Maka tanaman teh tersebut perlu dikembangkan lebih lanjut. Khususnya Indonesia, yang merupakan salah satu produsen teh, perlu meningkatkan produksi dengan tidak mengesampingkan mutu teh itu sendiri. Di mana Indonesia sangat potensial untuk menjadi produsen teh di dunia. Maka dari itu, perlu dukungan dari setiap lapisan masyarakat, khususnya pemerintah agar memperhatikan potensi teh Indonesia.
Sebagai penghasil produk teh berbahan baku pucuk teh varietas assamica, Indonesia berpeluang menghasilkan bahan minuman fungsional teh kaya katekin. Rekayasa proses produksi teh kaya katekin telah dan akan terus dilakukan untuk dapat merebut peluang pasar minuman fungsional. Keberhasilan rekayasa produksi minuman fungsional teh kaya katekin diharapkan dapat memacu perkembangan industri teh Indonesia pada umumnya dan industri teh rakyat pada khususnya.
SARAN
Untuk mampu bersaing dengan produsen teh lainnya, kami dari kelompok komoditi teh menyarankan agar pemerintah memperhatikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan yang bergerak di perkebunan teh. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan bantuan modal guna melakukan peremajaan tanaman teh, di mana tanaman teh Indonesia pada saat ini sedang memasuki masa re-planting. Di sisi lain, lembaga bank dan non-bank perlu juga memberikan bantuan modal. Saat ini, lembaga bank dan non-bank kurang tertarik dengan pemberian modal pada perkebunan teh. Hilangkanlah paradigma “kurang tertari” untuk mendukung kemajuan perkebunan teh Indonesia dan membantu perekonomian masyarakat, khususnya rakyat kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2002). Pelatihan Pengolahan Teh Hitam. Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia. Pusat Penelitian Teh dan Kina, Indonesia.
http://disperindag-jabar.go.id//?pilih=lihat&id=1319
http://www.bandungpress.com
Sumber:http://www.atmstravelnews.com/
http://www.library@lib.unair.ac.id
Website: www.youngstatistician.com Milist: stis44@yahoogroups.com
http://antara.co.id//terms
http://www.depperin.go.id/IND/Publikasi/Atase
http://titosuharto.wordpress.com/2008/03/22/teh-hitam-kurangi-risiko-jantung/feed
http://www.landize.com/khasiat-teh.html
http://anekailmu.blogspot.com/2007/04/27-manfaat-teh-hijau-bagi-kesehatan.html
http://abgnet.blogspot.com/2008/04/unfair-trade-pada-komoditas-teh.html





MAKALAH
ANALISIS AGRIBISNIS KOMODITI KARET
DI INDONESIA

KELAS A










Kelompok V

Oleh :
                1. Mia Mayesvi     (C1B006001)
                2. Astrinova         (C1B006009)
                3. Ely Hary Yansen (C1B006028)
                4. Nana Paskanita       (C1B006030)



FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JAMBI

2008








DAFTAR ISI

1. Latar Belakang ......................................................................................................... 3
    1.1. Lokasi Perkebunan Karet .......................................................................... 3
2. Pentingnya pengamatan Mulai dari Produksi dan Konsumsi ................................... 3
3. Prospek Karet dari Sisi Permintaan .......................................................................... 4
4. Permasalahan Komoditi Karet dilihat dari Sisi Agribisnis ....................................... 5
A. Subsistem Upstream Agribussiness (Hulu)/input pertanian ........................ 5
            B. Subsistem On Farm/Produksi Pertanian .......................................................6
        C. Subsistem/pengolahan/Agroindustri/hilir .................................................... 6
5.    Subsistem Agribisnis  ............................................................................................. 7
6.    Subsistem agribisnis yang paling berperan ............................................................. 8
7.  Analisis SWOT .......................................................................................................  9
8.    Bauran Pemasaran (4P) Komoditi Karet ................................................................ 9
9.    Potensi Ekspor Karet .............................................................................................. 10
10.    Atribut Kualitas Karet ............................................................................................ 11
11.    Kesimpulan .............................................................................................................12
12.     Daftar Pustaka ........................................................................................................13
13.     Lampiran
1. Jalur Pemasaran Karet secara Umum ............................................................ 14
2. Jalur Pemasaran ekspor Karet Indonesia ....................................................... 15
3. TABEL  ......................................................................................................... 16
















1. Latar Belakang
    Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan-peralatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila terjadi jatuh dari suatu tempat. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan tersebut secara langsung kebutuhan karet juga meningkat dengan sendirinya sesuai kebutuhan manusia.
    Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Havea Brasiliensis. Ini dilakukan dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan respons yang memberikan banyak latex lagi.
    Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet di Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 2.0 juta ton pada tahun 2005. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada semester pertama tahun 2006 mencapai US $ 4,2 milyar (kompas, 2006).
    Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau  pekebun swasta untuk membiayai pembangunan karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.
    Agribisnis karet alam di masa datang akan mempunyai prospek yang makin cerah karena adanya kesadaran akan kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam, kecenderungan penggunaan green tyres, meningkatnya industri polimer pengguna karet serta makin langka sumber-sumber minyak bumi dan makin mahalnya harga minyak bumi sebagai bahan pembuatan karet sintetis. Pada tahun 2002, jumlah konsumsi karet dunia lebih tinggi dari produksi.
Indonesia akan mempunyai peluang untuk menjadi produsen terbesar dunia karena negara pesaing utama seperti Thailand dan Malaysia makin kekurangan lahan dan makin sulit mendapatkan tenaga kerja yang murah sehingga keunggulan komparatif dan kompetitif Indonesia akan makin baik. Kayu karet juga akan mempunyai prospek yang baik sebagai sumber kayu menggantikan sumber kayu asal hutan. Arah pengembangan karet ke depan lebih diwarnai oleh kandungan IPTEK dan kapital yang makin tinggi agar lebih kompetitif.

1.1. Lokasi perkebunan karet di Indonesia

Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet nasional pada tahun 2005 mencapai 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan melakukan peremajaan dan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani serta lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet.    
2.    Pentingnya Pengamatan Mulai dari produksi dan Konsumsi
    
Karena karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra–sentra baru diwilayah sekitar perkebunan karet, maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Pengamatan produksi dilakukan pada seluruh aspek kegiatan yang berkaitan dengan produksi, yang meliputi :
a.    Kegiatan proses produksi
b.    Kualitas produk yang dihasilkan, apakah telah sesuai dengan standarisasi (SIR) yaitu merupakan faktor yang menentukan dalam tercapainya jaminan mutu untuk setiap produk, dapat dilihat dari keaamanan, keselamatan, dan kesehatan bagi konsumen.
c.    Biaya produksi yang dikeluarkan harus disesuaikan dengan harga karet dunia agar petani tidak mengalami kerugian dan didukung dengan kualitas karet itu sendiri.
d.    Pentingnya IPTEK bagi para petani, agar proses produksi dapat berjalan dengan baik yang akan berimbas pada peningkatan hasil produksi.
e.    Skala Produksi, produksi karet alam dunia meningkat dari 2 juta ton lebih pada tahun 1960 mencapai 6,15 juta ton pada tahun 1996 dengan laju pertumbuhan 3,2% per tahun. Namur selama 6 tahun terakhir (1996-2002) produksi karet alam dunia tidak memperlihatkan pertumbuhan yang mencolok yaitu hanya sekitar 2,15% per tahun.

Pentingnya pengamatan konsumsi :
    Pengamatan konsumsi dilakukan guna mengetahui apakah karet yang diolah dan diproses memiliki nilai ekonomis dan kualitas produknya memiliki standar yang dapat diterima oleh konsumen.
    Bila ditinjau untuk skala konsumsi karet itu sendiri sangat besar peluang dan daya belinya. Dalam 6 tahun terkahir (1996-2002) konsumsi agregat karet alam dunia tumbuh sekitar 3,0% per tahun. Pada tahun 2002 konsumsi karet alam dunia tercatat sekitar 7,39 juta ton, yang berarti lebih besar daripada tingkat produksi pada tahun yang sama. Lebih tingginya konsumsi dibanding produksi pada tahun 2002 mencerminkan pertumbuhan konsumsi yang lebih cepat sebagai dampak dari perubahan factor produksi dan persaingan. Dengan makin majunya karet di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan konsumsi dan ekspor karet, sehingga produksi karet pada tahun 2035 diperkirakan naik sebesar 31,3 juta ton untuk industri ban dan non ban, dan 15 juta ton untuk karet alam.

3.    Prospek karet dari sisi permintaan

    Harga karet alam dipengaruhi permintaan (konsumen) dan penawaran (produksi) serta stok dan cadangan. Menurut Internasional Rubber Study Group (IRSG) tentang permintaan diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam pada periode dua dekade kedepan, terutama pabrik–pabrik ban seperti Bridgeston, Goodyar dan Michclin, sehingga pada tahun 2004, IRSG membentuk Task Force Rubber Economi Project (REP) untuk melakukan studi tentang permintaan dan penawaran karet sampai dengan tahun 2035. Hasil studi REP menyatakan bahwa permintaan karet alam dan sintetik dunia pada tahun 2035 ada sebesar 31,3 juta ton untuk industri ban dan non ban, dan 15 juta ton diantaranya ada karet alam.
    Permintaan merupakan banyaknya barang yang diminta, dalam hal ini disebut konsumsi. Faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat permintaan karet adalah konsumen dan harga. Konsumen akan membeli jika harga karet dianggap murah atau bisa dijangkau. Sebaliknya konsumen tidak akan membeli kalau harga diluar jangkauannya. Oleh karena itu, permintaan tergantung pada daya beli konsumen.
    Konsumsi karet alam disaingi  oleh barang pengganti karet. Barang pengganti ini pengaruhnya sangat dominan terhadap perkembangan usaha perkembangan karet alam. Semakin banyak barang pengganti karet, karet sintetis, akan semakin besar pengaruhnya apalagi diikuti oleh harga yang lebih rendah.
    Daya beli konsumen selalu dipengaruhi oleh naik turunnya kurs valuta asing, terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia sebab nilai kurs mempengaruhi pendapatan nilai devisa negara.
    Besarnya konsumsi karet sintetis disebabkan akan naiknya permintaan akan mobil. Dinegara industri mobil permintaan karet sintetis sangat besar (70%), sedangkan negara-negara berkembang hanya (30%). Semua kegiatan memacu industri karet alam dalam merebut pasar tidak lepas dari harga. Harga karet alam sendiri tidak lepas dari harga barang lain yang diikutsertakan dalam proses produksi. Jika harga output tinggi, berarti biaya akan tinggi dan harga barang akan tinggi pula.
    Tingkat konsumsi karet alam Indonesia belum sampai pada tingkat kejenuhan, paling tidak sampai pada beberapa dasawarsa mendatang. Pada saat tingkat kejenuhan itu tercapai, industri karet alam sangat diharapkan tetap menggunakan karet alam untuk sebagian besar industri. Dengan demikian angka konsumsi karet menjadi berimbang. Sekarang yang harus dipertahankan adalah harga karet alamnya.
    Konsumsi karet alam dunia dalam dua dekade terakhir meningkat secara drastis, walaupun terjadi resesi ekonomi dunia pada awal tahun 1980an dan krisis ekonomi asia pada tahun 1997-1998. Penawaran karet alam dunia pun meningkat lebih dari 3 % per tahun dalam dua dekade terakhir dimana mencapai 8.81 juta ton per tahun.
     Untuk perkembangan harga karet sintetik sebagai produk hasil industri harganya relatif stabil dibanding dengan karet alam. Selain itu, karet sintetik harganya cenderung naik sejalan dengan harga bahan baku, kenaikan biaya produksi dan tingkat inflasi dari negara produsen. Hal ini berbeda dengan harga karet alam yang  berfluktuasi yang dipengaruhi oleh kondisi alam (cuaca/iklim), nilai tukar dan perkembangan ekonomi negara konsumen.
    Seiring dengan terbentuknya kerja sama tripartite antara tiga negara produsen karet alam dunia (Thailand, Indonesia, dan Malaysia), harga karet alam di pasaran dunia memperlihatkan kecenderungan yang membaik. Pada akhir tahun 2001 harga karet alam berkisar antara US $ 46 sen per kg – US $ 52 sen per kg. Setelah masing-masing negara anggota melaksanakan AETS (Agreed Export Tonnage Scheme) dan SMS (Supply Management Scheme). Harga merangkak naik. Pada bulan Januari 2002 mencapai US $ 53,88 sen per kg dan pada bulan Agustus 2003 mencapai US $ 83, 06 sen per kg.     Berdasarkan proyeksi jangka panjang (2010-2020) harga karet alam diperkirakan akan dapat mencapai sekitar US $ 2,5 per kg. Hal ini diharapkan akan merupakan daya tarik bagi pelaku bisnis di bidang agribisnis karet di Indonesia.

4.    Permasalahan Komoditi Karet Dilihat Dari Sisi Agribisnis

A.    Subsistem Upstream Agribussiness (Hulu)/input pertanian

a.    Rendahnya Produktivitas
     Rendahnya produktivitas terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas yang di dominasi karet remah atau crumb rubber. Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan juga oleh banyaknya areal tua rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan .
    Permasalahan utama yang dihadapi perkebunan karet nasional adalah rendahnya produktivitas karet rakyat (+ 600 kg/ha/th), antara lain karena sebagian besar tanaman masih menggunakan bahan tanam asal biji (seedling) tanpa pemeliharaan yang baik, dan tingginya proporsi areal tanaman karet yang telah tua, rusak atau tidak produktif (+ 13% dari total areal). Pada saat ini sekitar 400 ribu ha areal karet berada dalam kondisi tua dan rusak dan sekitar 2-3% dari areal tanaman menghasilkan (TM) yang ada setiap tahun akan memerlukan peremajaan. Dengan kondisi demikian, sebagian besar kebun karet rakyat menyerupai hutan karet.

b.    Sumber Dana
Adanya keterbatasan modal yang dihadapi oleh petani dalam membeli bibit unggul maupun sarana produksi lain seperti herbisida dan pupuk, selain itu bahan tanam karet unggul hanya tersedia di Balai penelitian melalui sistem Waralaba si sentra-sentra pembibitan yang juga madih sasngat terbatas jumlahnya.
c.    Kurangnya dukungan dan penyuluhan pemerintah
Dalam hal ini pemerintah kurang memberikan penyuluhan mengenai pengelolaan karet dengan benar sehingga bagi petani biasa yang memiliki areal perkebunan yang hanya beberapa hektar kurang menghasilkan karet yang berkualitas jika dibandingkan perkebunan besar milik pemerintah dan swasta dan pemerintah juga telah menghentikan pengutan CESS (dana untuk pengembangan, promosi, dan peremajaan) ekspor komoditi karet sejak tahun 1970.
d.    Kurangnya IPTEK.
Kurangnya IPTEK para petani karet yang ada di pedesaan, membuat produktivitas dan kualitas karet yang di hasilkan rendah dan kurang bersaing di pasaran dunia.
e.    Adanya hukum dan perundang-undangan penebangan
Pemerintah mengeluarkan peraturan dimana dalam membuka lahan baru, petani diwajibkan memiliki surat izin penebangan. Diman proses mendapatkan surat izin tersebut sangat rumit apalagi pada petani rakyat.
f.    Kurangnya pemanfaatan kayu karet
Masalah lain yang dihadapi dalam komoditas karet adalah pemanfaatan kayu karet baru sebatas kayu olahan, papan artikel, dan papan serat. Hal ini terjadi karena lokasi pengolah kayu jauh dari sumber bahan baku sehingga biaya transportasi menjadi tinggi. Oleh karena itu, harga kayu karet di tingkat petani masih rendah dan tidak menarik bagi petani.
B.    Subsistem On Farm/Produksi Pertanian

Arah kebijakan pada sisten on-farm adalah terwujudnya suatu kondisi dimana ketersediaan sarana produksi, spesialisasi subsistem on-farm terletak pada produktivitas hasil lateks dan kayu.
Masalah utama yang dihadapi oleh petani dalam sistem ini ketersediaan bahan baku yang tidak kontinue.

C.    Subsistem/pengolahan/Agroindustri/hilir

a. Rendahnya daya saing produk-produk industri lateks Indonesia bila dibandingkan dengan produsen lain terutama Malaysia.
b. Adanya penurunan areal hutan, eksploitasi kayu hutan yang berlebihan, tidak adanya program reboisasi yang berkesinambungan sehingga membuat permintaan akan karet tidak dapat terpenuhi karena bahan baku yang kurang.

7.    Subsistem Agribisnis

a. Farming
        Untuk menanam dan menghasilkan karet yang unggul dan berkualitas serta mempunyai produktivitas yang tinggi tidaklah mudah, semuanya harus diperhatikan secara seksama dimulai dari ;
    Asal Bibit
    Bibit yang bagus untuk karet unggul adalah bibit yang berasal dari penyerbukan sendiri maupun silang yang dibantu serangga jenis (Nitudulidae, Phloeridae, Eurculionidae) setelah sebulan terjadinya pembuahan sekitar 30-607 akan gugur secara berangsur-angsur dan sisanya berkembang hingga masak, ini adalah bibit yang bagus.
    Seleksi Bibit
    Setelah mendapatkan bibit, tidak langsung dapat disemai tetapi terlebih dahulu diseleksi untuk memisahkan antara bibit yang bagus dengan bibit yang kualitasnya jelek, hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemantulan dan perendaman, apabila bijinya dipantulkan biji tersebut melenting maka biji tersebut berkualitas bagus dan memiliki daya kecambah +  807. Sedangkan untuk perendaman apabila biji tersebut direndam dan tidak mengapung/tenggelam maka biji tersebut bagus dan mempunyai daya kecambah  + 80-92%.
    Penyemaian
    Penyemaian ini tidak bisa dilakukan sembarangan, sebelum penyemaian harus disediakan media seperti pasir sungai yang bersih dan halus barulah disemai bibit yang telah disediakan dengan cara menekan biji kedalam media pasir.Penyiapan lahan
    Dewasa ini budidaya karet dikenal beberapa istilah teknis yang berhubungan dengan penyiapan lahan. Yaitu :
-    New Planting (bukaan baru), penanaman karet yang dilaksanakanpada lahan yang sebelumnya tidak ada penanaman karet.
-    Replanting (pembukaan ulang), yaitu penanaman karet pada lahan yang sebelumnya telah ditanami tanaman karet.
-    Konversi, yaitu penanaman karet pada lahan yang sebelumnya ditanami jenis tanaman keras/perkebunan lain.
    Jarak Tanam
    Agar pertumbuhan dari karet yang ditanam bagus maka harus ditentu oleh jarak. Jarak yang biasanya dipakai umum sempit yakni 3m x 3m atau 4m x 4m yaitu dengan hubungan segitiga sama sisi sehingga jumlah tanaman tiap hektar cukup banyak. Tetapi dewasa ini jarak yang digunakan 7m x 3m atau 7,14m x 3,33 m atau 8m x 2,5m.

 b. Procesing
    Setelah umur karet yang ditanam sudah mencapai 5-6 tahun maka karet tersebut    sudah bisa untuk disadap, penyadpan adalah mata rantai pertama dalam proses produksi. Karet penyadapan dilaksanakan dikebun produksi dengan menyayat atau mengiris (dewasa ini juga dengan cara menusuk) batang dengan cara tertentu dengan maksud untuk memperoleh lateks atau getah.
    Untuk memperoleh karet yang bermutu tinggi, pengumpulan lateks hasil penyadapan dikebun harus bersih, proses pengolahan ini dimulai dari mengumpulkan lateks dikebun penerimaan lateks. Pengangkutan lateks, pengumpulan gumpalan karet mutu rendah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lateks serta bahan-bahan kimia dan air sebagain bahan pengolahan.

c. Marketing
    Setelah semua rangkaian dari proses telah dilaksanakan, kemudian sampai pada proses/tahap pemasaran. Yang dipasarkan adalah lateks pekat hasil penguapan, yang disebut Revertex Standar, memiliki kadar zat padat sekitar 73% dan kadar karet kering 68%. Untuk melakukan pemasaran harus memenuhi standar yaitu standar ISO dan dapat juga menggunakan mutu standar menurut ASTN atau BS, meskipun demikian dalam transaksi acapkali spesifikasi mutu lateks pekat ditentukan atas persetujuan antara penjual dan pembeli.


d. Penelitian dan Pengembangan (R & D)
  
Dengan kondisi harga karet sekarang ini yang cukup tinggi, maka momen tersebut perlu dimanfaatkan dengan melakukan peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani.
    Strategi di tingkat on farm yang diperlukan adalah :
(a)    penggunaan klon unggul penghasil lateks dan kayu yang mempunyai prosuktivitas lateks potensial lebih dari 3000 kg/ha/th, dan menghasilkan produktivitas kayu karet lebih dari 300 m3/ha/siklus
(b)     percepatan peremajaan karet tua seluas 4000 ha sampai dengan  tahun 2009 dan 1.2 juta ha sampai dengan 2025;
(c) Diversifikasi usaha tani karet dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela dan ternak untuk meningkatkan pendapatan petani;
(d)    peningkatan efisiensi usaha tani.

Strategi di tingkat off farm adalah :
(a) peningkatan kualitas bahan olah karet (bokar) berdasarkan SNI yang diisyaratkan oleh industri pengolahan.
(b)    peningkatan efisiensi pemasaran untuk meninkatkan margin harga petani;
(c)    penyediaan kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk peremajaan, pengolahan dan pemasaran bersama;
(d)     pengembangan infrastruktur;
(e)     peningkatan nilai tambah melalui pengembangan industri hilir yang ramah lingkungan;
(f)    peningkatan pendapatan petani melalui perbaikan sistem pemasaran.
e.    Pendukung
Dalam melakukan pengeksporan karet biasanya dilakukan dengan menggunakan peti kemas untuk lebih memacu, mempromosikan komoditi karet. Berkembangnya teknologi otomatisasi dan komputerisasi juga sangat menuntut pasokan bahan baku yang bermutu konsisten, termasuk juga mutu karet alam.

8.    Subsistem agribisnis yang paling berperan

    Subsistem yang paling berperan adalah farming, hal ini dikaitkan dengan permasalahan dari komoditi tersebut yaitu:
    Rendahnya produktivitas
Pertanian indonesia umumnya bersifat tradisional, dengan tingkat teknologi dan skill inikah menyebabkan pertanian indonesia tidak berkembang dengan pesat,sehingga produktivitas pertanian rendah.Dengan produktivitas yang rendah ini tidak dapat menutupi akan kebutuhan
    Belum ada sumber dana yang tersedia
Dana atau modal adalah faktor yang sangat penting dalam menjalankan suatu usaha.Apabila dana tidak ada atau belum tersedia perusahaan tidak dapat berjalan. Solusinya adalah dengan melakukan sistem perkreditan pada badan atau lembaga yang dapat meminjamkan modal
    Kurangnya IPTEK
Rendahnya tingkat pendidikan di kalangan masyarakat pedesaan tidak dapat menciptakan petani yang handal. Dengan tingkat IPTEK yang rendah ini sistem pertanian Indonesia dapat tertingal dengan negara lain.



7. Analisis SWOT
  
. KEKUATAN (strength) dari komoditas karet :
    Karet merupakan salah satu komoditi ekspor yang mempunyai harga jual tinggi juga salah satu penghasil devisa bagi Negara.
    Karet yang dihasilkan oleh perkebunan yang ada di Indonesia sudah lulus standar ISO dan standar ASTN dan BS,
    Karet membutuhkan kondisi alam yang subur dan ini sangat sesuai dengan kondisi alam di Indonesia
    Pembukaan lahan karet dapat dilakukan dengan replanting (bukaan Ulangan) dan konversi.
    Karet dapat digunakan sebagai bahan industri mobil, ban, dll.
KELEMAHAN (weaknees) dari komoditas karet :
    Karet yang dihasilkan oleh petani desa pada umumnya berkualitas rendah.
    Nilai ekspor karet alam Indonesia dalam bentuk bahan baku mempunyai mutu yang lebih rendah daripada Negara lain.
    Apabila datang musim penghujan maka kualitas karet sedikit menurun.
    Adanya penjarahan terhadap karet yang siap panen oleh oknum tertemtu.
    Kurangnya penguasaan teknologi baik dalam pembibitan, produksi  dan pengolahan pasca panen.
    Adanya pengurangan terhadap pupuk yang bersubsidi sehingga membuat petani sedikit kesulitan dalam mencari pupuk yang murah.
    Kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkebunan karet sehingga yang mengelola karet hanya petani biasa, tidak seperti Thailand yang dikelola skala kebunbesar oleh pemerintah.
PELUANG (opportunity) dari komoditas karet :
    Adanya lokakarya budidaya karet yang dilaksanakan oleh lembaga perkebunan Indonesia.
    Adanya dukungan pemerintah dengan cara memberikan bibit unggul dengan harga yang lebih murah.
    Diperkirakan Indonesia akan menempati urutan pertama produsen karet alam dunia
ANCAMAN (Threat) dari komoditas karet :
    Nilai ekspor karet alam Indonesia dalam bentuk bahan baku lebih rendah dibandingkan dengan Negara lain.
    Kurs dollar yang turun naik.
    Belum pulihnya kepercayaan Internasional terhadap Indonesia


8.Bauran Pemasaran (4P) Komoditi Karet

    Produk(Product)
Indonesia merupakan penghasil karet terbesar didunia.hal ini dikarenakan indonesia menghasilkan jumlah karet yang cukup banyak dibandingkan negara pesaing yaitu Thailand dan malaysia. Hasil karet tersebut dijual untuk pasar domestik dan khususnya untuk diekspor ke luar negeri.Untuk pasar ekspor indonesia bekerja sama dengan mitra usaha yang bergerak dibidang pengeksporan untuk mengekspor karet ke pasar luar negeri. Hasil panen dari karet tersebut berupa lateks segar yang dijual ke tengkulak atau pabrik pengolahan.selanjutnya lateks tersebut diencerkan dengan air sampai kadarnya 20% setelah lateks diencerkan jadilah crepe, setelah kering crepe di pak atau dibuat bandela-bandela dengn berat 50 kg bandela untuk selanjutnya dipasarkan ke konsumen dalam dan luar negeri. Budidaya karet dapat mendukung program pemerintah dibidang sektor pertanian dan perkebunan dan juga menambah devisa negara.karet merupakan penyumbang terbesar devisa bagi negara.
    Penetapan Harga (pricing)
Dalam memproduksi karet ini para petani atau pengusaha berusaha untuk meminimalkan biaya-biaya dengan cara melakukan perawatan tanaman secara intensif untuk mengurangi resiko gagal panen. Sehingga produksi karet ini tidak memakan banyak biaya. Pada akhirnya karet tersebut dapat dijual dengan harga yang relatif terjangkau bagi konsumen. Selain itu penetapan harga karet juga berfluktuasi atau berpengaruh terhadap harga dolar saat ini.bila mana dolar mengalami kenaikan maka harga karet juga akan naik begitu juga sebaliknya yang terjadi.
    Promosi (promotion)
Untuk memperkenalkan karet hal ini dirasa tidak perlu akan tetapi kegiatan promosi disini dilakukan untuk memberitahu kepada konsumen tentang kualitas dari produk karet tersebut. Kegiatan promosi dan publikasi karet dilakukan melalui media cetak elektronik yaitu internet. Promosi dilakukan secara teratur bertujuan untuk memberitahu kepada konsumen tentang kualitas yang dihasilkan.perusahaan karet menggunakan promosi dalam bentuk :
o    Internet, perusahaan akan membuat web-site tentang produk karetnya dan hal-hal lain mengenai perusahaan penghasil. Media internet dipilih karena saat ini internet merupakan sarana periklanan yang sangat efektif mengingat target pasar dari karet adalah kalangan menengah atas serta perusahaan negara asing.
    Lokasi (place)
Luas areal perkebunan karet di indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar.areal perkebunan karet di indonesia menyebar cukup merata karena terdapat 22 propinsi dari 30 propinsi. Propinsi yang memiliki areal perkebunan karet yang terluas pada tahun 2004 adalah sumatera selatan yakni mencapai 671.920 hektar.dari total areal perkebunan karet di indonesia tersebut 84,5% diantaranya merupakan kebun milik rakyat,8,4%milik swasta dan hanya 7,1% yang milik negara.

9. Potensi Ekspor Karet
  
Adanya potensi ekspor komoditi karet di Indonesia, menurut J.P.Holomoan (1991) destinasi ekspor komoditi karet alam indonesia adalah Amerika serikat sebesar 40 %,Singapura 32,8%,negara eropa barat sebesar 7,5%, Uni soviet 5%, Jepang 3,3% dan beberapa negara lain sebesar 11,4%.
    Dari data di atas terlihat jelas, bahwa Amerika serikat dan Singapura merupakan pembeli terbesar hasil karet Indonesia. Peningkatan jumlah permintaan dari ke dua negara ini tentu akan menyenangkan pihak produsen karet di Indonesia .Namun,bila ke dua negar ini menurunkan permintaannya, maka produsen karet Indonesia sedikit banyak akan tertanggu kestabilannya.
    Beberapa tahun terakhir ini permintaan dari Amerika serikat cenderung menurun. Hal ini bisa cukup di mengerti mengingat situasi dalam negri Amerika Serikat sekarang ini. Kurang stabilnya perekonomian di negara itu mengakibatkan industri dalam negerinya mengalami hambatan perkembangan. Belum lagi saingan industri mobil dari Jepang yang memiliki industri mobil negara paman sam tersebut.
    Produsen atau eksportir karet alam umumnya adalah negara-negara yang sedang berkembang seperti Malaysia, Indonesia, Birma ,Thailand, dll.Maka persaingan terjadi antara sesama  negara yang sedang berkembang tersebut.
Untuk memperkuat daya saing karet alam Indonesia di pasaran internasional, perlu diambil langkah-langkah sebagai tindak lanjut yang konkret. Langkah-langkah ini diantaranya adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengusahaan karet yang meliputi berbagai bidang:
1.    Bidang kultur teknis dan teknologi
Peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam bidang ini meliputi peningkatan produktivitas tanaman dan peningkatan mutu. Produktivitas tanaman karet di Indonesia masih relatif rendah. Untuk memperbaiki teknologi dan manajemen pengusahaan tanaman karet, fungsi dan partisipasi balai penelitian karet hendaknya semakin di tingkatkan. Dalam hal ini perlu digalakan peneliitan terutama dala hal budidaya karet. Cara lain untuk memperkuat daya saing karet alam Indonesia dipasaran internasional adalah dengan peningkatan mutu. Mutu karet harus ditingkatkan, baik mutu produksi, mutu kemasan, maupun mutu pelayanannya.
2.    Bidang pembiayaan dan keuangan
Peningkatan efektivitas dan efisiensi dibidang pembiayaan dan keuangan merupakan upaya penggunaan dana seefektif dan seefisien mungkin agar harga pokmok kaet yang dihasilkan cukup rendah. Dengan demikian, poroduk karet itu mampu bersaing pada setiap tingkat harga jual yang terjadi di pasaran internasional.
3.    Bidang pemasaran sebagai ujung tombak.
Tujuan akhir setiap produk adalah penjualan. Oleh karena itu, suatu hal yang harus dilaksanakan untuk menunjang keberhasilan yang sudah dibuat untuk mencapai efektifitas dan efisiensi biaya dan mutu adalah pemasaran. Dengan adanya pemasaran yang baik, maka semua aktivitas yang menyebabakan tersedotnya dana dan daya perusahaan akan dikembalikan. Bahkan, akan menaikan modal usaha dengan perolehan peruntungan yang tidak jauh berbeda dengan yang direncanakan. 
10. Atribut Kualitas Karet

    Agar kualitas karet yang dihasilkan sesuai dengan standar internasional maka diperlukan perlengkapan  atau sarana yang berkualitas baik dalam memproses karet menjadi berbagai macam produk. Perlengkapan yang digunakan antara lain adalah :
-    Bahan baku yang dipakai memiliki kualitas yang baik
-    Mesin dan peralatan yang canggih
-    Keahlian karyawan atau tenaga kerja yang terampil
-    Sistem perencanaan.
Kualitas karet alam :
-    Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna
-    Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah
-    Mempunyai daya aus yang tinggi
-    Tidak mudah panas
      -    Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakkan
Kualitas karet sintetis :
-    Tahan terhadap berbagi zat kimia
-    Harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil.
-  

KESIMPULAN

    Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir.
Melihat perkembangan baik dari segi konsumsi maupun produksi karet dunia, dalam tahun-tahun mendatang dipastikan masih akan terus meningkat. Indonesia merupakan penghasil karet sekaligus sebagai salah satu basis manufaktur karet dunia. Tersedianya lahan yang luas memberikan peluang untuk menghasilkan karet alami yang lebih besar lagi dengan menambah areal perkebunan karet. Tetapi lebih utama dari itu, produksi karet alam bisa ditingkatkan dengan meningkatkan teknologi pengolhan karet untuk meningkatkan efisiensi, dengan demikian output (latex) yang dihasilkan dari input (getah) bisa lebih banyak dan menghasilkan material sisa yang semakin sedikit.
    Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta sama-sama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat dan ini dapat dilihat pada tahun 2005 perdagangan karet di Indonesia mengalami surplus sebesar US $ 2,9 juta dimana nilai ekspor lebih besar dibanding nilai impor. Potensi surplus ini masih bisa naik lagi mengingat kebutuhan karet dunia yang terus meningkat, ditambah lagi apabila didukung pengurangan volume impor karet dengan tercukupinya kebutuhan karet dalam negeri.












DAFTAR PUSTAKA

1.     www.google.com
2.    Makalah Chairil Anwar (pusat penelitian karet), “Perkembangan Pasar dan Prospek
Agribisnis Karet di Indonesia” ; 2006.
3.    Makalah Cut Fatimah Zuhra, “Karet” ; 2006.
4.    Tim Penulis PS, “KARET : Budi Daya Dan Pengolahan , Strategi Pemasaran”,
PT Penebar Swadaya, anggota Ikapi, Jakarta ; 2006.
5.    Setiawan Heru Didit dkk, “Petunjuk Lengkap Budidaya Karet” agromedia Pustaka, Solo ; 2005.














Jalur pemasaran karet rakyat secara umum












Hasil Karet Rakyat



  
                  
                  



KUD





Rumah-rumah asap
Atau pabrik yang mengolah bokar















JALUR PEMASARAN EKSPOR KARET INDONESIA



Bahan olah karet rakyat (BOKAR)

    Lateks
kebun


Perkebunan besar
Pabrik pengolahan


  
PTP

Swasta

Kantor pemasaran bersama


  
Medan
    Jakarta
    Surabaya


Lelang

Industri yang menggunakan bahan baku karet di dalam negeri

Pembelian langsung oleh pihak luar negeri/ perwakilannya




eksportir


dealer




Perusahaan pengangkutan


importir

Konsumen luar negeri



TABEL VOLUME DAN NILAI EKSPOR IMPOR KARET ALAM INDONESIA TAHUN 1969 – 1990
Tahun    Ekspor    Impor
    Volume
( ton)    Nilai
( 000 US$ )    Volume
( ton )    Nilai
( 000 US$ )
1    2    3    4    5
1969
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990    657314
581190
580232
755960
866638
7947541
788292
789892
781967
865960
865321
976131
812800
797608
938032
1009558
987771
958692
1092525
1132132
1151409
1077331


    171750
185164
166476
161601
391372
476076
358240
535693
575555
718045
940603
1165321
835849
602148
843465
948391
708498
711612
958047
1243422
1007198
846876
    0
0
0
0
0
0
0
0
0
1031
1209
1980
2324
1847
365
24
44
151
0
0
823
792    0
0
0
0
0
0
0
0
0
197
245
458
1155
570
124
37
49
106
0
0
1089
708
  Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan,1991. ( Tim Penulis PS, “Budidaya dan Pengolahan, Strategi Pemasaran”, 2006 )

































































































































MANAJEMEN AGRIBISNIS












RUMPUT LAUT



Disusun oleh :
Manajemen “A” 2005

Nama kelompok    :
1.Ayuliyetrisnalisa    C1B005004
2.Umi Fajariyah    C1B005003
3.Dewi     Afrianti    C1B005036
4.Dion Kurniadi    C1B005032
5.Bayu trisna Putra    C1B005016



FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JAMBI












RUMPUT LAUT
Pendahuluan
    Indonesia merupakan negera kepulauan yang terdiri dari lebih 13.600 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kondisi perairan Indonesia yang luas dan subur mencerminkan potensi hasil laut yang cukup tinggi. Salah satu komoditi sumberdaya laut yang ekonomis adalah rumput laut. Dari ratusan jenis rumput laut yang tersebar di perairan pantai Indonesia, terdapat 4 jenis bernilai ekonomis yaitu marga Gracilaria, Gelidium dan Gelidiella sebagai penghasil agar, dan marga Hypnea serta Eucheuma sebagai penghasil carrageenan.
Istilah “rumput laut” adalah terjemahan dari “seaweed” yang merupakan nama dalam dunia perdagangan internasional untuk jenis-jenis alga (e) yang dipanen dari laut. Sebenamya penamaan rumput laut tidak tepat karena algae secara botanis tidak termasuk dalam golongan rumput-rumputan (Graminae). Nama agar-agar juga diberikan kepada jenis-jenis algae ini berdasarkan kandungan kimianya..Rumput laut merupakan bagian dari tanaman perairan (alge) yang diklasifikasikan ke dalam 2 kelas yaitu makro alge dan mikro alge.  Rumput laut termasuk pada kelas makro alge,  yaitu  penghasil bahan-bahan hidrokoloid,  selain mengandung bahan hidrokoloid sebagai komponen primernya, rumput lautpun mengandung komponen sekunder  yang kegunaannya cukup menarik  yaitu sebagai obat-obatan dan keperluan lain yang cukup penting seperti kosmetik dan industri lainnya.
Pentingnya pengamatan mulai dari produksi dan konsumsi
    -produksi
Dari total produksi rumput laut di Indonesia sebagian besar dihasilkan di perairan Maluku dan Nusa Tenggara Timur. Walaupun perairan pantai Indonesia mempunyai potensi sebagai penghasil rumput laut, tetapi masih kalah jauh dengan produksi rumput laut dari Filipina. Hal ini disebabkan karena produksi rumput laut Indonesia selama ini masih tergantung dari hasil panen dari alam, sedangkan di Filipina sudah dibudayakan secara intensif. Usaha budidaya rumput laut di Indonesia baru dilakukan di beberapa daerah seperti Bali, Sulawesi Tenggara dan itupun masih terbatas pada jenis Eucheuma.
Potensi produksi rumput laut kering rata-rata 16 ton per hektar per tahun. Jika luas areal itu dimanfaatkan secara optimal, total produksi mencapai 17.774.400 ton per tahun. Harga di pasar dunia saat ini sekitar Rp 4,5 juta per ton. Ini berarti, nilai pendapatan yang diperoleh Rp 79,984 triliun.
Total produksi rumput laut basah rata-rata 223.000 ton atau setara dengan 30.000 ton kering. Setiap 8 ton rumput laut basah bisa menghasilkan 1 ton rumput laut kering. Hingga kini baru 20.572 perusahaan skala menengah yang berinvestasi di budidaya rumput laut dengan total investasi Rp 5,143 triliun.
-Konsumsi
 Olahan sederhana dari rumput laut yang telah berkembang di Indonesia berasal dari jenis Eucheuma.jenis ini dikonsumsi masyarakat dalam bentuk makanan,seperti dodol, permen jelly, puding dan manisan nata rumput laut. Dari jenis Gracilaria adalah agar-agar kertas, agar-agar batangan, agar-agar powder, sedangkan dari jenis Sargassum antara lain adalah minuman Alginat. Biasanya produk olahan tersebut diproses secara skala rumah tangga, penampilan produknya kurang menarik dan daya simpan kurang lama. Hanya sebagian kecil yang telah diproses seraca modern dan dikemas dengan menarik dan telah dijajakan di pasar swalayan.
Manfaat
Manfaat penggunaan rumput laut di bidang kesehatan telah lama diterapkan oleh masyarakat tradisional, diantaranya adalah: rebusan rumput laut atau serbuk yang dibuat pil digunakan untuk mengatasi sakit gondok karena rumput laut mengandung iodium. Larutan berwarna coklat dari rumput laut juga berguna bagi penyakit rheumatik dan menurunkan berat badan. Serbuk rumput laut juga lazim dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi segala jenis penyakit. Penggunaan phycocolloid dari alginat dapat menyembuhkan penyakit kanker terbukti kemanjurannya menghasilkan pemulihan 68 % dari 162 pasein kanker. Senyawa ini juga dapat mengatasi penyakit bronchitis kronis atau emphysema (penyakit paru-paru), scrofula, gangguan empedu, atau kandung kemih, ginjal, syphilis, tukak lambung, atau saluran cerna, reduksi kolesterol darah dan anti hipertensi (Chapman & Chapman, 1980) .
Produk rumput laut digunakan juga dalam industri pangan seperti pembuatan jelly, minuman dan makanan ringan, sosis, selai anggur dan pakan binatang piaraan. Sedangkan pada pada industri non pangan seperti industri suspensi, cairan pembersih, pelapis keramik, industri kertas, pencetakan tekstil dan karpet serta farmasi dan kosmetika .
prospek Rumput laut dari sisi permintaan
Prospek usaha rumput laut di masa mendatang cukup baik dan memberikan harapan. Sebagai contoh, permintaan dunia terhadap Eucheuma dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Bahkan menurut Doty permintaan dunia untuk jenis Eucheuma di- taksir dapat mencapai 10 kali produksi alami. Tiga perusahaan industri carrageenan terbesar didunia (USA, Denmark dan Prancis) setiap tahunnya membutuhkan rumput laut sebanyak 20.000 ton sedangkan yang tersedia di pasaran dunia hanya 18.000 ton/tahun.Kemudian Porse menunjukkan bahwa dewasa ini permintaan dunia untuk Eucheuma adalah 50.000 ton per tahun, sedangkan suplai hanya mencapai 44.000 ton per tahun, untuk memenuhi permintaan dunia masih diperlukan 6.000 ton per tahun. Dari sejumlah suplai Eucheuma, Indonesia hanya mensuplai 9 % - nya.
Permintaan (demand) akan rumput laut belakangan ini makin meningkat. Berdasarkan hasil kajian Divisi Research and Development Departemen Studi Makro dan Mikro Bank Ekspor Indonesia (BEI), perdagangan internasional rumput laut selama 2004 meningkat rata-rata 6% (dari sisi permintaan). Sedangkan, dari sisi persediaan (supply) hanya 5%. Artinya, dengan permintaan komoditas rumput laut yang lebih besar ketimbang produksinya, harga rumput laut diperkirakan meningkat pada masa mendatang.
Permasalahan komoditi dari sisi agribisnis
a.    Usaha budidaya tidak didukung dengan pemasaran yang terpadu.para petani selalu berhadapan dengan tengklak yang cenderung menekan harga.
b.    Kurang penyediaan bibit rumput laut yang berkualitas padahal bibit hanya boleh dipakai paling banyak 4x musim tanamsecara berturut-turut,setelah itu harus diganti,untuk menjaga stabilitas mutu produksi.
c.    Tidak ada tenaga penyuluh yang khusus yang menangani rumput laut
d.    Belum ada tata ruang yang membagi lokasi untuk usaha pembudidayaan
e.  Sulit mencari lokasi budidaya laut dipantai utara dan selatan Jawa Tengah yang memenuhi syarat, baik ditinjau dari segi kondisi oceanografis maupun segi kondisi daratan.
f.   Pasar lokal masih lemah dan daya beli masyarakat masih rendah dan pasar luar negeri masih terbatas.Karena itu perlu promosi di pasar lokal, domestik dan luar negeri.
g.  Analisa ekonomi budidaya laut belum ada di Sumatera Utara, karena belum ada uji-coba yang telah memberi data mantap, karena itu masih perlu meneruskan dan mengembangkan uji-coba kultur laut ini.
h.  Vegetasi daerah pantai dan estuaria dibanyak tempat telah rusak, terganggu atau habis, karena itu telah banyak daerah pengembangbiakan alami hewan laut dibawah kondisi minimal. Karena itu sumber benih alami untuk budidaya laut masa depan diharapkan dari pembenih-pembenihan (Hatcheries).
subsistem agribisnis yang terkait dengan komoditi tersebut tersebut mulai dari farming system,processing,marketing,R&D dan supporing lain yang berkaian.
-Farming system
Pada prinsipnya ada tiga metoda budidaya menurut posisi tanaman yaitu:
•    Metoda didasar (bottom method)
•    Metoda lepas dasar (off-bottom method)
•    Metoda terapung (floating method)
Masing-masing metoda ini mempunyai keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian. Metoda penanaman dipilih berdasarkan keadaan perairan, tujuan budidaya dan jenis rumput laut yang dibudidayakan.
Metoda di dasar (bottom method)
Pada penanaman dengan metoda ini bibit tanaman diikatkan pada batu-batu karang dan disusun berbaris di dasar perairan. Keuntungan dengan cara ini adalah murahnya biaya budidaya dan tidak diperlukan banyak pekerjaan pemeliharaan. Kerugian yaitu mudah diserang bulu babi (sea-urchin). Mungkin di suatu area sulit diperoleh batu-batu karang lepas dengan ukuran cukup. Metoda ini baik digunakan untuk jenis Gelidium yang tumbuhnya diperairan terbuka dan menerima pukulan ombak besar terus menerus. Metoda lain sulit dilakukan untuk jenis Gelidium ini karena bangunan budidaya tidak dapat bertahan. Bila metoda ini digunakan untuk jenis Gelidium maka tujuannya bukan untuk suatu usaha karena pertumbuhannya yang lambat. Cara ini berguna untuk memperluas daerah penyebaran dan mempertahankan kelestarian stok.
Metoda lepas dasar (off-bottom method)
Jenis-jenis Eucheuma dan Gracilaria dapat ditanam dengan metoda ini. Mula-mula bibit tertanam diikat tali plastic (rafia) masing-masing dengan berat kirakira 20 cm dan direntangkan kira-kira 20–30 cm diatas dasar perairan dengan menggunakan kayu-kayu pancang. Bebarapa diikatkan langsung pada kayu-kayu yang berjarak 5 m. Masing-masing monoline jaraknya kira-kira ½ meter. Kedua pada kayu-kayu pancang direntangkan 2 m nilon multifilamen (Æ 6 – 7 mm). Dalam barisan, jarak nilon multifilamen kira-kira 2-½ m. Nilon monofilamen direntangkan dengan mengikatkannya pada nilon multifilamen dengan jarak 20 cm. Modifikasi ketiga, dibuat jaring dari nilon monofilamen dengan lebar mata 20 cm. Bibit tanaman diikatkan pada simpul-simpulnya. Jaring ini direntangkan dengan kayu-kayu pancang.
Metoda ini mempunyai keuntungan yaitu terhindar dari bulu-babi. Penanaman dapat dilakukan di area dengan dasar perairan terdiri dari pasir sehingga mudah menancapkan pancang, sulit di lakukan diperairan dengan dasar perairang karang. Kerugian dengan metoda ini ialah, sering diserang ikan-ikan herbivour pada waktu pasang dalam.
Metoda ini memberikan nilai pertumbuhan yang baik bila di areanya terdapat arus yang baik. Karena bila pergerakan air di area penanaman didominasi oleh ombak, maka tanamen tidak atau sedikit manerima pergarakan air selama perioda pasong dalam, sehingga pertumbuhannya kurang baik.
Metoda terapung (floating method)
Dibuat rakit-rakit dari bambu dan kayu dengan ukuran 2 sampai 4 meter. Ada dua modifikasi dangan metoda ini yaitu monoline den net seperti halnya dengan metoda lepas daser. Ditempat-tempat yang pergerakan airnya terutama terdiri dari ombak, sebaiknya digunakan metoda ini. Demikian juga bila dasar periran terdiri dari karang yang keras dimana sulit menancapkan pancang, dapat dwgunakan metoda ini. Untuk mempertahankan agar rakit-rakit tidak hanyut, digunakan jangkar. Untuk efisiensi area, beberapa rakit dijadikan satu. Makin banyak jumlah rakit, makin tinggi efisiensi area. Pengaruh penyatuan sejumlah rakit terhadap pertumbuhan adalah negatip di mana makin banyak jumlah rakit yang disatukan makin banyak pula jumlah rakit yang berada di tengah dengan pertumbuhan tanaman jelek. Jumlah yang sebaiknya ialah 10 rakit (2 × 5) rakit dijadikan satu.
-processing
Dalam kegiatan-kegiatan rumput laut, instalasi bangunan budidaya dan pananaman memerlukan banyak tenaga kerja. Selanjutnya kegiatan pemeliharaan mudah sekali dilakukan, asal dikerjakan secara teratur setiap hari. Pekerjaan pemeliharaan terdiri dari membersiihkan tanaman dari tumbuhan penempel atau benda-benda lainnya, menggantikan tanaman yang rusak atau hilang dengan yang baru dan memperbaiki bagian-bagian bangunan budidaya yang rusak seperti monoline yang putus, bambu atau kayu yang patah, tiang-tiang pancang yang tercabut dan lain-lain. Apabila kegiatan ini dilakukan setiap hari maka kerusakan kerusakan berat dapat dihindari sehigga kerugian yang lebih besarpun tidak akan terjadi.
Pertumbuhan tanaman pada umumnya tidak seragam. Sesudah sebulan masa penanaman biasanya akan terlihat tanaman yang sudah mencapai ukuran besar, sementara ada tanaman yang masih tetap kecil. Karena itu beberapa tanaman sudah dapat dipanen. Di P. Samaringa, Sulawesi Tengah pada bulan-bulan tertentu tanaman diserang lumut. Pembersihan tanaman dari lumut ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak sampai merusak thallus. Bila tanaman telah merata mencapai ukuran kira-kira 600 grams sudah waktunya untuk dipanen. Panen dilakukan dengan memotong dan meninggalkan sebagian tanaman untuk dapat tumbuh besar lagi. Kadang-kadang dilakukan juga pengangkatan seluruh tanaman kalau pengikatnya sudah tidak kuat lagi.
Penanaman rumput laut dilakukan dengan memanfaatkan sifat pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan tanaman diukur dengan pertambahan beratnya tiap hari dan dapat dihitung dengan rumus :

Untuk dapat memberikan kebijahsanaan-kebijaksanaan yang diperlukan masyarakat nelayan/petani rumput laut sehubungan dengan keadaan tanaman sebagai akibat dari lingkungan perairan maka diperlukan monitoring lingkungan perairan yang meliputi sifat-sifat hidrologis dan biologis, serta monitoring pertumbuhan tanaman. Monitoring pertumbuhan dilakukan dengan penimbangan tanaman contoh yang diberi label setiap minggu sekali.
Contoh penanaman Eucheuma



Dari gambar diatas menunjukkan bahwa tanaman yang ada di lapisan atas tumbuh lebih baik dari tanaman yang ada dibawahnya ( Tabel 1 ). Hal yang sama dijumpai pada tanaman rakit apung bersusun rupanya perbedaan intensitas sinar yang diterima dilapisan bawah sama dengan tanaman kontrol (kedudukan yang sama tetapi tidak bersusun). Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa pada areal budidaya yang memungkinkan kedalamannya dapat dilakukan penanaman dengan cara berlapis, sehingga pada luas areal tertentu jumlah tanaman dan panenan akan dapat ditingkatkan. Efisiensi lahan dengan cara penanaman berlapis dapat dilaksanakan.

Tabel 1. Laju pertumbuhan berat rata-rata percobaan penanaman
Eucheuma spinosum dan E. striatum
     Waktu percobaan    Lokasi Propinsi Bali    Jenis    Laju pertumbuhan berat rata-rata (% /hari)
                0
1
2
3

1.    23-8-84 s/d 20-9-84
(28 hari)    Nusa Dua    E. spinosum         2,38    2,20    2,39
2.    19-8-84 s/d 15-10-84
(57 hari)    Nusa Lembongan    E. spinosum    3,68    3,00    3,00    -
3.    10-12-84 s/d 14-1-85
(35 hari)    Nusa Dua    E. spinosum
E. striatum    3,28
2.21    2,39
2.39    4,12
2,70    -
-
4.    13-12-84 s/d 25-2-85
(43 hari)    Serangan    E. spriatum    5,00    -    -    -
5.    17-12-84 s/d 13-1-85
(27 hari)    Nusa Lem bongan    E. spinosum    4,51    4,60    5,04    -
6.    17-12-84 s/d 28-1-85
(42 hari)    Nusa Lembongan    E. spinosum E.striatum         3,40    3,10    -
Keterangan: 0 = metoda lepas dasar, 30 cm dari dasar sebagai kontrol
1 = metoda lepas dasar, 30 cm dari dasar (susun ke 1)
2 = metoda lepas dasar, 50 cm dari dasar (susun ke 2)
3 = metoda lepas dasar, 90 cm dari dasar (susun ke 3)

Penanganan lepas panen
Rumput laut di ekspor dalam bentuk raw-material. Sesudah dipanen baik dari alam maupun dari budidaya, rumput laut dikeringkan dengan penjemuran sinar matahari yang dilakukan masyarakat nelayan satu atau dua hari penjemuran sesudah panen dari laut kemudian dijemur lagi sampai kering. Dengan care denikian dihasilkan rumput laut yang bersih dangan warna kekuningan. Akan tetapi cara demikian dimana dilakukan pencucian sesudah penjemuran setengah kering menyebabkan berkurangnya kadan karaginan.
Penjemuran langsung diatas pasir tanpa alas menyebabkan tercam-purnya butir-butir pasir pada rumput laut. Halini dapat mengurangi mutu perdagangan rumput laut. Sebagai alas yang murah untuk penjemuran ini dapat digunakan daun kelapa. Dalam standar perdagangan rumput laut antara lain diyatakan bahwa benda-benda asing yang terdiri dari pasir, batu karang dan lain-lain tidak lebih dari 5 persen. Kandungan air (moisture content) tidak lebih dari 30 persen. Pengepakan biasanya cukup dengan menggunakan karung yang dapat diisi sampai beratnya 90 kg. Dalam penyimpanan di gudang harus dijaga agar tidak sampai kena air hujan. Demikian pula dalam pengangkutannya.
- marketing
Rantai pemasaran rumput laut mulai dari pemetik sampai eksportir di beberapa daerah pada umumnya sama. Nelayan atau petani rumput laut menjual rumput laut hasil panen dari alam atau budidaya kepada pedagang lokal (pedagang di kecamatan). Kemudian oleh pedagang lokal dijual kepada pedagang antar pulau yang kadang-kadang merupakan perwakilan eksportir yang ditempatkan di sentra-sentra produksi rumput laut. Pedagang antar pulau tersebut membawa rumput laut kering kepada eksportir di kota-kota pelabuhan seperti eksportir-eksportir di Ujung Pandang, Ambon, Surabaya, Denpasar, Jakarta dan di kota pelabuhan lainnya
Permitaan pasaran dunia terhadap rumput laut saat ini sedang dalam keadaan krisis sehingga terjadi kegoncangan-kegoncangan harga yang meresahkan masyarakat nelayan. Tampak juga spekulasi-spekulasi dari para pedagang yang ternyata tidak menguntungkan. Hal ini perlu mendapat perhatian pemerintah di tingkat pusat.
-riset and development

 Subsistem yang berperan penting
Dari subsistem yang berperan penting dalam komoditi rumput laut adalah riset and development.karena pengembangan rumput laut masih terdapat kendala.Selama Indonesia masih tergantung pada hasil panen dari alam sehingga Indonesia belum dapat bersaing dipasar internasional.
Analisis SWOT
Strengths
Penggunaan rumput laut di bidang kesehatan telah lama diterapkan oleh masyarakat tradisional, diantaranya adalah: rebusan rumput laut atau serbuk yang dibuat pil digunakan untuk mengatasi sakit gondok karena rumput laut mengandung iodium. Larutan berwarna coklat dari rumput laut juga berguna bagi penyakit rheumatik dan menurunkan berat badan. Serbuk rumput laut juga lazim dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi segala jenis penyakit. Penggunaan phycocolloid dari alginat dapat menyembuhkan penyakit kanker terbukti kemanjurannya menghasilkan pemulihan 68 % dari 162 pasein kanker. Senyawa ini juga dapat mengatasi penyakit bronchitis kronis atau emphysema (penyakit paru-paru), scrofula, gangguan empedu, atau kandung kemih, ginjal, syphilis, tukak lambung, atau saluran cerna, reduksi kolesterol darah dan anti hipertensi (Chapman & Chapman, 1980) .
Weaknesses
Salah satu jenis rumput laut yang telah dibudidayakan secara intensif “eucheuma cottonii” yang menghasilkan dodol, diolah dengan menggunakan bahan dasar rumput laut.produk ini sangat spesifik dan telah memiliki pangsa pasar yang cukup luas, tapi karena keterbatasan teknologi dan budidaya dodol yang belum memasyarakat sehingga mutu dari dodol tesebut kurang baik,antara lain dari segi plastisitas,kepadatan, daya awet dan pengemasan.
Opportunities
    Potensi rumput laut di Indonesia untuk dimanfaatkan diberbagai bidang : industri, kesehatan, farmasi, kosmetik, pangan, tekstil dll, baik dari komponen primernya ataupun komponen sekundernya, khususnya yang menggunakan komponen hidrokoloid.  Sehingga bagaimana usaha untuk meningkatkan budidaya dan produksinya,  sehingga setiap tempat yang berpotensi  dapat dimanfaatkan secara optimal.  Indonesia harus yakin bahwa mampu memproduksi  berbagai produk primer dan sekunder dari rumput laut yang cukup berlimpah di perairan kita sendiri,  bahkan dengan mutu yang baik (Internasional) yang mampu menyaingi produk impor.
threats
Pengembangan komoditi rumput laut di Indonesia masih akan mengahdapi tantangan yang tidak kecil. Misalnya lemahnya manajemen dan keputusan ekonomi dalam system produksi rumput laut, terutama tentang kualitas yang akan berpengaruh terhadap ekspor.
Dimasa yang akan dating isu lingkungan pasti akan menjadi salah satu factor krusial yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan komoditi rumput laut di Indonesia.
Dimasa yang akan datang persaingan rumput laut dunia semakin ketat sehingga apabila tidak diantisifasi dengan baik maka Indonesia akan kalah bersaing dengan Filipina yang pemerintahannya sangat serius dalam membantuproduksi rumput laut.
Segmen pasar
Segmen pasar yang dituju Indonesia yaitu pasar domestic dan internasional
Positioning
    Perdagangan rumput laut di Indonesia menempati posisi ke-5 dengan volume produksi sebanyak 223.080 ton atau 8,66% setelah philipina(34,34%),china(26,05%),jepang(16,94%),korea(8,69%).
Analisa bauran pemasaran (4P)
-produk
Produk rumput laut digunakan juga dalam industri pangan seperti pembuatan jelly, minuman dan makanan ringan, sosis, selai anggur dan pakan binatang piaraan. Sedangkan pada industri non pangan seperti industri suspensi,digunakan untuk : cairan pembersih, pelapis keramik, industri kertas, pencetakan tekstil dan karpet serta farmasi dan kosmetika
-pricing
Harga rumput laut masih ditentukan oleh eksportir karena rumput laut yang dibeli eksportir belum memenuhi standar ekspor. Demikian juga harga rumput laut masih dipengaruhi dan ditentukan para importir, karena sampai saat ini ada tiga importir besar di dunia yang menguasai pasaran yaitu Marine Colloids INc. dari USA Pierrefitte Auby dari Perancis dan The Copenhagen Pectin Factory dan Denmark. Ekspor rumput laut pada umumnya lewat agen-agen mereka di Singapura, sehingga memperpanjang lagi rantai pemasaran yang telah ada di Indonesia. Harga ekspor rumput laut dari Indonesia berkisar US $ 425 - US $ 500/ton FOB atau sekitar Rp. 5000 - Rp. 10000, - per kg.
-place
Rumput laut di Indonesia sebagian besar dihasilkan di perairan Maluku dan Nusa Tenggara Timur
-promotion
Nelayan atau petani rumput laut menjual rumput laut hasil panen dari alam atau budidaya kepada pedagang lokal (pedagang di kecamatan). Kemudian oleh pedagang lokal dijual kepada pedagang antar pulau yang kadang-kadang merupakan perwakilan eksportir yang ditempatkan di sentra-sentra produksi rumput laut. Pedagang antar pulau tersebut membawa rumput laut kering kepada eksportir di kota-kota pelabuhan seperti eksportir-eksportir di Ujung Pandang, Ambon, Surabaya, Denpasar, Jakarta dan di kota pelabuhan lainnya. Pemasaran rumput laut ke luar negeri melalui Surabaya yang selanjutnya dikirim ke Jepang, Denmark dan Perancis. Disamping itu ada pula yang langsung pemasarannya dari Bali ke Jepang.
potensi eksport
Ekspor rumput laut.
Prospek usaha rumput laut di masa mendatang cukup baik dan memberikan harapan. Sebagai contoh, permintaan dunia terhadap Eucheuma dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Bahkan permintaan dunia untuk jenis Eucheuma di- taksir dapat mencapai 10 kali produksi alami. Tiga perusahaan industri carrageenan terbesar didunia (USA, Denmark dan Prancis) setiap tahunnya membutuhkan rumput laut sebanyak 20.000 ton sedangkan yang tersedia di pasaran dunia hanya 18.000 ton/tahun.
Ekspor rumput laut dari Indonesia pada tahun 1999 – 2004rata-rata 1950 ton per tahun dengan nilai US $ 258.000. Volume ekspor tersebut dari tahun ke tahun selalu berubah-ubah. Pada tahun 1997 dan 1998 ekspor rumput laut dari Indonesia mencapai 3.700 ton, setelah itu menurun dan pada tahun 2000 hanya 596 ton ; akan tetapi pada tahun berikutnya meningkat lagi dan pada tahun 2003 mencapai 3.000 ton.
                Ekspor rumput laut 1999–2004
TAHUN    VOLUME    NILAI (US $)
1999    1.836.076    170.132
2000    596.629    143.016
2001    690.291    61.302
2002    2.110.703    166.201
2003    3.402.139    346.619
2004    3.061.122    658.842
Impor agar-agar dan alginat 2000 – 2004
Tahun    Agar-agar    Alginat    Total
Nilai (US$)
    Volume (kg)    Nilai (US$)    Volume (kg)    Nilai (US$)  
2000    159.349               -    -    -
2001    43.372    300.710    4.639.508    5.114.598    5.415.308
2002    261.947    542.193    2.938.303    4.764.968    5.307.161
2003    350.111    526.957    3.717.901    4.848.997    5.375.954
2004    162.885    273.973    3.653.365    5.473.142    5.747.115
Saingan dipasar ekspor
Salah satu saingan rumput laut dipasar eksort adalah filipina.produksi rumput laut di filipina sudah dibudidayakan secara intensif sedangkan di Indonesia masih tergantung dari hasil panen dari alam.
kualitas dari rumput laut
 kualitas rumput laut dan rantai pemasaran mempengaruhi harga yang diterima pemetik rumput laut. Harga rumput laut di sentra produksi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kualitas dan atau memperpendek rantai pemasaran. Kualitas dapat ditingkatakan dengan melakukan usaha budidaya atau kultivasi dan penanganan lepas panen yang baik. Rantai pemasaran dapat diperpendek dengan mengikutsertakan atau melibatkan KUD yang berperan sebagai pengumpul sekaligus penyalur ke eksportir. Dan untuk mendorong usaha budidaya perlu adanya penyuluhan cara-cara budidaya rumput laut dan penanganan lepas panennya oleh tenaga penyuluh yang terampil, dan juga pemberian pinjaman modal oleh pemerintah kepada para petani rumput laut dengan bunga modal yang rendah.
Syarat mutu komoditi rumput laut
Karakteristik                   
    Eucheuma    Gelidium    Gracilaria    Hypnea
- Kadar air makas (%)    32    15    25    20
- Benda asing maks (%)    5    5    5    5
- Bau    spesifik    spesifik    spesifik    spesifik
    rumput laut    rumput laut    rumput laut    rumput laut
Keterangan : Benda asing: rumput laut lainnya, garam, pasir, karang dan kayu (ranting)
Sumber : Soegiarto. A dan Sulistijo (1985).
Kandungan gizi pada rumput laut :  Karbohidrat      : 39 - 51 %
    Protein            : 17,2 - 27,13 %
    Lemak            : 0,08
    Abu              : 1,5 %
    Mineral            : K, Ca, P, Na, Fe, I
    Vitamin            : A, B1, B2, B6, B12, C (caroten

Daftar pustaka : www.google.com







Komoditi Kopi








DOSEN PENGASUH :
DR. Johanes, SE, M.Si
Novita Sari, SE

Kelompok 6:
1. Ricky Harrahap            (C1B006035)
2. Monica tri O            (C1B006021)
3. Emy Hayati            (C1B006005)
4. Meryantina            (C1B006010)

JURUSAN Manajemen
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JAMBI
2008
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Sejarah Perkembangan Kopi
Sejarah kopi dapat ditelusuri jejaknya dari sekitar abad ke-9, di dataran tinggi Ethiopia. Dari sana lalu menyebar ke Mesir dan Yaman, dan kemudian pada abad limabelas menjangkau lebih luas ke Persia, Mesir, Turki dan Afrika utara.
Pada awalnya kopi kurang begitu diterima oleh sebagian orang. Pada tahun 1511, karena efek rangsangan yang ditimbulkan, dilarang penggunaannya oleh para imam konservatif dan othodoks di majelis keagamaan di Makkah. Akan tetapi karena popularitas minuman ini, maka larangan tersebut pada tahun 1524 dihilangkan atas perintah Sultan Selim I dari Kesultanan Utsmaniyah Turki. Di Kairo, Mesir, larangan yang serupa juga disahkan pada tahun 1532, di mana kedai kopi dan gudang kopi ditutup.
Dari dunia Muslim, kopi menyebar ke Eropa, di mana minuman ini menjadi populer selama abad ke-17. Orang Belanda adalah yang pertama kali mengimpor kopi dalam skala besar ke Eropa, dan pada suatu waktu menyelundupkan bijinya pada tahun 1690, karena tanaman atau biji mentahnya tidak diijinkan keluar kawasan Arab. Ini kemudian berlanjut pada penanaman kopi di Jawa oleh orang Belanda.
Ketika kopi mencapai kawasan koloni Amerika, pada awalnya tidak sesukses di Eropa, karena dianggap kurang bisa menggantikan alkohol. Akan tetapi, selama Perang Revolusi, permintaan terhadap kopi meningkat cukup tinggi, sampai para penyalur harus membuka persediaan cadangan dan menaikkan harganya secara dramatis; sebagian hal ini karena didasari oleh menurunnya pesediaan teh oleh para pedagang Inggris. Minat orang Amerika terhadap kopi bertumbuh pada awal abad ke-19, menyusul terjadinya perang pada tahun 1812, di mana akses impor teh terputus sementara, dan juga karena meningkatnya teknologi pembuatan minuman, maka posisi kopi sebagai komoditas sehari-hari di Amerika menguat.
1.2    Pentingnya Pengamatan mulai dari Produksi-Konsumsi.
Berikut beberapa point dan manfaat dari secangkir minuman yang bernama kopi, yang berhasil kami  rangkum dari berbagai sumber :
•    Kafein yang terkandung didalam kopi adalah zat kimia yang berasal dari tanaman yang dapat menstimulasi otak dan sistem saraf. Kafein tergolong jenis alkaloid yang juga dikenal sebagai trimetilsantin. Selain pada kopi, kafein juga banyak ditemukan dalam minuman teh, cola, coklat, minuman berenergi (energy drink), cokelat, maupun obat-obatan.
•    Kafein membantu Anda untuk bisa berpikir lebih cepat. Cobalah mengkonsumsi kopi atau teh 15 menit atau 30 menit sebelum Anda melakukan wawancara pekerjaan atau memberikan presentasi pada atasan. Hasilnya mungkin akan cukup lumayan, karena kafein yang terdapat pada kopi atau teh terbukti mampu memberikan ’sinyal’ pada otak untuk lebih cepat merespon dan dengan tangkas mengolah memori pada otak.
•    Kafein mencegah gigi berlubang. Cobalah untuk meminum secangkir kopi hangat atau teh hangat sesaat setelah Anda mengkonsumsi cookies, cake coklat yang lezat, permen rasa buah atau sepotong roti manis. Joe Vinson, Ph.D., dari University of Scranton menjelaskan bahwa kafein yang terdapat dalam minuman ini ternyata sangat tangguh memberantas bakteri penyebab gigi berlubang.
•    Kafein mengurangi derita sakit kepala. Penelitian menemukan kafein yang terdapat dalam kopi atau teh (dalam jumlah tertentu) sanggup menolong mengobati sakit kepala. Menurut Seimur Diamond, M.D., dari Chicago’s Diamond Headache Clinic. Penderita migrain dalam kategori ringan dapat disembuhkan dengan secangkir kopi pekat atau secangkir black tea. Jadi, sebelum mengkonsumsi obat cobalah dulu sembuhkan sakit kepala Anda dengan minuman berkafein.
•    Kafein bisa melegakan napas penderita asma dengan cara melebarkan saluran bronkial yang menghubungkan kerongkongan dengan paru.
•    Kafein dapat membuat badan tidak cepat lelah, bisa melakukan aktifitas fisik lebih lama, di perkirakan karena kafein membuat “bahan bakar” yang dipakai otot lebih lama.
•    Kafein bisa meningkatkan rasa riang, membuat kita merasa lebih segar dan energik.
•    Perempuan yang minum dua cangkir kopi atau lebih per hari dapat mengurangi risiko terkena pengeroposan tulang (osteoporosis).
•    Kopi dapat meningkatkan penampilan mental dan memori karena kopi dapat merangsang banyak daerah dalam otak yang dapat mengatur tetap terjaga, rangsangan, mood dan konsentrasi. Penelitian di Universitas Arizona ditemukan bahwa orang dewasa yang minum kopi sebelum test memori menunjukkan perkembangan yang signifikan dibanding mereka yang minum kopi tanpa kafein.
•    Kafein dapat menangkal radikal bebas dan menghancurkan molekul yang dapat merusak sel DNA.
•    Kafein juga melindungi jantung dan kanker.
•    Untuk mengurangi risiko pengidapan diabetes mulailah meminum kopi. Seseorang yang minum kopi lebih dari enam cangkir sehari berisiko rendah terserang diabetes dibanding dengan orang yang tidak minum kopi sama sekali. Demikian simpulan sebuah riset skala besar yang dilakukan pada 80 ribu orang selama 18 tahun di AS.
•    Parkinson jarang ditemukan pada orang yang minum kopi secara teratur. Sebuah riset menyimpulkan penyakit ini justru ditemukan pada pria yang tidak minum kopi tiga kali lebih banyak daripada pria penikmat kopi.
•    Minum kopi membuat sperma “berenang” lebih cepat dan mampu meningkatkan kesuburan pria. Hal ini diumumkan para ilmuwan Brasil dalam pertemuan “American Society for Reproductive Medicine” di San Antonio, dimana pembicaraan utama berkisar pada efek obat-obatan terhadap kesuburankaum adam.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Permasalahan Komoditi dari Sisi Agribisnis
Dengan luas tanaman sekitar 1,2 juta ha dengan kemungkinan perluasan tanaman kopi rakyat yang masih bisa terjadi di tahun mendatang. Produk kopi dapat mencapai sekitar 450.000-500.000 ton serahun sampai akhir dasawarsa 1990-2000 ini. Ekspor kopi sekitar 400.000-425.000 ton serahun bisa diperhitungkan.
    Masalah yang di perkirakan akan di hadapi oleh perkopian Indonesia untuk tahun mendatang di antaranya  :
•    Produksi kopi biji rakyat yang belum terlepas dari praktik yang kurang pemeliharaan kebun, kebiasaan manipulasi mutu kopi biji yang merusak mutu kopi Indonesia.
•    Belum meningkatnya kemampuan untuk lebih besar menyediakan kopi arabika untuk ekspor maupun kepentingan untuk pabrik-pabrik kopi di dalam negri
•    Tidak jelasnya kebijaksanaan nasional di bidang perkopian, di bidang pengembangan industri, mengenai pengolahan hasil dan penerapan standar mutu di tingkat desa penghasil kopi biji
•    Ketrampilan profesional dan disiplin usaha yang masih belum dimiliki oleh pelaku-pelaku di sepanjang mata rantai tataniaga kopi, terutama menampung hasil kopi kebun rakyat.

Solusi Permasalahan Kopi

•    Melakukan peremajaan klonal tanaman kopi di banyak daerah terutama tanaman kopi rakyat untuk menghasilakan biji-biji kopi yang seragam ukuran dan tidak lagi terdiri lagi biji-biji yang berukuran kecil serta biji kopi yang mengandung aroma khas kopi yang bermutu baik. Cara budidaya dengan multi stem prunning perlu disaran kan pada masyarakat petani kopi guna meningkatkan hasil per ha.
•    Di utamakan petik merah selektif untuk memperoleh tambahan hasil yang terdiri dari biji-biji kopi yang bermutu baik serta dapat memperbaiki mutu seduh atau cita rasa minuman kopi nya.
•    Penjemuran biji kopi di laksanakan dengan cermat agar biji-biji kopi kering merata, mencapai kering sampai kandungan air tidak lebih dari 12% dalam waktu kurang 15 hari. Penjemuran di tanah akan menybabkan rasa bau tanah yang akan merusak mutu. Perlu di lakukan sortasi untuk membuang kotoran biji-biji cacat dan biji pecah perlu di masyarakatkan untuk produksi biji kopi yang bermutu baik.





2.2    Prospek Komoditi

•    Demand
Dari jenis kopi yang diproduksi, kopi Arabika merupakan bagian terbesar ( sekitar 70%) dari total produksi dan 30% sisanya adalah kopi Robusta. Trend produksi kopi dunia cenderung mengalami kenaikan. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 1991/92, yaitu lebih kurang 6 juta ton. Rata-rata produksi kopi dunia adalah 5,6 juta ton per tahun.
  
Negara produsen kopi terbesar adalah Brasil dengan produksi rata-rata 1,6 juta ton per tahun, Colombia dengan produksi rata-rata 800 ribu ton per tahun dan Indonesia pada urutan ketiga produsen kopi dunia, dengan produksi rata-rata 500 ribu ton per tahun.

•    Supplay
Suplai kopi dunia akan mengalami defisit 5,9 juta karung – satu karung ekuivalen 60 kg. Itulah hasil survei yang dilakukan Reuters terhadap analis kopi dunia yang dilaporkan baru-baru ini. Defisit itu dipicu oleh tingginya konsumsi kopi dunia sebesar 111,9 juta karung sedangkan produksi dunia rata-rata 106 juta karung pada 2003.

Di lain pihak, International Coffee Organization (ICO) bahkan memperkirakan suplai kopi dunia akan mengalami defisit pada 2004 sebesar 11 juta karung. Seorang analis dari CoffeeNetwork memprediksikan total produksi kopi dunia pada 2004 akan mengalami penurunan menjadi 105,6 juta karung, masing-masing 40,5 juta karung robusta dan 65 juta karung arabika.

•    Potensi Ekspor

Sejak tahun 1984 ekspor kopi Indonesia menduduki nomor tiga tertinggi setelah Brasilia dan Kolombia. Bahkan, untuk ekspor kopi robusta, Indonesia menduduki peringkat pertama dunia. Tahun 1997, posisi Indonesia bergeser menjadi peringkat empat, tergeser Vietnam. “Pergeseran ini terjadi karena persaingan ketat antar produsen kopi dan kelengahan Indonesia dalam mengamati posisinya di pasar kopi internasional”.

Ekspor kopi yang dilakukan oleh negara-negara anggota pengekspor ICO selama periode 1991/92 – 1996/97 hanya sedikit mengalami kenaikan, yaitu rata-rata 0,23% per tahun. Kenaikan inipun hanya terjadi pada masa 2 tahun terakhir setelah pulihnya panen diberbagai negara produsen yang sebelumnya mengalami kegagalan panen akibat kekeringan pada tahun 1994/95. Rata-rata ekspor selama periode tersebut adalah lebih kurang 4,5 juta ton. Ekspor tertinggi tercatat pada tahun 1996/97 sebesar 4,9 juta ton sedangkan terendah terjadi pada tahun 1994/95  yaitu sebesar 4 juta ton.
  
  
Peningkatan ekspor kopi olahan relatif lebih tinggi dari pada bentuk kopi lainnya. Pada tahun 1991/92 total volume ekspor kopi olahan baru mencapai 1,62 juta ton, dengan cepat meningkat menjadi 2,64 juta ton pada tahun1996/97, atau hampir dua kali lipat dalan kurun waktu 5 tahun. Pasar kopi olahan ini lebih banyak dikuasai Brasil dan Colombia masing-masing dengan pangsa pasar 58% dan 12%, sedangkan Indonesia baru 1,3%. Dalam hal ekspor kopi olahan, pangsa pasar Ecuador, India dan Ivory Coast masing-masing 8,6 %, 7,2 % dan 6,7 % jauh lebih besar dari pada pangsa Indonesia.                




2.3    Subsistem Agribisnis

•    Farming System
1)    Penanaman
Penanamam bibit di lubang-lubang tanaman yang telah di siapkan perlu di lakukan dengan hati-hati agar perakaran bibit tanaman tidak rusakm untuk mencegah agar tidak terjadi genangan air di lubang tanaman, permukaan tanah tenpat penanaman kopi harus di bikin cenbung. Di anjurkan untuk memberikan tanaman serasah di sekitar tanaman dan untuk tanah yang keadaan nya miring di perlukan penanaman tunbuhan penutup tanah untuk mencegah erosi.


2)    Pemeliharaan
    Guna memperoleh hasil yang baik perlu di lakukan pemeliharaan tanaman secara intensif. Perakaran tanaman kopin relatif dangkal dan memerlukan struktur tanah yang terjaga baik dengan bahan-bahan organik, tata air maupun tata udara tanahnya.
•    Pemupukan
    Pemupukan tanaman perlu dilakukan agar persediaan hara dalan tanah tetap terjamin, untuk kepentingan pertumbuhan vegetatif tanaman kopi maupun untuk prmbentukan buah.
    Untuk pemupukan secara tepat dan menghindarkan pemborosan penggunaan pupuk di perlukan analisa tanah dan analisa daun dengan percobaan di lapangan. Pemupukan yang intensif akan berpengaruh pada ukuran biji kopi yang lebih besar
Dan mendasari hasil kebun yang baik. Dosis pupuk harus di sesuaikan dengan keadaan kebun, kesuburan tanah maupun umr tanaman. Di anjurkan pula menggunakan pupuk majemuk dan di lakukan secara cermat sesuai dengan kebutuhan tanaman. Diawal musim hujan misalnya tanaman lebih memerlukan unsur N untuk pertunbuhan vegetatif dan unsur P untuk pembentukan akar. Pada akhir musim hujan tanaman memerlukan banyak unsur K untuk memasakkan buah kopi. Pemupukan dianjurkan setelah pohon kopi di pangkas dan di lakukkan pada lingkar piringan pohon kopi agar pupuk dapat di serap secara maksimal oleh akar serabut tanaman kopi.

•    Pemangkasan
    Pemangkasan tanaman di perlukan agar tanaman tidak tumbuh terlalu tinggi dan supaya merangsang prtumbuhan cabang-cabang yang di perlukan untuk pembentukan buah. Pemangkasan juga di tujukan untuk memperoleh cahaya matahari ke batang dan cabang tanaman guna merangsang pembentukan bunga serta memperlancar peredaran udara yang akan membantu penyerbukan bunga-bunga tanaman kopi. Pemangkasan tanaman untuk membuang cabang buah yang kurang produktif dan cabang yang terserang penyakit agar tidak terus menjadi sumber gangguan kebun. Pemangkasan ini dilakukkan setelah 2-3 kali berbuah. Pada tanaman berbatang ganda pemangkasan pohon ditujukan untuk pembentukan tanggul penyanggah yang kuat untuk menumbuhkan beberapa batang. Ini dapat dilakukan dengan bebarapa cara yaitu  :
•    Memelihara beberapa wiwilan pada pangkal batang pohon.
•    Mencondongkan batang pohon atau menanam batang pokok dengan arah miring
•    Merundukkan batang pokok atau dengan jalan menanggul batang



•    Panen
    Buah kopi arabika umumnya akan matang setelah 8 bulan dari saat pembuahaan dan kopi robusta matang stelah 10 bulan dari saat pembuahaan.Buah kopi yang matang dipohon berwarna merah pada kulit buahnya dan matang tidak dalam waktu yang serentak, walaupun berasal dari dongkolan buah ataupun dari cabang yang sama.
    Buah kopi yang dipetik matang akan menghasilkan biji kopi yang lezat dan beraroma khas minuman kopi.Biji-biji kopi dari buah yang terptik mudah dan belum matang akan menghasilkan biji-biji kopi yang kriput selagi dikeringkan dan menjadi biji-biji hitam. Biji-biji keriput dan biji-biji hitam trgolong biji-biji cacat dan sangat merusak cita rasa kopi seduhannya. Maka sangat diperlukan cara pmetikan secara racutan karena buah-buah yang blum matang dan masih berwarna hijau akan turut terpetik.


•    Processing

Biji kopi yang sudah siap diperdagangkan adalah berupa biji kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk dan kulit arinya, butiran biji kopi yang emikian ini disebut kopi beras (coffca beans) atau market koffie. Kopi beras berasal dari buah kopi basah yang telah mengalami beberapa tingkat proses pengolahan. Secara garis besar dan berdasarkan cara kerjanya, maka terdapat dua cara pengolahan buah kopi basah men.iadi kopi beras, yaitu yang disebut pengolahan buah kopi cara basah dan cara kering. Pengolahan buah kopi sccara basah biasa disebut W.I..B. (West lndische Bereiding), sedangkan pengolahan cara kering biasa disebut O.I.B (Ost Indische Bereiding). Perbedaan pokok dari kedua cara tersebut diatas adalah pada cara kering pengupasan daging buah, kulit tanduk dan kulit ari dilakukan setelah kering (kopi gelondong), sedangkan cara basah pengupasan daging buah dilakukan sewaktu masih basah.

•    Marketing

Biasanya kopi diperdagangkan dalam bentuk kopi beras dengan kadar air 13 % sebagian kopi ini akan dipasarkan dalam negeri dan sebagian besar lainnya diekspor.Rantai pemasaan kopi dari petani atau perkebunan bisa melalui bermacam-macam jalur. Petani dapat nenasarkan kopi secara bebas dalam bentuk kopi beras atau bentuk  basah ke asosiasi petani kopi atau langsung ke pedagang pengumpul,selanjutnya pedagang pengumpul akan memasarkan kopi beras ke pedagang besar atau langsung ke eksportir dan perusahaan kopi bubuk,syaratnya kopi harus bermutu baik dan sudah disortasi sehingga memenuhi syarat mutu yang di tentukan.Tujuan dari kopi Indonesia sendiri adalah negara AS,Jerman,dan Jepang.
2.4    Sub system yang paling berperan dari permasalahan komoditi.
Dari subsystem agribisnis yang paling berperan yaitu marketing atau pemasarannya.Indonesia belum bisa memanfaatkan jenis produk dan negara pengimpor yang sedang tumbuh permintaannya.Selain itu, Indonesia juga kalah bersaing dengan negara pengekspor kopi lainnya.
BAB III
PENGEMBANGAN KOMODITI

3.1    Konsep Perencanaan Pasar Strategi
•    Analisis SWOT
Strengths

    Lima faktor yang menjadi KEKUATAN bagi pengembangan agribisnis Kopi adalah:
a.     Ketersediaan lahan yang didukung oleh keunggulan komparatif kondisi agroekologi
b.    Sifat unggul buah Kopi untuk pasar regional dan nasional
c.    Ketersediaan SDM dan masyarakat untuk mendukung hutan-rakyat Kopi yang unggul
d.    Sarana /prasarana dan kelembagaan penunjang yang komitmennya tinggi terhadap perhutanan Kopi dan industri pengolahannya
e.    Potensi pasar yang sangat besar.

Weaknesses

    Beberapa  KELEMAHAN yang menonjol adalah:
a.      Kesenjangan hasil-hasil penelitian dengan aplikasi secara komersial
b.      Posisi “lembaga pemasaran” sangat dominan
c.      Belum terbentuknya keterkaitan-kemitraan yang adil antar pelaku (cluster) kebun-rakyat Kopi & sistem distribusi Kopi
d.      Produk yang dipasarkan masih terbatas pada buah segar.
e.      Tingginya komponen biaya transportasi dalam struktur biaya produksi

    Opportunities

    Beberapa  PELUANG yang dapat diidentifikasi adalah:
a.     Pasar domestik (lokal, regional dan nasional) sangat terbuka
b.     Diversifikasi produk-produk olahan Kopi sangat potensial
c.      Kebutuhan pengembangan keterkaitan antara cluster produksi dan cluster distribusi dalam kelembagaan KIMBUN Kopi terpadu
d.      Kebutuhan Pemberdayaan sistem kelembagaan produksi




    Threats

        Ancaman yang dianggap serius adalah:
a.  Hambatan-hambatan sistem distribusi /perdagangan buah Kopi
b.  Persaingan dengan produk impor buah Kopi
c.  Persaingan dengan komoditi lain dalam penggunaan lahan
d.  Hambatan-hambatan sistem industri pengolahan Kopi

•    Segmen Pasar
Segmen pasar yang dituju dari kopi Indonesia antara lain  Jepang, Malaysia, Kanada, Perancis, dan Inggris masih terbuka. Negara Jepang, Malaysia dan Rusia merupakan pasar yang potensial untuk meningkatkan volume ekspor kopi terlarut dari Indonesia.
•    Positionong
Postioning yag terjadi saat ini,Indonesia menempati penegexport kopi nomor 4 setelah Brazil, Kolumbia dan Vietnam. Indonesia memenuhi kebutuhan kopi baik untuk dalam negeri maupun internasional.
3.2    Bauran Pemasaran
•    Produk
Produk utama yang dihasilkan kopi yaitu kopi bubuk, dari kopi bubuk ini dapat dibuat macam-macam kopi olahan, seperti kopi instan yang telah banyak dibuat oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia.
•    Price
Harga kopi diIndonesia sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kopi internasional dan nilai tukar rupiah terhadap AS.Saat Indonesia dilanda krisis ekonmi dimana melalui tukar rupiah melemah terhadap dolar AS., menyebabkan harga kopi domestik melambung tinggi walaupun harga kopi Internasional merosot tajam.
•    Place
Tempat yang menjadi tujuan ekspor kopi Indonesia adalah AS, Jerman dan Jepang.Daerah penghasil kopi terbear di Indonesia adalah Lampung, Sumatra Utara dan Bengkulu.
•    Promotion
Saat ini kopi produksi Indonesia menguasai 20% pasar Eropa, tetapi masyarakat di Eropa selama ini belum banyak yang mengetahui kopi yang dikonsumsi adalah produksi Indonesia karena kurangnya promosi. Mestinya pemerintah dan swasta lebih giat melakukan promosi, sehingga penetrasi pasar lebih mudah, seperti yang dilakukan pemerintah dan kalangan swasta produsen kopi dunia lainnya.

3.3    Atribut Kualitas
Atribut kualitas kopi adalah cita rasa dan aromanya. Para konsumen dapat menilai apakah produk dari kopi itu bagus atau tidak, dapat dirasakan dari aromanya, kopi yang kualitasnya baik, aromanya wangi, dan mempunyai cita rasa yang khas.


Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang  iklan keripik pisangdalam bahasa inggris dan artinya

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Istilah dalam mos ospek

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.


buka contoh marketing : https://johannessimatupang.files.wordpress.com/.../kumpulan-makalah-mag-juli-2008....

No comments:

Post a Comment