Ekonomi Membaik, Saatnya Investor Ambil Resiko Tinggi
Ekonomi Membaik, Saatnya Investor Ambil Resiko Tinggi |
Perekonomian Indonesia pada kuartal empat 2015 menunjukkan sedikit perbaikan. Kabar positif ini pun diprediksi bakal berlanjut pada tahun 2016. Meski memiliki risiko yang tinggi, saat ini bisa menjadi momen yang pas bagi Anda untuk menjajal dunia pasar modal.
yntuk pertama kalinya dalam sembilan bulan, perekonomian Indonesia kembali ke angka 5%. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia tumbuh di angka 5,04% pada kuartal empat 2015 lalu. Kondisi itu tentunya bisa menjadi pertanda membaiknya perekonomian dalam negeri. Secara keseluruhan, ekonomi Indonesia pada tahun 2015 berhasil tumbuh 4,79%, melambat dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 5,02%.
BNI Asset Management mengatakan bahwa tahun ini merupakan tahun pemulihan bagi perekonomian Indonesia. Anak usaha PT Bank Negara Indonesia Tbk ini pun memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh di angka 5,2% yang didukung dari beberapa katalis seperti peningkatan belanja infrastruktur dari Rp 290 triliun menjadi Rp 314 triliun, atau naik 8,3%.
BI Rate pun diprediksi akan turun 75 basis poin di sepanjang 2016 seiring inflasi yang terkendali. "Meski nilai tukar rupiah masih terdepresiasi, tapi range-nya tidak akan terlalu lebar karena proyeksi Bank Sentral AS akan menurunkan suku bunga tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya," kata Hanif Mantiq, Head of Investment BNI Asset Management.
Jika prediksi Hanif benar, maka sudah pasti deposito tidak lagi menjadi instrumen investasi yang menarik.
Presiden Direktur Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) Legowo Kusumonegoro mengatakan, tabungan dan deposito tidak mampu menghasilkan imbal hasil yang tinggi, karena risikonya tergolong rendah. "Deposito tidak bisa disebut investasi. Karena aset bisa terkikis inflasi," ujarnya.
Dengan membaiknya fundamental perekonomian Indonesia, pasar modal bisa menjadi pilihan yang menarik. Untuk mengurangi risiko yang tinggi, investor pun bisa melakukan diversifikasi portofolio.
Legowo mengilustrasikan, apabila komposisi investasi saham 20%, obligasi 50%, dan deposito 30%, maka imbal hasil yang bisa diperoleh investor mencapai 9,4%. Namun, jika porsinya digeser menjadi saham 40%, obligasi 40%, dan deposito 20%, imbal hasil pun akan lebih besar, mencapai 10,2%.
"Yang paling berisiko namun menghasilkan imbal hasil tinggi adalah apabila investor mengalokasikan 70% dananya ke saham, obligasi 25%, deposito 5%. Tingkat imbal hasil sebesar 13,7%. Kondisi ekonomi saat ini lebih stabil dibanding tahun lalu," katanya.
Hal ini pun diamini oleh BNI Asset Management. Hanif melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat di angka 5.429 hingga akhir 2016 seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia.
Nah, apakah Anda berani mengambil risiko itu?
Oleh Hendra Soeprajitno & Saviq Bachdar
buka contoh marketing : https://tirto.id/ekonomi-membaik-saatnya-investor-ambil-resiko-tinggi-kKM
No comments:
Post a Comment