IMPLIKATUR METAFORA DALAM LIRIK LAGU INDONESIA POPULER


 IMPLIKATUR METAFORA DALAM LIRIK LAGU INDONESIA POPULER

buzz marketing, guerilla marketing, integrated marketing, integrated marketing communications, marketing, marketing mix, marketing news, niche marketing, sports marketing, word of mouth marketing
  IMPLIKATUR METAFORA DALAM LIRIK LAGU INDONESIA POPULER


lirik iklan sprite  - (Suatu Kajian Semiotik-Pragmatik)

METAPHORE IMPLICATURE IN INDONESIAN POP SONGS LYRIC
(The Study Semiotic-Pragmatic)

M. Hermintoyo

Abstrak
Puisi adalah karya sastra yang tidak lepas dari keindahan. Ia mewakili ekspresi pengarang terhadap lingkungan yang dilihat dan dirasakannya. Ia dapat muncul sebagai puisi mandiri, maupun dipakai dalam ujaran sehari-hari, dalam surat, iklan ataupun lirik lagu.Untuk memahami lirik lagu yang pada hakikatnya  merupakan puisi para penikmat perlu memperhatikan  unsur-unsur puisi yang salah satunya berupa metafora/kiasan. Metafora dalam lirik lagu dapat dikenali lewat simbol-simbolnya baik secara kode bahasa, sastra maupun kode budaya. Berdasarkan pemahaman simbol dalam implikatur metafora  dapat diidentifikasi metafora serenada (percintaan), elegi (kesedihan), satir(sindiran), ode (kepahlawanan),himne (ketuhanan), dan pasturale (pemandangan).
Kata Kunci: simbol, metafora, kode, implikatur

Abstract

The poem is the work of arts which always contains of aestetice matters. It represents the expression of the writers concerning white their environment which they see and feel. The poem can appears as independent poem, or daily utterance, such as love letyters, advertisement or song’s liryc. To understand asong’s liryc, which is proncipaly is a poem, the readers need to concen the element of the poem  in which one of them is metaphore. Metaphore in liryc could be identified by symbol’s on  language code, literature code, and on cultural code. It based  on  understand  symbol metaphore impklicature can metaphore identification serenade (loving), elegy (sadness), ode (heroism), satire (teasing)hymn (difinity, and pasturale (scenery).
Kata Kunci: symbol, metaphore, code, implicature

1. Pendahuluan
       Perilaku manusia yang bersifat verbal menghasilkan tanda yang disebut tanda bahasa. Tanda bahasa itu sendiri adalah wujud psikis yang menyatukan konsep dari citra akustis. Tanda mempunyai dua aspek, yakni penanda dan petanda. Penanda adalah bentuk formal tanda, dalam bahasa berupa bunyi bahasa atau huruf dalam  tulisan, sedangkan petanda adalah artinya. Hubungan antara penanda dan petandanya semata-mata karena konvensi. Tanda bahasa adalah simbol yang arbitrer dan konvensional. Lirik lagu wujudnya bahasa. Bahasa itu dibentuk dari rangkaian kata-kata yang bermakna dan gramatikal dalam tataran sintaksis (S,P,O,Pel,K) (Teeuw, 1988:34-44; Wahab, 1995:72).
       Penanda dan petanda  lirik lagu terwujud dalam  unsur fisik atau visual dan unsur batin.  Secara visual meliputi  (1) bunyi, (2) kata, (3) larik, (4) bait, (5) tipografi, sedangkan unsur batin merupakan  unsur tersembunyi di balik apa yang diamati secara visual atau  unsur pemaknaan (Waluyo.1987:23; Aminudin,2000a:136;Pradopo,1987:15-20).
      Bertolak dari unsur pembentuk lirik lagu maka  kegiatan meneliti  lirik lagu populer adalah upaya untuk menyingkap  makna  lirik tersebut.  Untuk bisa  memberi  makna pada lirik tersebut diperlukan  pengetahuan  tentang sistem  tanda atau kode bahasa,  sastra, dan budaya( Teeuw,1983:12-21). Dengan demikian untuk menentukan implikatur metafora  dalam lirik lagu Indonesia populer dibutuhkan tiga sistem tanda/ kode tersebut. Implikatur dilihat isi keseluruhan lirik lagu dengan memperhatikan simbol-simbol yang ada. Simbol dalam lirik lagu diciptakan sebagai ungkapan secara tidak langsung yang dikenal sebagai kias atau metafora (Wahab,1995:42).
      Jadi tujuan penulisan ini ingin mengungkap implikatur atau makna isi lirik lagu Indonesia populer berdasar simbol-simbolnya. Cahyono (1995:220) dengan mengutip pendapat Levinson (1983) menjelaskan konsep implikatur dapat memberikan kemungkinan-kemungkinan penjelasan fakta-fakta kebahasaan yang tidak dapat terjangkau oleh teori linguistik. Konsep implikatur memberikan penjelasan tentang makna yang berbeda dengan apa dikatakan secara harfiah.
      Sedangkan manfaat penelitian bagi penulis dapat mengetahui metafora dengan kajian semiotik-pragmatik, dan dapat memberikan  sumbangan  yang bermakna bagi kelengkapan kajian linguistik maupun ilmu sastra.



2. Metode dan Teori Penelitian
Metode yang digunakan  dalam penelitian adalah metode eklektik, yaitu gabungan antara linguistik dan ilmu sastra dengan metode semiotik-pragmatik dengan memanfaatkan stilistik.
      Data penelitian  dikumpulkan  dari seratus teks lirik lagu yang dipilih secara acak dari sepuluh penyanyi solo atau grup. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode pustaka  dengan teknik simak baca, dengar, dan catat. Data kemudian diklasifikasi dan didentifikasi sesuai  jenis, dan isinya.
     Analisis data dilakukan dengan  bacaan heuristik, dan hermeunitik agar diperoleh pemaknaan simbol yang tepat. Pemahaman symbol tersebut berdasar kode bahasa, sastra, dan budaya dalam kajian semiotik, sedangkan secara pragmatik simbol sebagai bahasa kias harus dipahami sebagai makna kontekstual bukan makna  leksikalnya. Wahab dalam kajian pragmatiknya dikaitkan dengan  hierarki ekosistem. Anggapannya penyair ketika berproses kreatif dalam penciptaan diksi/ simbol metaforis tidak lepas dengan lingkungannya. Wahab (1995:66-67) menjelaskan  ruang persepsi manusia yang mempengaruhi daya cipta metafora pada kalangan penyair (pengarang) di mulai dari lingkungan yang terdekat sampai ke lingkungan yang terjauh, dan berlangsung secara hierarkhis. Hierarkhi itu dimulai dari  manusia  sendiri, jenjang berikutnya makhluk bernyawa dan seterusnya. Jika ditabelkankan sebagai berikut :
Tabel 1 Hierarki Ekosistem Medan Makna
      KATEGORI                      CONTOH NOMINA           PREDIKASI
----------------------------------------------------------------------------------------------
      Keadaan /being               kebenaran, kasih                 ada 
      Kosmos/cosmos              matahari, bumi bulan         menggunakan ruang    
      Energi/energy                 cahaya, angin, api               bergerak
      Substansi/substance        semacam gas                      lembam
      Terestrial/terrestrial        gunung, sungai laut            terhampar
      Objek/object                   semua mineral                    pecah
      Kehidupan/living            flora                                   tumbuh
      Bernyawa/animate          fauna                                  berjalan, berlari
      Manusia/human             manusia, tingkah lakunya   berintelgia, berpikir

3. Hasil dan Pembahasan
     Penelitian ini hendak mendeskripsikan atau mengungkap penanda, fungsi, dan implikatur metafora. Sedangkan dalam tulisan ini hanya akan mengungkap pada implikatur metafora dalam lirik lagu Indonesia populer, yang hasilnya  dapat diungkap metafora yang berimplikatur, serenada, elegi, satir, ode, himne, dan pastural.
3.1 Simbol dalam Metafora
       Metafora dibentuk  dari rangkaian kata-kata  berupa lambang dan simbol. Lambang merupakan kata-kata yang mengandung makna leksikal sehingga acuan maknanya tidak menunjuk pada berbagai macam kemungkinan, bermakna denotatif; simbol merupakan  kata-kata yang bermakna  ganda atau konotatif, makna itu harus ditafsirkan sehingga dapat ditentukan fitur semantisnya lewat kaidah proyeksi (pembiasan).
       Lambang  dapat berupa kata dasar, kata tugas (penanda pertalian), maupun kata jadian, sedangkan simbol merupakan kata-kata  yang berupa  kata-kata kias yang menandai  metafora. Larik “ Banyaklah kumbang yang datang menjelang/ mengisap sari bunga melati”(Bimbo: Bunga Melati) terdiri dari rangkaian  kata-kata yang berujud lambang  yang terdiri dari kata dasar banyak, kumbang datang, sari , bunga, melati; kata jadian menjelang, mengusap;  kata tugas lah, yang. Kata-kata tersebut dalam rangkaian struktur gramatikalnya bermakna harfiah  tentang  kumbang  nama binatang yang suka menghisap madu bunga.  Larik tersebut akan berupa simbol bahasa metafora  bermakna nonharfiah yang menjelaskan tentang simbol laki-laki  penikmat seperti kumbang, dan simbol perawan seperti bunga melati. Pemahaman makna dalam simbol itu disepakati bersama antara pembicara (pengarang) dengan  penerima (pembaca atau pendengar) yang mengharuskan keberterimaan makna itu berdasarkan pengetahuan yang dimiliki si penerima atau pendengar.
       Lambang adalah unsur dasar pembentuk metafora sedangkan simbol muncul setelah terlibat dalam konteks sehingga menimbulkan praanggapan yang selanjutnya dapat ditentukan implikaturnya yang paling memadai.
       Simbol ada tiga macam,  yaitu   (1) Blank symbol) simbol yang sudah umum, (2) natural symbol simbol tentang alam dan lingkungannya, (3) private Symbol simbol-simbol yang khusus diciptakan oleh pengarangnya( Aminudin,2000a:140-142).Kata  kumbang, melati adalah simbol yang umum memanfaatkan flora dan fauna, tetapi kata di matamu ada pelangi adalah simbol privat yang pada umumnya  keindahan mata digambarkan dengan simbol bintang kejora. Manusia hidup dengan lingkungan dan alam semesta makaekosistemi mempengaruhi juga dalam proses penciptaan simbol-simbolnya. Konsep Haley (dalam Wahab,1995:42) yang menyebutkan hierarki ekosistem diawali dari manusia, kemudian meningkat pada mahkluk bernyawa (flora), kehidupan (flora), benda, terestrial, substansi, energi, kosmos sampai ke being(keadaan).
       Simbol dalam lirik lagu secara sintaksis dapat menduduki fungsi sintaksis di S,P, O, Pel, maupuin K dalam kode bahasa. Karena  lirik lagu tak ubahnya sebuah puisi maka terikat pula dalam kode sastra, yaitu keterikatan dengan pembaitan, persajakan, citraan, ketaklangsungan ekspresi dsb. Kemudian dalam pemahaman arti pada metafora dalam lirik lagu dibutuhkan  kode budaya sehingga pemaknaan dipahami secara kontektual..


 3.2 Implikatur  Metafora Lirik Lagu Indonesia Populer
      Implikatur adalah proposisi atau pernyataan implikatif, yaitu apa yang mungkin diartikan, disiratkan atau dimaksudkan  oleh penutur berbeda dari apa yang sebenarnya dikatakan. Implikatur terjadi karena adanya kenyataan bahwa sebuah ujaran  yang mempunyai  implikasi berupa proposisi yang sebenarnya bukan bagian  dari tuturan tersebut dan tidak pula merupakan  konsekuensi yang harus ada dari tuturan itu. Implikatur itu merupakan sesuatu yang terimplikasi di dalam percakapan, yaitu yang dibiarkan implisit di dalam penggunaan bahasa secara aktual sehingga sesuatu yang ditangkap  pendengar/ pembaca  berbeda dari makna konvensionalnya. Pemahaman terhadap implikatur didasarkan atas pranggapan sebagai pengetahuan bersama diantara pembicara (penutur) dan pendengar (mitra tutur). Bahasa lirik lagu adalah bahasa yang pengujarannya nonharfiah, pemahamannya  ditentukan secara subjektif bagi penangkap ujaran tersebut. Pemahaman  pemaknaan metafora lirik lagu merupakan menentukan implikatur yang paling memadai didasarkan praanggapan dengan pembiasan makna melalui medan makna kemudian melalui bacaan hermeunetik ditemukan suatu parafrasa yang mendekati makna yang  paling relevan.
         Adapun  berdasarkan pemahaman isi, implikatur metafora dalam lirik lagu Indonesia populer  dapat dikelompokkan menjadi (1)  metafora  serenada, (2) metafora elegi, (3) metafora ode, (4)  metafora satir, (5) metafora himne, dan (6) pasturale.
3.2.1 Metafora Berimplikatur Serenada
       Metafora berimplikatur serenada jika  isinya menggambarkan percintaan. Secara umum lirik lagu  Indonesia populer  cenderung berisi serenada karena temanya percintaan baik yang berupa curahan perasaan,  harapan, dambaan, kekaguman, kekecewaan, patah hati, kehilangan pada seseorang. Seperti  terlihat dalam metafora lirik lagu berikut ini:
(1) Mata indah bola pingpong
             Apa kau  masih kosong
   (Iwan Fals: Mata Indah Bola Pingpong)

Metafora (1) dengan lambang dan privat symbol bola pingpong; bercitraan penglihatan; berkategori objek yang berprediksi bisa pecah; bersajak aa dengan bunyi ong yang menandakan  hampa; berimplikatur  kekaguman seseorang lelaki terhadap wanita yang bermata indah, lincah, dinamis tetapi berkemungkinan  akan pudar jika tidak ditangan  seseorang yang  baik.
       Praanggapannya mata itu indah seperti  bola pingpong. Bola pingpong itu bundar  berwarna warni ada yang putih, kuning, hijau, biru ;dapat bergerak lincah, dinamis kadang pelan , kadang keras, kadang meliuk sulit ditebak arahnya dan dibutuhkan  pemain yang handal dalam memainkannya; bola itu pun akan rusak jika dimainkan secara sembrono dan terpuruk di tong sampah.
       Berbeda dengan Iwan Fals,  metafora lirik lagu Populer karya Jamrud, meskipun sama-sama menggambarkan kekaguman implikaturnya menggambarkan seorang lelaki yang mengagumi kekasihnya dengan  melihat matanya yang penuh keindahan. Kendahan itu ditunjukkan dalam metafora
(2) ada pelangi di bola matamu
         dan memaksa  diri berkata aku sayang padamu
         (Jamrud: Dimatamu Ada Pelangi”)
       Lambang dan blank symbol pelangi dipilih  dengan citraan penglihatan dan berkategori kosmos  menggambarkan  ada keindahan yang romantis di mata kekasihnya. Pranggapannya pelangi adalah  peristiwa alam yang indah berwarna warni yang dalam mitos  di Jawa sebagai tempat jalan bidadarai  cantik dari kahyangan yang  sedang mandi di telaga. Jadi metafora  itu sengaja dipakai untuk menggambarkan kecantikan alami yang dimiliki seorang wanita seperti gambaran bidadari. Begitu juga lirik lagu Katon “ Bagai Bidadari” berikut  ini:
  (3) kau bagaikan bidadari
       ranum semerbak anggurmu
       terhirup dan memabukkan hati
       ingin kupetik pelangi
       jadi tiara indah rambutmu
      kejora di sinar matamu
      (Katon: Bagai Bidadari”)

(4) Akulah  Arjuna yang sedang mencari cinta
        (Dewa: Arjuna Mencari Cinta)

       Lambang dan blank symbol  Arjuna;  berkategori human sebagai mitos orang Jawa bahwa tokoh pewayangan Arjuna adalah tokoh play boy, ngganteng, kesatria sakti yang tidak pernah  gagal bercinta, namun dalam metafora lirik lagu tersebut malah sebaliknya sebagai  seseorang play boy yang  sedang menawarkan cintanya, memohon pada seseorang agar mencintainya. Praanggapannya Arjuna tokoh yang  ngganteng; perayu ulung; sakti, tidak pernah gagal. Simbol Arjuna dipakai tetap memberikan sugesti bahwa perayu semacam Arjuna tetap akan berhasil.
       Jamrud dalam lirik lagunya “Surti Tejo” juga menggunakan simbol nama Arjuna yang mengkongkritkan  seorang pujaan hati  seorang wanita  yang harus menyerahkan kesuciannya dengan perilaku seks model sekarang  agar tidak hamil.
           (5)  Surti sumringah Arjunanya pulang
Tiga tahun berpisah nyari dana di kota
Mereka melepas rindu di pematang sawah
Hingga malam selimuti desa
Jemari Tejo mulai piknik dari wajah sampai lutut Surti
Tanpa sadar sarung mereka pun jadi alas
Mirip demo memasak Tejo mulai berakting di depan Surti
Masang alat kontrasepsi.
          Cinta  membawa suasana yang melankolis, kenangan-kenangan indah masa lalu tidak mudah terhapus dan berusaha mencari , dan menikmati suasana yang sudah berlalu, dan cinta tidak bisa diberikan pada yang lain, seperti yang terlihat dalam lirik berikut ini :
    (6)  bulan merah jambu luluh di kotamu
     kuayun sendiri langkah-langkah sepi
     menikmati angin menabuh daun-daun
     mencari kembaranmu di waktu lalu

     sisi ruang batinku hampa rindukan pagi
     tercipta nelangsa merenggut sukma
     terwujud keinginan yang tak pernah terwujud
     aku tak bisa pindah
     pindah ke lain hati
    begitu lelah sudah ku harus menepi
    biduk t’lah ditambatkan berlabuh di hatimu
   (Katon/KLA Projek: Tak Bisa Ke Lain Hati)

.
       Lambang dan simbol yang digunakan adalah kata bulan berkategori kosmos, angin berkategori energi, daun-daun  berkategori flora, pagi berkategori being, pantai berkategori terestrial, merenggut dan menabuh sebagai kategori human. Citraan   penglihatan terlihat pada  gambaran bulan, biduk;  citraan pendengaran terlihat pada  menabuh  daun-daun.
       Praanggapannya bulan mestinya berwarna putih  tetapi merah jambu. Merah jambu adalah  simbol warna romantis. Kesepiannya (kuayun sendiri langkah-langkah sepi). Hanya  kerinduan yang terasa ( menikmati angin  menabuh daun-daun). Simbol angin yang selalu bergerak adalah simbol kerinduan sedangkan menabuh daun-daun adalah simbol kehidupan. Batinnya tidak bisa memungkiri ada kehilangan cinta (rindukan pagi) sehingga  sampai tak berdaya (tercipta nelangsa merenggut sukma), tetap kehilangan harapan tetapi cintanya tetap  ada. Keputusasaan (begitu lelah sudah ku harus menepi). Cintanya tetap untuk kekasihnya (biduk t’lah ditambatkan berlabuh di pantaimu).
   (7)  bunga melati pujaannya  dari kuncup dia sirami
    harapan yang suci telah diucapkannya
    kelak akan memetik bunganya

    ia berkelana demi masa depan berdua
    kuncup melati mulai semerbak, semerbak melati
    banyak kumbang datang menjelang
    mengusap sari bunga melati

    sebulan dia berkelana betapa hancur hatinya
    melati pujaan yang didambakannya
    kini telah layu penuh noda
    (Bimbo: Bunga Melati)
       Metafora dalam lirik lagu tersebut menggambarkan seseorang yang  kecewa,  kehilangan  harapan karena kekasihnya yang didambakannya yang dia kenal sejak  belum dewasa ternyata setelah dewasa dia menemukan  calon istrinya itu tidak perawan lagi karena banyak bergaul dengan banyak lelaki yang menyukainya.
       Lambang dan blank symbol yang dipakai adalah bunga melati kategori flora  merupakan simbol orang Jawa. Melati adalah bunga simbol kesucian.Pada upacara pernikahan bunga melati selalu dipakai pengantin wanita  di sanggulnya, kamar pengantin juga ditaburi bunga melati. Tari Jawa seperti Serimpi, tari  golek kencono juga memakai simbol bunga melati  yang melambangkan bahwa penarinya masih perawan. Dalam adegan  naik  kendi pada tarian golek kencono  pecah dan tidaknya kendi membuktikan keperawanannya.. Kecepatan  layu bunga menentukan sekali kesucian seorang pengantin, maupun penari. Simbol kumbang yang berkategori fauna merupakan  lambang kejantanan. Kumbang adalah  serangga yang selalu menghisap sari bunga dari bunga satu ke bunga  lainnya. Simbol kumbang mewakili lelaki  play boy yang tidak bertanggung jawab.
       Jika  metafora lirik lagu di atas hanya sepihak yang menderita, lirik metafora berikut ini kedua pasangan  mengalami  kesulitan dalam bercinta.
    (8)  surya tenggelam di telan kabut kelam
    surya yang muram di hati remuk redam
    jalan berliku jalan kehidupan
    dua remaja kehilangan
    penawar rindu kasih pujaan
    menempuh cobaan
    (Chrisye: Kala Sang Surya Tenggelam)

       Lambang dan simbol surya  berkategori energi menunjukkan ada kehidupan, semangat, tetapi simbol tenggelam kategori human yang menggambarkan energi yang  hilang;  kabut berkategori lembam menutup atau menghalangi; kelam  dan redam  adalah kategori being suasana yang  tidak nyaman. Jadi simbol-simbol  itu menggambarkan  kehilangan daya, terhalang, dan tidak nyaman. Bunyi  persajakan  lam dan  dam menambah suasana semakin tidak nyaman dan hancur.
       Jika metafora lirik lagu di atas menggambarkan serenade cinta yang menggambarkan kekaguman, kesulitan, kekecewaan ada juga yang menggambarkan  keanehan dalam tingkah lakunya. Misalnya  metafora lirik lagu berikut ini:
    (9)  sejak engkau bertemu lelaki bermata lembut
    ada yang tersentak dari dalam dadamu
    kau menyendiri duduk dalam gelap
    bersenandung nyanyian kasmaran
    dan tersenyum entah untuk siapa
    nampaknya kau tengah mabuk kepayang
    kau penuhi dengan angan-angan
    kau ukir malam dengan bayang-bayang    

        Bait lirik lagu tersebut menggambarkan seorang gadis yang sedang jatuh cinta pada seorang lelaki yang bermata lembut; jadi penyendiri; bertingkah aneh suka tersenyum sendiri; selalu berangan-angan; setiap malam membayangkan sang pujaan hatinya. Simbol ukir malam dengan bayang-bayang berkategori  kosmos merupakan simbol orang jatuh cinta dengan malam kesunyian, kesendirian, dan penuh mimpi.
3.2.2 Metafora Berimplikatur Elegi
       Metafora berimplikatur elegi jika isinya menyatakan rasa duka,  kesedihan karena ditinggal mati.
  (10)  batu hitam di atas tanah merah
          di sini kutumpahkan rindu
          kugenggam lalu kutaburkan  kembang
          berlutut dan berdoa sorgalah di tanganmu
          Tuhan  di sisimu
          Kematian hanyalah tidur panjang
          Maka mimpi indahlah engkau, Camelia…oh
     
          Pagi, engkau berangkat hati mulai membatu
          Malam kupetik gitar dan terdengar senandung ombak di lautan
          Menambah rindu dan gelisah
          Adakah angin gunung
          Adakah angin padang
          Mendengar keluhanku
          Dan membebaskan nasibku
          Dari belenggu sepi.
          (Ebid G Adfe: Camelia IV)
        Simbol kematian diwakili batu hitam kategori terestrial  demikian juga  simbol nisan juga tanah merah gambaran  baru saja meninggal, taburan kembang  berkategori flora  merupakan simbol kejawen atau agama Hindu bahkan sudah tradisi tidak hanya yang beragama Hindu pun setiap ke makam  diusahakan dengan menabur  kembang kemudian berdoa. Bagi Ebid kematian dapat diartikan sebagai tidur yang panjang dan berharap di surga(mimpi indahlah engkau, Camelia).
       Pada bait berikutnya kesedihan akibat kematian  itu mengakibatkan  tidak bersemangat (membatu). Akhirnya melarikan diri dengan  bermain musik dan  keluar  ungkapan hati yang bergemuruh seperti ombak menambah kerinduan, gelisah dan kalau mengharap ada yang bisa mengabarkan pada kekasihnya (angin lambang pembawa berita) tentang kesepiannya (belenggu sepi).
3.2.3    Metafora  Berimplikatur  Ode
       Metafora berimplikatur ode jika isi metafora  menggambarkan kekaguman, rasa terima kasih pada seseorang, tokoh, atau pahlawan yang berjasa pada seseorang,  masyarakat, atau negara.
           (11) Tuhan terlalu cepat semua
                 Kau panggil satu-satunya yang tersisa
                 Proklamator tercinta
                 Jujur lugu dan bijaksana
                 Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa rakyat Indonesia

    Terbayang  baktimu, terbayang jasamu
                Terbayang jelas jiwa sederhanamu
                Bernisan bangga
                Berkafan doa
                Dan kami merindukan orang sepertimu
                (Iwan Fals: Bung Hatta)
       Lirik lagu di atas menggambarkan kekaguman  Iwan Fals kepada  almarhum tokoh  Bapak Koperasi Indonesia, pahlawan revolusi Indonesia, Wakil Presiden Indonesia I, yaitu Bung Hatta  ( Kau panggil satu-satunya yang tersisa).  Kematiannya menjadikan kehilangan  dan kesedihan rakyat Indonesia  (hujan air mata dari pelosok negeri). Bakti dan jasanya  ditandai dengan nisan yang selalu diingat dan doa-doa dari peziarah (bernisan bangga dan berkafan doa).
  (12)  Wajah yang selalu dilumuri senyum
           Legam tersengat terik matahari
                  Keperkasaannya tak memudar
                  Terbaca dari garis-garis di  dagu

     Waktu telah menggilas semua
                 Ia tinggal punya jiwa
                 Pengorbanan yang tak sia-sia
                 Untuk negeri yang dicintai
                 Dikasihi

    Tangan dan kaki rela kau serahkan
                 Darah keringat rela kau cucurkan
                 Bukan hanya untuk ukir namamu
                 Ikhlas demi langit bumi
                 bersumpah mempertahankan setiap jengkal tanah

                 wajah yang tak pernah mengeluh
                 tegar dalam sikap sempurna
                 pantang menyerah
                 bersumpah mempertahankan setiap jengkal tanah
                 merah merdeka
                 putih merdeka
                 warna merdeka
                 (Ebid G Ade: Seraut Wajah)
      Bait pertama lagu itu menggambarkan seseorang yang ramah  (dilumuri senyum). Pekerja yang ulet (tersengat terik matahari). Keperkasaannya tak memudar  dan masih tegar (terbaca dari garis-garis di dagu). Simbol dagu yang mewakili wajah yang selalu tegap tidak tertunduk.
       Bait  kedua  menggambarkan perjalanan hidupnya  yang lalu hingga sekarang (waktu telah menggilas semua).Sekarang  tinggal semangat  yang dimiliki ( tinggal punya jiwa). Pengorbanannya terhadap negara tidak sia-sia meskipun harus berkorban segalanya (tangan dan kaki rela kau serahkan/darah keringat rela kau cucurkan). Bukan untuk pamrih, ikhlas mempertahankan  negara (bukan ukir namamu/ ikhlas demi langit/ bersumpah  mempertahankan setiap jengkal tanah).
       Bait ketiga menggambarkan bahwa  tokoh tersebut tidak pernah mengeluh , tegar, pantang menyerah ketika mempertahankan  negara, yaitu Indonesia yang merdeka (merah merdeka/putih merdeka/warna merdeka).
        (13)  IBU: Bapak berkatilah sepotong kata
                            Pada anak kita yang siap pergi
                           Amalkan ilmunya perangi kebodohan
                           Yang akrab di bangsanya

    BAPAK: Ibu di rahimmu ada banggaku
                              Telah kau lahirkan puteri yang tulus
          Yang tak kenal pamrih untuk lemparkan bakti
          Jauh ke ujung desa
                  …
              IBU &BAPAK: Banyak saudaramu yang masih buta huruf
                Ajarilah mereka
                 Jadilah Kartini atau SK Trimurti
                Pintarkanlah bangsamu
                (Rita Ruby Harland: Dialog Suami Istri)

       Lirik lagu tersebut menggambarkan dialog suami-istri yang  bangga akan anaknya peduli pada masyarakat  bawah, bodoh di pedesaan. Bapak itu bangga terhadap istrinya yang dapat  mengandung anaknya yang cerdas dan berbakti pada negara meskipun di pelosok desa (ibu di rahimmu ada banggaku/telah kau lahirkan puteri yang tulus/yang tak kenal pamrih untuk lemparkan bakti jauh ke ujung desa). Ibu dan Bapak mengharapkan kepada anaknya agar seperti sikap Kartini , tokoh wanita yang memperjuangkan emansipasi wanita atau seperti SK Trimurti tokoh wanita yang menjadi menteri pada  pemerintahan Presiden Sukarno ( jadilah Kartini atau SK Tri Murti pintarkanlah bangsamu).
(14)  Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
                       Lewati rintang untuk aku anakmu
  Ibuku sayang masih terus berjalan
  Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah
  Seperti udara kasih yang engkau berikan
 Tak mampu kumembalas, ibu
  Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
                      Sampai aku tertidur bagai masa kecilku dulu
 Lalu doa-doa beluri sekujur tubuhku
 Dengan apa membalas, ibu
 (Iwan Fals: Ibu)
       Lirik lagu tersebut menggambarkan  kekaguman   seseorang pada  ibunya yang berkorban  kepadanya, anaknya,  dengan penuh penderitaan (ribuan kilo jalan yang kau tempuh/ lewati rintang untuk  aku anakmu/ ibuku sayang masih terus berjalan walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah). Kasih ibunya menyejukannya (seperti udara kasih yang kau berikan) namun dia tak mampu membalas. Ingin dia  dekat ibunya  menumpahkan perasaannya seperti saat ketika masih kacil dulu yang nantinya mendapatkan  rahmat dan doa dari ibunya (lalu doa-doa beluri sekujur tubuhku). Apa yang dapat ia berikan sebagai balasannya.

3.2.4  Metafora Berimplikatur  Satir
       Metafora berimplikatur  satir jika isinya menggambarkan  sindiran baik yang berupa  paradoks, ironi maupun sarkasme terhadap kejadian atau perilaku seseorang.
        Iwan Fals  penulis dan penyanyi lagu yang sering menyuarakan  protes terhadap pemerintah maupun sindiran protet kehidupan yang ada di masyarakat. Berikut ini metafora yang diciptakannya.
  (15) Engkau sarjana muda resah tak dapat kerja
         Tak berguna ijazahmu
         Empat tahun lamanya bergelut dengan buku
         Sia-sia
         (Iwan Fals: Sarjana Muda)
       Metafora empat tahun lamanya bergelut dengan buku, sia-sia, menggambarkan  ironi terhadap kenyataan bahwa lapangan kerja sulit bagi sarjana muda sementara ilmu yang dia pelajari cukup lama dan membutuhkan biaya banyak    Pada metafora (16) dia perlihatkan  terhadap kenyataan yang ironis  bahwa ada anak  kecil yang seharusnya  waktu itu untuk bermain ternyata harus dia pakai  untuk bekerja keras dan harus berhasil, seperti terlihat dalam metafora berikut:
      (16) anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
   demi satu impian yang kerap ganggu tidurnymu
   anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
   dipaksa patahkan karang
   lemah jemarimu terkepal.
   (Iwan Fals: Sore Tugu Pancuran)
        Orang kecil dalam pandangan Iwan Fals kadang tampak paradoks dan konyol misalnya dalam  metafora berikut:
        (17) tak kalah dengan orang gedean
   dalam rasakan senang
   walau lembaran gaji sebulan
   hanya cukup untuk kakus
   soal rekreasi sih harus
  (Iwan Fals: Libur Kecil Kaum Kusam)
       Metafora lembaran gaji sebulan hanya cukup untuk kakus sementara  mereka harus bersenang-senang seperti orang kaya. Simbol kakus menggambarkan persoalan makan. Hanya cukup makan saja sebenarnya yang mereka dapatkan selama bekerja
       Akibat pembangunan  yang tak terencana dan melihat dampaknya, Iwan Fals pun   membuat satir lewat metafora  yang diciptakannya.
         (18)  nama dusunku ujung aspal pondok gede
    rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun      
     kambing sembilan motor tiga bapak punya
     ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya
     sampai saat tanah ,moyangku tersentuh sebuah rencana
                 dari serakahnya kota
                 terlihat murung wajah pribumi

                 di depan mesjid samping rumah wakil Pak Lurah
                 tempat dulu kami bermain mengisi cerahnya hari
                 namun sebentar lagi angkuh tembok pabrik berdiri
                 satu persatu sahabat pergi dan tak akan pernah kembali.
                 (Iwan Fals:Ujung Aspal Pondok Gede)
       Lirik lagu tersebut menggambarkan  keadaan desa yang semula subur, penduduknya ramah namun menjadi berubah tingkah laku penduduknya kekayaan  untuk mata pencaharian hidupnya  dijual  kemudian dibelikan kendaraan bermotor yang berlebihan untuk  menyesuaikan  perkembangan kota. Akhirnya penduduk asli tersingkir dari dusunnya karena tanah-tanahnya dibeli orang kota untuk pabrik sementara tempat bermain atau berolah raga semuanya  lenyap.
       Rita Ruby Hartland pun merasakan  bahwa pembangunan kadang menghalalkan apa saja sementara pemerintah hanya mementingkan  materi  dan menuruti kemauan konglomerat tanpa melihat akibatnya. Dengan sinis Rita Ruby Hartland menuliskan dalam lirik lagunya sebagai berikut:
    (19)   taman-taman satu satu lenyap
             pompa bensin datang mengganti
             sawah  sawah satu satu musnah
            pabrik pabrik datang melahap

            pohon pohon satu satu roboh
            gunung gunung satu satu rubuh
           rumah  pongah bertolak pinggang
           pada bukit bukit sekarat

           orang orang  satu satu resah
           air air malu mengalir
           cita cita satu satu tumbang
           iman iman satu satu gersang

          jalan jalan satu satu lubang
          orang rajin menggali
          tutup satu gali lagi
          tradisi kotaku tercinta

           dulu kau bernama “Paris van Java”
           senyum bunga menyapa ramah
           Bandungku sayang, Bandungku malang
           nafasku semakin sesak.
          (Rita Ruby Hartland: Bandungku Satyang Bandungku Malang)
       Metafora yang diciptakannya  berupa  satir yang  menggambarkan tidak ada  sesuatu yang dapat diselamatkan. Taman, sawah, pohon, gunung, bukit, air, jalan, cita-cita telah diganti  dengan  pembangunan kota tanpa terencana akibatnya  kehilangan taman, keteduhan kota, hutan gundul, bukit berganti perumahan elit, bahkan air pun menjadi sedikit. Hal lain  akibat dari itu iman dan moral  pegawai pemerintah/ pemborong  hilang. Yang penting bagaimana memanfaatkan yang ada di sekitarnya agar menjadi uang. Kota Bandung yang sejuk dan harum sekarang menjadi pengap dan tidak sehat.
        Jamrud melukiskan satirnya lewat lagu “Ningrat”. Bagaimana dia  bercinta dengan anak orang ningrat dan memberi penjelasan tentang tradisi lama dan baru bagi keluarga pacarnya.
        (20) Pak’e…bu’e ini  abad baru bukan dunia wayang
                Ngomong darah biru sekarang orang tertawa
                Pak’lik… bu Lik… dulu Rama Sinta sekarang si Madona
                Dulu Gatotkaca sekarang John Travolta
                (Jamrud: Ningrat)  
       Satir yang dilakukan Jamrud dengan simbol pewayangan seperti Rama, Sinta, Gatotkaca sebagai simbol  orang Jawa  yang dikontraskan dengan Si Madona dan John Travolta simbol modern dari dunia Barat merupakan ejekan pada keluarga kekasihnya yang ningrat.
3.2.5  Metafora Berimplikatur Himne
       Metafora berimplikatur himne jika isi metaforanya menggambarkan  ketuhanan. Metafora  jenis ini bisa menggambarkan kebesaran Tuhan akan isi alam, kekuasaan Tuhan, tempat bermohon dsb.
  (21)  Tuhanku
       Dengarkanlah doaku yang sering terucap
       Di kala malam berbulu sepi
       Kuatkanlah ibuku
       Sehatkanlah ayahku
       Agar tenang berjaklan di titahmu
       Tuhanku
       Kerap kuhabiskan pinta dan pintaku
       Di atas tikar seusai bersujud
       Beningkan dan beningkan
       Putihkan dan putihkan
       Agar makin nyata pada jalan-Mu
       ...
      (Rita Ruby Hartland: Doa dalam Tembang)
       Metafora yang digunakan dengan simbol malam berbulu sepi  menggambarkan  doa yang tenang adalah pada saat malam yang sepi dan hangat ( bulu adalah selimut). Doa itu untuk orang tuanya agar  hidup sesuai yang digariskan Tuhan, dan  mengharap agar ditemukan jalan yang terang pada ajaran Tuhan.
(22)  apakah buku ini harus selalu hitam pekat
     apakah dalam sejarah orang harus jadi pahlawan
     sedang Tuhan di atas sana tak pernah menghukum
    dengan sinar mata-Nya yang lebih tajam dari matahari
    (Ebid G Ade: Kalian Dengarkan Keluhanku)

Metafora dalam lirik lagu ini menggambarkan bagaimana  kekagumannya pada Tuhannya yang tidak pernah menghukum meskipun mempunyai kekuatan yang  dahsyat (sedang Tuahn di atas sana tak pernah menghukum dengan sinar mata-Nya yang lebih tajam dari matahari) sementara manusia malah tidak bisa memberi ampunan. Apakah kalau bersalah harus dicatat selamanya sebagai orang yang salah tanpa pengampunan. Apakah  memang harus dia yang menjadi bagian yang  salah sementara seharusnya orang harus berbuat baik terus (apakah dalam sejarah orang harus jadi pahlawan).
       Tuhan juga dapat digambarkan sebagai  sosok yang bisa marah dengan memberikan bencana di dunia akibat perilaku manusia yang tidak peduli pada dosa. Perhatikan larik lagu berikut ini:
  (23) Barangkali di sana ada jawabnya
    Mengapa di tanahku terjadi bencana
    Mungkin Tuhan mulai bosan
    Melihat tingkah kita
    Yang selalu bangga dengan dosa-dosa
    Atau alam mulai enggan
    Bersahabat dengan kita
    Coba bertanya pada “rumput yang bergoyang”.
    (Ebid G Ade: Berita Kepada Kawan)
        Manusia harus merenung mengapa terjadi bencana.Bencana itu sebenarnya hanya sebuah peringatan (hanya cambuk kecil) maka koreksi diri kita yang sebenar-benarnya dan sejujujurnya (bercermin dan bercerminlah). Jawabnya hanya  sujud pada –Nya.  Perhatikan  lirik lagu berikut:
          (24) kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
    suci lahir dan batin di dalam batin
    tengoklah ke dalam sebelum bicara
    singkirkan debu yang masih melekat

    anugerah dan bencana adalah kehendak-Nya
   kita mesti tabah menjalani
   hanya cambuk kecil agar kita sadar
   adalah dia di atas segalanya

   anak-anak menjerit
   asap panas membakar
   lahar dan badai menyapu bersih
   ini bukan hukuman hanya satu isyarat
   bahwa kita mesti banyak berbenah
   memang bila kita kaji lebih jauh
   dalam kekalutan masih banyak tangan yang tega berbuat nista

  Tuhan pasti memperhitungkan
  Amal dan dosa yang kita perbuat
  Kemanakah lagi kita akan sembunyi
  Hanya kepada-Nya kita kembali
  Tak ada yang bakal bisa menjawab
  Mari tunduk sujud pada-Nya

  Kita mesti berjuang memerangi diri
  Bercermin dan banyaklah bercermin
  Tuhan ada di sini di dalam jiwa
  Berusahalah agar Dia tersenyum.

3.2.6 Metafora Berimplikatur Pastural (Pemandangan)
        Metafora berimplikatur pemandangan jika isinya menggambarkan suasana pemandangan yang indah, sejuk, nyaman dsb.
      (27) kicau burung bernyanyi tanda buana  membuka hati
               dan embun pun memudar menyongsong fajar
               …
               serasa pagi tersenyum mesra tertiup bayu membuka sukma
               adakah  hari esok kan tersenyum jua
               memberi hangatnya sukma
               (Cryse: “Sabda Alam”)
Simbol  natural flora dan fauna burung, embun menggambarkan suasana yang damai dipertegas dengan simbol kategori being fajar, esok, pagi. Kesan yang tertangkap dalam lirik tersebut seakan kita dibawa dalam kehidupan yang natural damai tenang dan menyejukkan.


4. Simpulan
      Berdasarkan  uraian di atas dapat disimpulkan  bahwa
1.    metafora dalam lirik lagu Indonesia populer  dapat dipahami lewat penanda dan petandanya melaui simbol yang dipakai pengarangnya. Simbol itu ada yang blank simbol, natural simbol, dan privat simbol. Pemahaman metafora dalam lirik lagu tidak lepas dari kode bahasa, sastra, dan budaya. Pemahaman itu harus satu kesatuan. Sebuah ujaran dalam bentuk lagu berupa rentetan kata-kata berupa lambang dan simbol yang gramatikal dalam tataran sintaksis;
2.     sebagai karya seni termasuk dalam  karya sastra karena ada unsur diksi, persajakan, citraan, sarana retorika, dan ketaklangsungan ekspresi;
3.    pemaknaan simbol tidak lepas dengan kode budaya yang secara kontekstual dalam pemaknaannya harus dipahami sesuai dengan pemahaman bersama.
4.      Pemahaman implikatur dalam metafora dalam lirik lagu Indonesia populer berdasarkan kajian semiotik-pragmatik dapat diungkap (1) metafora yang berimplikatur serenada, elegi, satir, himne, dan pastura. Dari sekian data yang terbanyak adalah yang berupa serenada, berikutnya sindiran, yang lainnya sedikit yaitu yang berimplikatur ketuhanan, kepahlawanan, kesedihan, dan pemandangan.Hal ini beralasan sebab secara umum cinta adalah hal yang mendasar dalam kehidupan, cinta tak membedakan usia mulai akhil balik sampai tua selalu berdekatan dengan cinta dengan segala bentuk dan problematiknya. Di samping selera pasar lebih menyukai lagu yang berimplikatur serenada dibandingkan yang lain, belum lagi produsen sudah mengarahkan untuk kepentingan layak jual dalam budaya pop.
5.      Dapat dikatakan  lirik lagu Indonesia popular yang metaforis lebih banyak ditemukan pada lirik lagu karya Ebid, Bimbo, Cryse,  Iwan Fals.  Mereka membuat memang mempertimbangkan simbol yang dibuatnya. Ebid penyair dan pengarang lagu, Bimbo dengan syair yang dibuat penyair Taufik Ismail, Iwan Fals dekat dengan Rendra. Alangkah baiknya jika pencipta lagu selain melodi yang dikuasainya melibatkan juga penyair-penyair agar  lirik lagunya puitis.


DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin.1990b.(ed.) “Pendekatan Tekstual dalam Analisis Bahasa Kias dalam  Puisi Sekitar Masalah Sastra Beberapa Prinsip dan Model  Pengembangannya. Malang: YA3.

-----1997.Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.  Semarang: IKIP Semarang Press.

-----2000a. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Budidharma, Pra.2001. Belajar Sendiri Mencipta Lagu.Jakarta:  Gramedia.

Cahyono, Bambang Yudi.1995. Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga Press.
Ciptoaji, Pulung. 2001. ” Gaya pada Lirik Lagu Chrisye Karya Guruh Sukarno Putra”. Galeri Esai: Gelar Karya Esai Cybersastra. File: My%2 Document/ New%20Folder/ doc/ kuliah/ gaya chrisye-files/ view.

Pradopo, Rahmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogya: Gajah Mada University Press.

---- 2001a. “Penelitian Sastra dengan Pendekatan Semiotik”, dalam Metode  Penelitian Sastra.Yogyakarta:Hanindita.

-----2001b. “Masalah Kajian Semiotika Terhadap Karya Sastra”, dalam Jurnal Kajian Sastra, Teater, dan sinema “Tonil”. Vol.1, No.2. Yogyakarta.

Preminger, Alex .2001. “Semiotik (Semiologi)”. Terjemahan Rahmat Djoko Pradopo  dalam Metodologi Penelitian Sastra. (Ed.) Jabrohim. Yogyakarta: Hanindita.

Riffaterre, Michael. 1978. Semiotic of Poetry. Blomington and London:  Indiana University Press.

Santosa, Pudji. 1993. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai  Sastra. Jakarta: Gramedia.

------1988. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Wahab, Abdul.1990. “Sepotong Model Studi Tentang Metafora” dalam Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. (Ed.) Aminuddin .Malang: HISKI dan YA3.

 -----1995. Isu Linguistik. Surabaya: Airlangga University Press.

Waluyo, Herman J. 1987.Teori dan Apresiasi Puisi.Jakarta: Erlangga.


 Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang  lirik iklan sprite

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang PENGARUH KEMASAN DAN MERK DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN 

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.


buka contoh marketing : eprints.undip.ac.id/39343/1/24-44_(PAK_HERMIN)

No comments:

Post a Comment