Insyallah, Fintech Syariah Meluncur Akhir 2016

 Insyallah, Fintech Syariah Meluncur Akhir 2016

buzz marketing, guerilla marketing, integrated marketing, integrated marketing communications, marketing, marketing mix, marketing news, niche marketing, sports marketing, word of mouth marketing
 Insyallah, Fintech Syariah Meluncur Akhir 2016


    Mantan bankir syariah yang kini terjun di industri startup fintech ini mengisyaratkan, fintech syariah akan meluncur akhir tahun ini.

Sebentar lagi acara selesai. Pengunjung pada berjalan menuju pintu keluar, sebagian ke mushalla untuk menunaikan shalat Ashar. Sebentar lagi juga, regulasi untuk perusahaan startup jasa keuangan (financial technology/ fintech) akan diterbitkan Pemerintah. Baca juga: Fintech Minta Diregulasi

Di lima menit terakhir jelang pulang dari Indonesia Fintech Festival  and Conference (IFFC) di ICE BSD, Tangerang, Banten, Selasa (30/8), Adrian Asharyanto Gunadi, Co-Founder dan Chairman Investree menyempatkan diri berbincang dengan MySharing. “Apa kabar Mas, sudah lama enggak ketemu”, kata Adrian yang mantan Managing Director,  Retail Banking PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (2009-2015) ini kepada MySharing di area mushalla, selepas shalat Ashar berjamaah, Selasa (30/8).

Sejak disrupsi bermula di sektor media dan transportasi beberapa tahun lalu, sektor jasa keuangan pun mulai ‘ngeh’ dengan adanya fintech. Teknologi keuangan yang mempertemumukakan (interfacing) orang yang kelebihan dana dengan yang kekurangan atau butuh dana di satu layar.

Di ruang-ruang publik yang kini muat dalam genggaman, pun muncul pertanyaan, bagaimana rupa fintech syariah, adakah? Mengapa tidak membuat fintech syariah?

Di Singapura, berdiri Kapital Boost dan Ethis Crowd. Fintech bermodel equity crowdfunding. Dua fintech yang fenomenal. Ethis crowd misalnya, berhasil mengumpulkan dana hingga USD 362 Juta hingga Mei lalu. Memberdayakan hingga 10 ribu anggota. Baca juga: Crowdfunding Syariah Ini Sukses Raup 362 Juta USD. Di Indonesia? Memang belum ada fintech  crowdfunding yang berlabel syariah.

Lalu di media sosial, terutama Linkedin,  Adrian A. Gunadi yang dulu dikenal sebagai salah satu bankir syariah yang terus menanjak karirnya, tiba-tiba tampil sebagai Co-Founder dan Chairman dari Investree, sebuah startup fintech berjenis peer to peer (P2P) lending, awal tahun ini.

Di komunitas Ini Lho Bisnis Syariah (ILBS) pun mulai muncul pertanyaan, apakah Investree berbasis syariah? Mungkin karena Adrian ada di sana. Sulit dipungkiri, adanya harapan akan berdirinya fintech syariah di Indonesia, setidaknya dari komunitas penggiat dan peminat ekonomi dan keuangan syariah. ILBS adalah komunitas Whatsapp terbesar di ceruk bisnis syariah yang didirikan seorang penggiat ekonomi syariah, Ahmad Ifham Solihin.

Nah, berikut kutipan wawancara dengan mantan bankir yang mengawali karirnya di Citi, Standard Chartered Bank, Permata Bank, lalu di Bank Muamalat ini.

Jadi, Pak Adrian, Ada rencana membuat fintech syariah juga?
Kami akan ada syariah, insyallah akhir tahun ini. Saya perlu waktu untuk hire orangnya. Yang akan develop produk syariah. Kemarin alhamdulilah sudah ada yang  bergabung ke kami, tugas dia salah satunya untuk develop produk syariah kami.

Bukankah p2p lending juga sebenarnya sesuai dengan prinsip syariah?
Ya  justeru itu, bisa dengan (skema-red) mudharabah misalnya. Hanya kalau saya langsung masuk dengan syariah, kan market-nya belum tahu p2p lending itu seperti apa.  Karena ini sesuatu yang baru, kalau itu tidak diperkenalkan dulu nanti orang bingung. Jadi pertama, get familiar dulu dengan p2p lending, konsepnya seperti apa, dari situ baru kita bisa tambahkan fitur syariahnya.
Adrian Investree: Saya tidak ingin menjadi Dinosaurus!


Apa yang membuat Anda tertarik terjun ke industri startup, khususnya fintech, Anda kan bankir sebenarnya.  Dari Muamalat,  dengan integritas Anda,  Anda bisa saja pindah ke bank lain.
Nah itu tadi, saya tidak ingin menjadi dinosarusus, ha ha ha. Dengan adanya teknologi, digitalisasi dan platform, itu sudah mengarah ke sana.  Apalagi kalau kita melihat market di indonesia yang paling banyak bertumbuh adalah market millenials. Mereka semua sudah digital. Kalau kita mau melihat pasar dalam lima atau 10 tahun ke depan, ya itulah pasar kita.

Bukankah bank juga kini masuk ke fintech? Memang belum semua, tapi ada beberapa bank yang membuat fintech sebagai bagian dari dirinya, BCA dan BTPN misalnya.
Ya tapi seberapa cepat mereka (perbankan-red) bisa adopted.  Kayak digital signing saja mereka belum jalan, kami judah jalanin sejak berdiri sudah pakai.  Selama di Undang-undang Informasi Telekomunikasi  Elektronik (UU ITE) boleh, ya kami jalankan


buka contoh marketing : http://mysharing.co/insyallah-fintech-syariah-meluncur-akhir-2016-indonesia/

No comments:

Post a Comment