Mengenal Desain Komunikasi Visual

Mengenal Desain Komunikasi Visual

 contoh iklan logo parfum dalam bahasa inggris - Apa itu Desain Komunikasi Visual?
Meski dewasa ini istilah desain komunikasi visual sudah banyak dikenal luas, namun masih saja banyak yang awam terhadap istilah tersebut. Terlebih 10 atau 20 tahun silam ketika saya mulai mengambil kuliah ilmu tersebut. Pun juga hari ini, desain komunikasi visual masih terasa asing di telinga beberapa orang.
buzz marketing, guerilla marketing, integrated marketing, integrated marketing communications, marketing, marketing mix, marketing news, niche marketing, sports marketing, word of mouth marketing
Mengenal Desain Komunikasi Visual


Orang banyak mengira bahwa desain komunikasi visual itu identik dengan iklan. Benar memang, namun tidak sepenuhnya betul. Iklan adalah hanya salah satu bidang yang dihasilkan oleh desain komunikasi visual. Saya punya pengalaman nyata mengenai persepsi orang terhadap bidang desain komunikasi visual ini. Ada orangtua calon mahasiswa yang menentang keras anaknya masuk ke program studi desain komunikasi visual ini. Apa pasal? Ternyata si orangtua tak rela anaknya kelak menjadi tukang bikin spanduk. “Pokoknya tidak! Anakku tak boleh jadi tukang spanduk atau bikin stempel di pinggir jalan!” begitu katanya. Ya, kita tak bisa salahkan si orangtua calon mahasiswa tersebut, karena bidang desain komunikasi visual ini perlu sedikit penjelasan yang agak panjang.
Jika kita melihat di sekeliling kita, sebenarnya tidak kita sadari bahwa kehidupan kita sehari-hari dilingkupi oleh produk-produk bidang desain komunikasi visual. Mulai dari kita bangun pagi hingga terlelap di peraduan, desain komunikasi visual mengiringi kita sepanjang hari hidup kita.
Desain komunikasi visual sendiri berasal dari tiga kata, desain (dari bahasa Inggris design yang diambil dari bahasa Latin designare) yang artinya merencanakan atau merancang. Dalam hal ini ada unsur untuk mengenali permasalahan, menetapkan tujuan dan menentukan pemecahan.
         Kemudian kata komunikasi yang berarti menyampaikan suatu pesan dari komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima pesan) melalui suatu media dengan maksud tertentu. Komunikasi sendiri berasal dari bahasa Inggris communication yang diambil dari bahasa Latin communicatio yang artinya berbagi/membagi.
Sementara kata visual sendiri bermakna segala sesuatu yang dapat dilihat dan direspon oleh indera penglihatan kita yaitu mata. Berasal dari kata Latin videre yang artinya melihat yang kemudian dimasukkan ke dalam bahasa Inggris visual.
Jadi desain komunikasi visual bisa dikatakan sebagai seni menyampaikan pesan (arts of commmunication) dengan menggunakan bahasa rupa (visual language) yang disampaikan melalui media berupa desain. Dengan tujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Bahasa rupa yang dipakai berbentuk grafis, tanda, simbol, ilustrasi gambar/foto, tipografi/huruf dan sebagainya yang disusun berdasarkan khaidah bahasa visual yang khas. Isi pesan diungkapkan secara kreatif dan komunikatif serta  mengandung solusi untuk permasalahan yang hendak disampaikan (sosial maupun komersial ataupun berupa informasi, identifikasi maupun persuasi).

Sekilas Sejarah Istilah Desain Komunikasi Visual di Indonesia
         Istilah desain komunikasi visual yang baru populer belakangan ini, sebenarnya baru dikenal di Indonesia pada awal tahun 1980-an. Dimunculkan oleh Gert Dumbar (seorang desainer grafis Belanda) pada tahun 1977, karena menurutnya desain grafis tidak hanya mengurusi cetak-mencetak saja. Namun juga mengurusi moving image, audio visual, display dan pameran. Sehingga istilah desain grafis tidaklah cukup menampung perkembangan yang kian luas. Maka dimunculkan istilah desain komunikasi visual seperti yang kita kenal sekarang ini.

Apa Beda Desain Komunikasi Visual dan Desain Grafis?
         Banyak orang seringkali bingung dengan beberapa istilah yang hampir sama. Kita seringkali mendengar tentang istilah yang hampir mirip selain desain komunikasi visual, yaitu desain grafis dan seni grafis.
         Istilah desain komunikasi visual sendiri sudah dijelaskan di atas. Sedangkan desain grafis sendiri memang salah satu istilah yang paling sering disalahtukarkan dengan Desain komunikasi visual. Memang keduanya sangat berhubungan erat, namun sebenarnya ada perbedaan di antara keduanya.
Desain grafis – atau graphic design. Kata grafis menurut etimologi adalah berasal dari kata graphic (bahasa Inggris) yang berasal dari bahasa Latin graphÄ“ (yang diadopsi kata Yunani graphikos), yang berarti menulis, menggores atau menggambar di atas batu.
Desain sendiri merupakan proses pemikiran dan perasaan yang akan menciptakan sesuatu, dengan menggabungkan fakta, konstruksi, fungsi dan estetika untuk memenuhi kebutuhan manusia. Desain grafis adalah suatu konsep pemecahan masalah rupa, warna, bahan, teknik, biaya, guna dan pemakaian yang diungkapkan dalam gambar dan bentuk. Dalam desain grafis masalahnya mencakup berbagai bidang seperti teknik perencanaan gambar, bentuk, simbol, huruf, fotografi dan proses cetak disertai pula dengan pengetahuan tentang bahan dan biaya.
Tujuan desain grafis selain menciptakan desain atau perencanaan fungsional estetis, namun juga yang informatif dan komunikatif dengan masyarakat. Dilengkapi pula dengan pemahaman mengenai psikologi massa dan teori-teori pemasaran, sehingga karya-karya desain grafis ini bisa merupakan alat promosi yang ampuh.
Orang yang berkarya di bidang desain grafis maka disebut sebagai desainer grafis (graphic designer), namun anehnya orang yang bekerja di bidang desain komunikasi visual, sangat jarang sekali disebut sebagai desainer komunikasi visual. Biasanya sebutan yang diberikan tetap saja desainer grafis.
Seni grafis – sedangkan seni grafis (dan ini paling sering disalahartikan sama sebagai desain grafis) adalah masuk ke dalam seni murni (fine arts). Sementara desain grafis masuk ke dalam kelompok seni terapan (applied arts). Ya, dalam khazanah seni, ada penggolongan seni menjadi seni murni dan seni terapan. Disebut sebagai seni murni adalah jika tujuan penciptaan seni adalah untuk semata-mata untuk kepuasan bathin dan ekspresi sang seniman semata. Sedangkan seni terapan adalah seni yang tujuan penciptaannya adalah untuk memenuhi suatu kebutuhan.
Seni grafis adalah sebuah cabang seni rupa murni yang mempergunakan teknik cetak untuk penciptaan karyanya, misalnya dengan: sablon/cetak saring, cap, cungkil kayu (wood carving), engraving, litografi, cetak digital, etsa, mezzotint, aquatint, drypoint.
 Tanda dalam Komunikasi Visual
July 19, 2008
by gogorbangsa
Dalam komunikasi visual, pemakaian tanda-tanda mempunyai peran yang cukup besar. Demikian pula kemampuan untuk menyusun dan membaca tanda dapat menjadi faktor keberhasilan sebuah penyampaian pesan secara visual. Berdasarkan sifatnya komunikasi visual seringkali menimbulkan interpretasi yang berlainan antar individu penerimanya. Maka dalam melakukan komunikasi visual diperlukan referensi yang sama dan sebuah konvensi. Komunikasi visual dibangun dengan dan di atas tanda-tanda.
 Tanda
Dalam memahami tanda diperlukan ilmu tanda atau semiotika. Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion, yang berarti tanda. Tanda sendiri adalah ‘sesuatu yang mewakili sesuatu’ (signs are things which stand for other things). Namun dalam pembahasan ini tidak membicarakan mengenai semiotika sebagai ilmu tanda secara luas. Pembahasan kita adalah mengenai bagaimana membaca tanda yang muncul dalam tampilan komunikasi visual. Karena membaca tanda bersifat penafsiran, maka keluasan wawasan serta referensi sangat diperlukan di sini.
Dalam membaca tanda dikenal adanya signifier (penanda) dan signified (petanda), atau apa menjadi tanda dari apa atau apa ditandai dengan apa. Sebagai misal adalah ketika kita melihat asap hitam membubung tinggi di kejauhan (signifier/penanda) maka kita berkesimpulan bahwa itu menjadi tanda (sign) dari (1) ada kebakaran atau (2) asap dari cerobong pabrik yang sedang beroperasi (signified/petanda).
SIGN/TANDA
Signifier/Penanda    Signified/Petanda

Kita tidak dapat memisahkan penanda dan petanda dengan tanda itu sendiri, karena penanda dan petanda membentuk tanda. Jika kita umpamakan adalah seperti sehelai kertas, pada satu sisi adalah penanda sedangkan pada sisi lain adalah petanda dan kertas adalah tanda itu sendiri. Dengan cara seperti itulah sebuah tanda bekerja, dengan melihat sebuah tanda maka kita membuat makna atas tanda itu. Ada sebuah titik yang penting dalam hubungan antara penanda dan petanda yaitu arbitrary (kerancuan). Namun hal ini menurut Saussure adalah bahwa semua itu tergantung dari signifier tersebut.

Tanda, Simbol dan Sinyal
Di atas telah disebutkan bahwa tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu. Namun pada perkembangannya ditemukan pula bahwa tanda juga bisa menipu. Berikut adalah dua hal yang berhubungan dengan sign (tanda) yaitu: symbol (simbol) dan signal (sinyal/tanda-tanda). Sebuah simbol, menurut perspektif Saussure, adalah sebuah tanda yang hubungan antara penanda dan petanda hanya seperempat rancu. Simbol sendiri adalah ‘tanda yang mewakili tanda’. Menurut Saussure: salah satu sifat dari simbol adalah tidak sepenuhnya rancu/membingungkan, namun ada hubungan asli yang tidak bisa serta merta tergantikan antara penanda dan petanda itu sendiri. Sebagai contoh simbol dari keadilan adalah sebuah neraca, yang mana tidak bisa seenaknya diganti dengan roda kereta misalnya. Simbol keadilan yang berupa neraca menjadi simbol keadilan yang terkuat secara universal. Terdapat sebuah hubungan yang logis antara sebuah neraca dan konsep keadilan. Namun kita tetap harus mempelajari apa hubungan antara neraca dan keadilan. Meskipun begitu ketika kita melihat sebuah neraca kita tidak serta merta berpikir mengenai dan menghubungkannya dengan keadilan. Dalam hal ini masalah konteks menjadi sungguh penting. Simbol adalah sesuatu tanda yang penuh arti secara mendalam, sehingga dalam memahami sebuah simbol seringkali tergantung dari apa latar belakang yang mereka bawa dari kebudayaan mereka kepada kebudayaan kita dan sebaliknya. Jadi dalam hal ini masalah referensi atau latar belakang pengalaman juga penting dalam memahami sebuah simbol.
Sebuah sinyal adalah sebuah tanda yang secara umum dipakai untuk mendapatkan respon dari penerimanya. Misalnya kibaran bendera checkers untuk memulai sebuah lomba balap mobil atau lampu lalu-lintas yang berwarna merah yang ‘memerintahkan’ para pengendara untuk menghentikan kendaraannya. Jadi tanda bisa berupa sebuah simbol atau sebuah sinyal.
Membaca Tanda Visual
Dalam membaca tanda-tanda visual, sekali lagi, diperlukan keluasan wawasan, kedalaman referensi dan memahami konvensi yang berlaku. Namun begitu tidak semua tanda dapat terbaca dengan baik dan jelas. Hal ini dapat terjadi karena:
-       Ada tanda yang sengaja disembunyikan atau tidak sengaja tersembunyi
-       Ada tanda yang sengaja dipalsukan
-       Perbedaan referensi, latar belakang budaya dan pengetahuan
Tanda yang sengaja disembunyikan terjadi apabila seseorang dengan sengaja tidak menampilkan tanda yang semestinya melekat pada dirinya, misal seorang yang sangat kaya namun dalam kesehariannya ia selalu sengaja tampil sederhana. Ia tidak pernah memakai atribut sebagai penanda bahwa ia adalah orang yang sangat kaya. Sedangkan apabila seseorang yang sangat kaya dengan atribut yang sesuai dengan kekayaannya namun orang tetap menilai bahwa ia adalah bukan orang kaya atau setidaknya penampilannya tidak pantas seperti orang kaya maka seperti itulah tanda yang tidak sengaja tersembunyi.
Sedangkan tanda yang dipalsukan adalah terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengatur tanda yang melekat pada dirinya dengan tujuan ingin menciptakan image atau impresi tertentu sesuai keinginannya. Sebagai misal seorang pengusaha yang lebih suka membeli sebuah mobil mewah daripada sebuah rumah sebagai suatu urutan kebutuhan. Karena dia mempunyai asumsi bahwa dengan mobil mewah maka akan memperlancar usahanya karena bonafiditas dirinya terangkat. Sedangkan rumah cukup dia sewa dengan asumsi rekan usahanya tidak akan pernah menanyakan apakah rumahnya hanya menyewa ataukah milik pribadi. Selain itu dia juga menyusun tanda-tanda lain berupa atribut-atribut seperti jam tangan bermerk, handphone hi-tech, pakaian, keanggotaan klub eksekutif dan lain sebagainya. Adapun dengan tanda-tanda yang disusun akan menunjang tujuannya.

Sebagai contoh, berikut disajikan petanda dan identitas gaya hidup yang dipakai oleh pria untuk menciptakan impresi, citra dan identitas, seperti model rambut, pakaian, perlengkapan, sepatu, kacamata dan dasi dengan referensi budaya dan lingkungan Barat
Obyek    Penanda    Petanda
Model Rambut    Rambut panjang/gondrong    Urakan (apalagi kotor)
    Rambut pendek    Pengusaha mapan
    Rambut sangat pendek    Homoseks atau militer (atau dua-duanya)
    Crew cut    Tentara
Kulit    Kecoklatan/terbakar matahari    Senang olah raga, suka jalan-jalan
    Pucat    Kaum intelek, kurang sehat
Celana    Levi’s/jeans belel    Casual, kaum pekerja
    Jeans rapi    Berkelas, kaya
    Jas lengkap    Eksekutif, pengusaha
Tas    Koper    Kuno
    Attache case    Tipe pengusaha biasa
    Tas tangan    Bergaya a la Eropa, gaya Itali gadungan
    Tas ransel    Penggemar olah raga luar ruang
    Tas belanja    Kaum petani
Alas kaki    Sandal    Seniman
    Sepatu bot    Kaum pekerja
    Sepatu pendaki gunung    Pecinta alam, pendaki gunung
Kacamata    Kacamata pilot    Kelas menengah mapan
    Bergagang kecil    Antik, aneh
    Kacamata hitam    Tipe preman, paranoid
Dasi    Dasi lebar    Pintar
    Dasi kecil    Kuno

Contoh di atas adalah bersifat relatif, pun juga belum tentu akan berlaku sebagai referensi di negara kita. Referensi tidak hanya merujuk pada kultur saja, namun juga akan berbeda menurut usia, strata sosial, kultur geografis, peristiwa aktual atau populer, kelompok sosial, tingkat pendidikan, pengetahuan kognitif dan sebagainya.

Tanda visual dapat kita pergunakan pada bidang-bidang seperti:
Bidang    Penanda    Petanda
Kesehatan    Gejala    Penyakit
fMiliter    Tanda pangkat    Tingkatan pangkat
Teater    Ekspresi wajah    Pernyataan emosi
Desain    Bentuk    Filosofi/konsep
Penyelidikan kejahatan    Petunjuk    Aksi kejahatan
Antropologi    Artefak    Periode budaya
Kisah roman    Berlian    Cinta abadi
Sosial    Rolls Royce    Status sosial

Sumber:
Arthur Asa Berger, Signs in Contemprary Culture, Longman, New York, 1984
________________________________________

Arthur Asa Berger, Signs in Contemporary Culture, Longman, New York, 1984, hal. 76




Komunikasi Visual



       Pernahkah terpikirkan oleh Anda, mengapa para pengendara/ pengemudi kendaraan bermotor berhenti di depan lampu lalu lintas yang menyala merah di persimpangan jalan? Mengapa mereka patuh ‘diperintah’ oleh sebuah lampu lalu lintas? (kecuali yang memang bandel atau ada polisi lalu lintas di situ). Lalu serentak mereka kembali menjalankan kendaraannya ketika lampu menyala hijau. Atau Anda para perempuan tak perlu jatuh malu hanya karena salah masuk ke toilet laki-laki di tempat umum?

       Itulah salah satu bentuk dari komunikasi visual. Kita dapat melihat – walau kadang kita tidak sadari – betapa luar biasa efek komunikasi visual itu. Polisi lalu lintas berkomunikasi dengan para pengguna lalu lintas dengan mempergunakan lampu pengatur lalu lintas. Pengelola gedung mempersilakan kita masuk ke toilet yang benar sesuai jenis kelamin kita.
Penglihatan merupakan indera yang memberi informasi yang cepat dan lengkap, diperkirakan bahwa 70% hingga 80% dari pengetahuan manusia diperoleh melalui indera mata. Selain memanfaatkan mata sebagai sarana utama untuk memahami dunia, manusia menterjemahkan informasi yang diterima indera lain ke dalam kesan penglihatan. Dengan demikian dalam berbagai hal indera penglihatan berfungsi juga sebagai terjemahan indera yang lain.
Perihal Komunikasi
Komunikasi dari bahasa Latin communicatio/communis yang berarti sama dalam hal makna mengenai satu hal. Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan, yang dapat terdistorsi oleh gangguan (noise), yang terjadi dalam konteks tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Manusia melakukan komunikasi dengan berbagai macam tujuan. Berbeda tujuan berbeda pula cara mengungkapkannya.
Cara berkomunikasi dapat menentukan pesan tersampaikan dengan baik atau tidak. Oleh sebab itu perlu diketahui beberapa bentuk komunikasi, yaitu:
a. Komunikasi verbal dan non-verbal.
Komunikasi verbal atau lisan (pendengaran, pengucapan atau bunyi-bunyian) menggunakan telinga sebagai sensasi dengar. Ada dua macam komunikasi verbal yaitu bahasa lisan dan auditory voice (musik, siulan, lonceng, kenthongan dan sebagainya)
Komunikasi non-verbal, yaitu yang berupa tulisan, seperti: surat, majalah, koran dan sebagainya.
b. Komunikasi tactual
Yaitu jenis komunikasi yang mempergunakan kulit sebagai sensasi rabaan. Misalnya: huruf Braille untuk tuna netra, contoh kertas, kain, keramik dan lain-lain.
c. Komunikasi olfactoral/gustatory
Menggunakan hidung sebagai sensasi penciuman.
Misalnya: contoh parfum.
d. Komunikasi pengecap
Menggunakan sensasi lidah sebagai sensasi rasa. Misalnya: contoh masakan
e. Komunikasi tubuh
Kinetika atau studi tentang gerakan tubuh dalam komunikasi non-verbal yang merujuk pada sikap tubuh dan gerakan tubuh lain (misalnya untuk tuna rungu), body language, seni peran, pantomime, tarian dan sebagainya.
f. Komunikasi teknologi
Terdiri dari bahasa pemrograman seperti HTML, Java Script atau melalui telepon, facsimile, televisi dan lain-lain.
g. Komunikasi visual
Menggunakan mata sebagai sensasi penglihatan.
Komunikasi visual termasuk salah satu bentuk penyampaian pesan yang memanfaatkan unsur-unsur rupa (contoh: bentuk, warna, komposisi, lambang dan lain sebagainya). Bahkan bentuk komunikasi ini telah dikenal jauh sebelum manusia mengenal aksara, seperti Hieroglyph di Mesir, keping tanah liat dari Sumeria, lukisan di dinding gua Altamira, Spanyol dan gua Leang-Leang Sulawesi.

Satu bahasa visual yang mewakili banyak bahasa
Meskipun manusia telah mempergunakan komunikasi tulisan dan verbal dalam kehidupan sehari-hari, namun komunikasi visual tetap memegang peranan penting dalam proses dan upaya penyampaian pesan. Dalam beberapa kasus, komunikasi visual lebih efektif dibandingkan jenis komunikasi yang lain. Pada keadaan perbedaan bahasa, keterbatasan literatur, ketiadaan teknologi komunikasi, hambatan cuaca, jarak ataupun situasi, maka komunikasi visual dapat dipergunakan di sini. Komunikasi visual bersifat universal, meskipun begitu tetap memerlukan konvensi/persetujuan untuk dapat sama-sama dipahami dan juga lingkup referensi yang sama.

Gerakan tangan untuk memandu pesawat terbang di landasan
Rambu lalu-lintas berlaku universal di seluruh dunia, petunjuk piktorial di bandara misalnya, mampu mengatasi masalah kendala perbedaan bahasa. Gerakan-gerakan tubuh menghasilkan pesan visual, kedipan lampu kode Morse dari kapal perang mampu mengatasi kendala jarak, asap merah atau peluru suar dari korban kecelakaan laut dapat mengatasi masalah penyampaian pesan dalam kendala cuaca dan geografis. Dalam situasi tidak boleh bicara maka dipakailah kode tangan dalam sepasukan tentara. Orang Indian Amerika memakai komunikasi visual berupa kepulan asap ketika belum ada teknologi canggih untuk berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari sekarangpun kita juga banyak memanfaatkan komunikasi visual, baik sebagai penyampai pesan pokok maupun sekedar alat bantu, seperti pada interface komputer, televisi, majalah, iklan hingga LCD/OHP di ruang kuliah/seminar.
Bahasa visual untuk mengatasi kendala bahasa verbal
Referensi:
Henry Dreyfuss, Symbol Sourcebook, McGraw-Hill Company, New York, 1972




Membuat Bahasa Visual



Dalam membuat sebuah bahasa visual pada umumnya pilihan unsur-unsur visual selalu diarahkan kepada bentuk-bentuk yang TEPAT, SEKSAMA dan LAZIM. Ketiga hal tersebut menjadi pedoman dalam hal memilih unsur visual. Dimaksud dengan TEPAT adalah mengenai sasaran, arti dan konteksnya. Visual yang tepat dengan konteks dengan mengindahkan siapa sasarannya. SEKSAMA artinya sesuai dengan apa yang hendak disampaikan (yang menjadi pesannya). LAZIM adalah unsur visual yang kita pilih sudah menjadi referensi umum, dikenal dengan baik dan dipakai secara umum.
Atau dalam istilah lain: sebelum kita menyusun bahasa visual maka kita harus perhatikan dahulu product knowledge-nya, yaitu apa yang akan kita sampaikan. Lantas siapa audience-nya (secara demografis, psikografis, teknografis dan sebagainya). Kemudian bagaimana cara kita menyampaikan (‘jenis bahasa’/’cara bicara’) atau konteks dan referensi pesan.
Menguasai Product Knowledge
            Setiap pesan yang akan disampaikan harus kita mengerti dan kuasai terlebih dahulu. Meminjam istilah dari periklanan: product knowledge harus diketahui terlebih dahulu. Jika pesan tersebut tentang produk atau jasa komersial maka kita harus tahu: problem produk, jenis produk, komposisi bahan, harga, varian produk, bentuk, konsumen, pesaing, keunggulan, kelemahan dan lain-lain. Jika non komersial/sosial ketahui terlebih dahulu: problem, tujuan kampanye, obyek dan lain-lain. Sedangkan apabila sebuah institusi kenali terlebih dahulu sejarahnya, jenis institusi, filosofi dan cita-cita, susunan direksi dan sebagainya.

Memahami Sasaran dan Referensinya
            Sebelum kita menentukan, memilih dan menyusun unsur-unsur visual pembentuk bahasa visual, ada satu hal yang penting yang harus kita lakukan dan ketahui terlebih dahulu, yaitu: kepada siapa kita tujukan pesan kita. Melalaikan sasaran berpotensi untuk menjadi sebuah pesan yang sia-sia. Ibarat kita akan berbicara dengan seseorang, tentu kita akan terlebih dahulu mengukur lawan bicara kita. Kepada seorang anak kecil tentu akan kita pakai intonasi dan gaya bahasa yang dipahami oleh anak kecil tersebut. Kepada Pak Lurah tentu kita akan memakai bahasa yang baku, terlebih pada acara yang resmi. Demikian pula bahasa, intonasi dan idiom yang kita ucapkan akan berbeda jika kita berbicara pada remaja, ibu-ibu rumah tangga, petani atau punkrockers. Bahasa yang seperti apakah yang akan kita pakai pada masing-masing lawan bicara tadi tentu harus kita pelajari terlebih dahulu. Terlebih lagi kita harus bisa menyamakan referensi yang kita miliki dengan yang mereka miliki dan sebaliknya.



Memahami Bahasa Tubuh


Body Language
1.    Komunikasi yang (umumnya) tidak disadari.
2.    Menunjukkan internal reality seseorang, yang ‘keluar ’ mendahului bahasa verbal.
3.    Sangat berpengaruh dan perlu dioptimalkan sesuai tujuan komunikasi.

Jika berlawanan dengan bahasa verbal, akan mengurangi kekuatan komunikasi. Namun jika selaras dengan bahasa verbal, akan menambah kekuatan komunikasi.

Manfaat mempelajari body language

Mengamati body language lawan bicara, contoh:
1.    Mengerti apa yang tidak terkatakan, dan ada dipikiran lawan bicara.
2.    Mengenali tanda kebohongan, tanda kebosanan, dan lain-lain.

Memperbaiki body language kita sendiri, contoh:
1.    Membangun hubungan dengan lebih cepat.
2.    Memper kuat pengaruh komunikasi.
3.    Menghindari kesalahpahaman dan misinfor masi.
4.    dan lain-lain.

Tidak universal sepenuhnya
Tidak semua bangsa memiliki arti yang sama untuk sebuah bahasa
nonverbal tertentu.
1. Orang India mengangguk artinya tidak setuju, bergeleng artinya
setuju. Bangsa lain melakukan sebaliknya.
2. Tangan mengacung dengan jari telunjuk dan jempol membentuk
lingkaran, bagi orang Perancis artinya nol, bagi orang Yunani artinya penghinaan, bagi orang Amerika artinya bagus.

1. Personal Space/Jarak Berdiri Antara 2 orang
Menandakan:
Wilayah geografis yang dipersepsikan sebagai teritori pribadi.
Jarak yang menunjukkan jauh dekatnya suatu hubungan antar a 2 orang.
Manfaat:
Untuk memacu keakraban, dengan sengaja perdekat jarak secara gradual saat berkenalan atau melobby seseorang.
2. Senyum Menandakan:
Perasaan orang sedang senang hati, nyaman, setuju.
Manfaat:
Tersenyum lebih dahulu, untuk merangsang orang match dengan Anda. Gabungkan senyuman Anda dengan anggukan.
3. Ekspresi muka
Menandakan:
Kondisi pikiran seseorang.
Manfaat:
Berdampak sangat besar pada pembentukan persepsi.
Ada orang yang ekspresi mukanya selalu nampak mismacth (bawaan lahir) maupun habituasi ( controlled face, poker face, wall face).
4. Open Posture
Menandakan:
Seseorang merasa terbuka, percaya diri.
Manfaat:
Membuat orang lain merasa Anda yakini.
Hindari:
-      Menyilangkan tangan.
-      Memasukkan tangan ke dalam saku/di belakang.
-      Memeluk barang secara defensif (tas wanita, dompet, dll)
5. Forward Lean (Tubuh condong ke depan ke arah lawan bicara)
Menandakan:
Lawan bicara tertarik pada pembicaraan kita.
Manfaat:
Membuat lawan bicara merasa nyaman, condongkan tubuh Anda, posisikan menghadap lawan bicara.
Bila posisi Anda di sampingnya, lakukan dengan agak miring.
6. Touch
Menandakan:
Orang merasa mulai akrab.
Manfaat:
Mempercepat keakraban, misalnya memberikan sentuhan berupa jabat tangan di awal pertemuan.
-      Lakukan sentuhan sepanjang dilakukan dengan sopan dan memungkinkan.
-      Sentuhan dianggap “netral” di punggung tangan. Lakukan sealami mungkin, tidak kelihatan nafsu atau menyengaja.
7. Eye Contact (soft and warm)
Menandakan:
Keterbukaan, apa adanya, terus terang.
Manfaat:
Meningkatkan keper cayaan lawan bicara pada kita dengan cara selalu bertatapan dengan mata lawan bicara secara hangat (senyum).
-      Tatapan di daerah sekitar area mata dan hidung.
-      Jangan main mata/piknik ke daerah erogen.
8. Anggukan kepala
Menandakan:
Persetujuan, afirmasi, akrab, suka (terkecuali orang India)
Manfaat:
Pada saat mendengar kan lawan bicara, anggukan kepala dengan halus dan sinkron. Saat terbaik adalah di setiap jeda kata lawan bicara, atau saat
kalimat mer eka memer lukan per setujuan.
Saat mengucapkan kali mat untuk mendapatkan per setujuan (ter masuk
kalimat perintah), maka anggukkan kepala Anda sendiri.
9. Meletakkan tangan seperti bertopang dagu/menelpon dengan kepala dan badan tegak
Menandakan:
Kondisi seseorang sedang menganalisa/menimbang pembicaraan orang lain.
Manfaat:
Hindari meletakkan tangan seperti itu saat mendengarkan lawan bicara.
10. Mengangkat satu kaki dan kedua tangan di belakang kepala
Menunjukkan:
Seseorang tengah merasa dominan, menantang, berkuasa.
Manfaat:
Hindari bersifat seperti ini.
11. Menggaruk belakang kepala/leher
Menandakan:
Kesan bohong/ragu.
Kesan lebih kuat jika muka dialihkan dari lawan bicara.
Manfaat:
Hindari melakukan seperti itu.
12. Menjulurkan tangan kepada lawan bicara dengan telapak tangan di atas
Menandakan:
Kesan jujur, terus terang.
Manfaat:
Saat mengatakan suatu fakta atau menanggapi tuduhan yang tidak benar,
lakukan hal ini dengan diser tai senyum datar .
13. Memukul tubuh sendiri (kepala, dahi atau paha)
Menandakan:
Sedang kelupaan atau menyalahkan diri sendiri.
Manfaat:
Jika lawan bicara melakukan itu, terima saja, jangan disalahkan lagi, gunakan sebagai face saving.
14. Tangan membentuk piramid
Menandakan:
Sikap percaya diri, punya pendapat yang diyakini.
Manfaat:
Lakukan saat diperlukan.
15. Menguasai Gerakan Tangan (menggambarkan sesuai dengan perkataan)
Menandakan:
Pembicara adalah orang yang berpikir secara visual.
Manfaat:
Untuk meningkatkan impresi kata-kata, gerakkanlah tangan mengikuti kata yang Anda jelaskan.
Akan lebih mudah diingat.

Pentingnya Intonasi (Aspek Vocal)
Intonasi
Untuk membuat pembicaraan jadi menarik.
Berbicara tanpa intonasi akan mengesankan bahwa pembicara sendiri tidak tertarik.

Intonasi punya manfaat penting lainnya berikut ini:
1. Nada
Untuk mendapatkan perhatian dengan cara nada diturunkan
Untuk menekankan kata penting dengan cara nada diturunkan
Contoh: Aspek berikut ini penting yakni adanya sistem perundangan yang berlaku di daerah (PERDA)
2. Tempo
Untuk menekankan suatu kata yang kita harapkan masuk ke bawah sadar.
Lakukan dengan tempo yang cukup p.e.l .a.n
Contoh: Jaman modern ini anak lebih banyak mengalami tantangan jadi
perlu sekali adanya u.p.a.y.a… p.e.r .l.i.n.d.u.n.g.a.n.
3. Timbre
Untuk membuat kata terkesan lebih mantap perberat tekanan kata.
Contoh: Jika riset sudah dilakukan, kita pasti aman.
Untuk membuat kata terkesan lebih enteng ringankan tekanan kata.
Contoh: Munculnya perbedaan adalah hal yang biasa.
4. Jeda
Untuk memancing munculnya rasa ingin tahu.
Untuk menimbulkan harapan (expectation).
Gunakan jeda tepat sebelum kata yang ingin dipicu r asa ingin tahu.
Contoh: “Hal terpenting dalam komunikasi adalah mempengaruhi………state of mind”.

Contoh:
Susi…, menggigit anjing mati
Susi menggigit…. , anjing mati
Susi menggigit anjing…, mati
Susi menggigit anjing! Mati?
Susi menggigit Anjing?… .. Mati!!!
Susi mengigit? Anjing!!! Mati …



Bahasa Tubuh (Teori Albert Mehrabian) (1)


Albert Mehrabian (lahir 1939, Guru Besar Emeritus Psikologi UCLA), dikenal akan publikasinya tentang pentingnya hubungan antara pesan verbal dan non-verbal. Temuannya mengenai inkonsistensi pesan mengenai perasaan dan sikap telah dikutip melalui berbagai seminar di berbagai belahan dunia dan dikenal dengan Hukum 7%-38%-55%.
Tiga Elemen Komunikasi dan Hukum 7%-38%-55%
Dalam penelitiannya, Mehrabian (1971) menghasilkan dua kesimpulan. Pertama, bahwa ada tiga elemen dalam komunikasi langsung (face to face):
1.     Tulisan
2.     Intonasi suara
3.     Bahasa Tubuh
Kedua, elemen non verbal yang sangat penting untuk mengkomunikasikan perasaan dan sikap, khususnya ketika terjadi ketidakselarasan: jika kata dan bahasa tubuh tidak sesuai, maka orang akan lebih condong percaya pada bahasa tubuh.
Ini menekankan bukan pada kasus bahwa elemen non verbal dalam segala pengertian selalu membawa bongkahan pesan, seolah-olah seperti yang sering disimpulkan orang selama ini.
Ketika menyampaikan suatu presentasi, sebagai contoh, materi berupa teks dari presentasi disampaikan seutuhnya secara verbal, namun isyarat-isyarat non verbal sangatlah penting dalam membawakan sikap pembicara berkenaan dengan ucapan yang dia sampaikan, dalam hal ini lebih meyakinkan.
Sikap dan keselarasan
Menurut Mehrabian, ketiga elemen ini memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda dari kecenderungan seseorang untuk menyampaikan pesan: kata-kata berperan 7%, intonasi suara berperan 38% dan bahasa tubuh 55%. Seringkali disebut sebagai 3V (Verbal, Vocal dan Visual).
Untuk komunikasi yang efektif dan bermakna untuk perasaan, tiga bagian pesan ini perlu saling mendukung satu sama lainnya – ketiga bagian ini semestinya “selaras”. Dalam kasus jika terjadi “ketidakselarasan”, maka penerima pesan bisa jadi terangsang oleh dua pesan yang datang dari dua saluran yang berbeda, memberi dua kesimpulan dari dua arah yang berbeda.
Contoh berikut barangkali dapat membantu mengilustrasikan ketidakselarasan komunikasi verbal dan non-verbal.
1.     Verbal: “Aku tidak punya masalah denganmu!”
2.     Non-verbal: orang tersebut menghindari kontak mata, nampak cemas, bahasa tubuh bersikap menutup/melindungi diri dan sebagainya.
Maka jadilah si penerima pesan lebih percaya pada bentuk komunikasi yang lebih dominan, yang mana Mehrabian menemukan bahwa non-verbal memiliki prosentase 38 + 55%, lebih dibanding dengan makna literal dari kata-kata (7%).
Penting untuk disampaikan bahwa dalam masing-masing studi, Mehrabian melakukan eksperimen untuk membagi komunikasi dalam perasaan dan perilaku (contoh: suka – tidak suka), dan pengaruh karena ketidaksesuaian proporsi antara intonasi suara dan bahasa tubuh berpengaruh hanya pada saat situasi yang mendua/ambigu. Keadaan ambigu tersebut muncul seringkali ketika kata-kata yang terucap tidak selaras dengan intonasi suara dan bahasa tubuh dari si pembicara (pengirim pesan).
Kesalahtafsiran atas Hukum Mehrabian
Hukum 7%-38%-55% telah banyak ditafsirkan berlebihan, beberapa orang menganggap bahwa dalam berbagai situasi komunikasi, makna dari sebuah pesan lebih banyak dibawa oleh isyarat-isyarat non-verbal, bukan dari makna kata-kata. Penyamarataan ini, mula-mula sudah ada sejak dari kondisi yang sangat spesifik dalam eksperimennya, yang mana disebut sebagai kesalahan dasar di seputar Hukum Mehrabian.
Untuk itu Mehrabian memberi pernyataan yang jelas mengenai hal ini sebagai berikut:
-       7% makna berasal dari kata-kata yang terucap
-       38% makna berasal dari paralinguistik (cara mengucapkan kata-kata atau intonasi suara)
-       55% berasal dari ekspresi wajah atau bahasa tubuh.



Corporate Identity (1)



Apakah Corporate Identity itu dan Mengapa begitu Penting?
            Kesan visual keseluruhan dari sebuah perusahaan merupakan kunci dari citra perusahaan. Semua perusahaan memiliki citra perusahaan (corporate image) – baik maupun buruk. Sebagian besar citra perusahaan dihasilkan dari corporate identity-nya (identitas perusahaan) seperti logo dan semua hal yang secara visual mengidentitaskan perusahaan tersebut (mulai dari kop surat hingga papan nama besar).
            Namun banyak perusahaan yang mengabaikan pentingnya suatu tanda visual yang baik untuk perusahaan dan mengaplikasikan secara konsisten untuk menghasilkan citra yang terbaik.
            Banyak perusahaan yang memiliki ciri khas (baik sengaja maupun tidak sengaja). Namun dalam beberapa kasus identitas visual kadangkala terjadi begitu saja tanpa rencana. Apakah si pemilik perusahaan minta tolong percetakan untuk membuatkan stationery (kop surat, amplop, kartu nama) atau identitas visual tersebut dibuat oleh orang yang sangat amatir.
            Namun apakah corporate identity ini begitu penting? Ya! Masyarakat pertama kali mengetahui sebuah perusahaan bukan dari orang perusahaan tersebut (baik pimpinan maupun karyawan), tetapi dari hal-hal yang sifatnya non-personal seperti: iklan, tulisan, kendaraan perusahaan, kemasan, gedung perusahaan. Tampilan visual inilah yang menjadi wakil perusahaan kepada masyarakat yang belum mengetahui perusahaan tersebut. Jika kesan pertama dari masyarakat tentang perusahaan tersebut negatif maka perusahaan akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan kepercayaannya di masyarakat.
            Fungsi dari corporate identity ini adalah untuk membuat sebuah perusahaan tampil sebaik mungkin. Sama halnya jika sebuah perusahaan mendandani dan meminta para karyawannya tampil sebaik mungkin secara fisik. Kesan pertama yang diciptakan oleh sebuah perusahaan (atau seseorang) merupakan kesan yang tidak bisa dilupakan selamanya. Jika kesan pertama buruk maka seterusnya masyarakat akan memberi cap yang buruk pula selamanya, meskipun perusahaan tersebut berkualitas sekalipun.
            Corporate identity secara nyata dapat diwujudkan berupa budaya atau kepribadian organisasi/perusahaan tersebut. Pada dasarnya bertujuan agar masyarakat mengetahui, mengenal, merasakan dan memahami filosofi organisasi/perusahaan tersebut
            Corpore identity terdiri dari 3 bagian yang digunakan dalam bermacam cakupan:
a.     Corporate Visual (logo, seragam dan sebagainya)
b.     Corporate Communication (iklan, public relations, informasi, publikasi dan sebagainya)
Corporate Behaviour (nilai-nilai internal, norma-norma dan sebagainya)

Apa yang Bisa Dilakukan oleh Corporate Identity?
            Barangkali kita bisa berpikir bahwa dengan mengganti corporate identity maka efek yang dihasilkan bisa secepat kita mendandani seseorang. Katakanlah kita ambil seorang gelandangan, kemudian kita suruh dia mandi, mengirimnya ke salon untuk perawatan rambut dan tubuh, memakai parfum, diberikan pakaian yang bagus dan kemudian kita berharap penampilannya seperti seorang top executive.
            Namun apakah semudah dan secepat itu corporate identity mengubah citra perusahaan? Tentu tidak! Mengubah secara visual tidak serta merta mengubah kenyataan tampilan kinerja perusahaan yang buruk. Tidak mungkin kita mengubahnya dalam sekejap. Semua harus melalui sebuah program lengkap dan terintegrasi. Untuk menjadi perusahaan yang sukses maka sebuah perusahaan harus tampil seperti perusahaan yang sukses. Namun begitu perusahaan yang berkualitas tetapi berpenampilan seperti perusahaan yang tidak berkualitas maka sama saja berada pada sebuah situasi yang sulit di pasar.

Siapa Sasaran Corporate Indentity?
            Umumnya orang mengira bahwa sasaran program corporate identity ini hanyalah konsumen dan calon konsumen saja. Sebenarnya ada beberapa sasaran yang bisa dituju oleh program corporate identity ini:
1.    konsumen dan calon konsumen
2.    karyawan perusahaan tersebut
3.    calon karyawan maupun pensiunan perusahaan tersebut
4.    pemerintah
5.    mitra perusahaan, supplier dan pemegang saham
6.    masyarakat umum
7.    pesaing

Corporate Identity: yang Bisa Dilakukan dan Tidak Bisa Dilakukan
            Sebuah program corporate identity walaupun dibuat sebaik dan sesukses mungkin tidak akan membuat perusahaan yang buruk menjadi baik secara tiba-tiba. Atau membuat konsumen datang berbondong-bondong untuk membeli produk perusahaan hanya karena corporate identity-nya berubah. Namun begitu corporate identity dapat melakukan beberapa hal:
1.    Mengurangi biaya program komunikasi dengan standarisasi visual.
2.    Membuat calon konsumen berpikir bahwa sebuah perusahaan adalah perusahaan yang modern, berorientasi teknologi tinggi, terpercaya atau apapun citra yang diinginkan. Tentu saja disesuaikan dengan kemampuan realitas yang ada.
3.    Membantu menarik calon karyawan yang potensial untuk melamar di perusahaan tersebut.
4.    Membantu memberikan pengaruh kepada pemerintah atau pihak ketiga lainnya (bank, investor dan lain-lain).
5.    Membantu memenangkan persaingan.
6.    Meningkatkan citra perusahaan secara internal

Corporate identity dapat membantu perusahaan meningkatkan beberapa hal seperti di atas. Namun corporate identity tidak dapat membuat sebuah perusahaan yang terpuruk menjadi perusahaan yang sukses secara tiba-tiba.


Corporate Identity (2)



Logo sebagai salah satu elemen dalam corporate identity menjadi penting. Dapat dikatakan bahwa logo adalah ujung tombak dari corporate identity. Maka sebuah logo haruslah tampil sebaik mungkin. Visualisasi logo yang baik menurut David E Carter mencakup beberapa pertimbangan antara lain :
1.    Original and Destinctive: memiliki nilai kekhasan, keunikan dan daya beda yang jelas.
2.    Legible: mempunyai tingkat keterbacaan yang cukup tinggi meskipun diaplikasikan dalam berbagai ukuran dan media yang berbeda-beda.
3.    Simple: sederhana dalam pengertian mudah ditangkap dan dimengerti dalam waktu yang relatif singkat.
4.    Memorable: cukup mudah untuk diingat, karena keunikannya, bahkan dalam kurun waktu yang relatif lama
5.    Easily assosiated with the company: logo yang baik akan mudah dihubungkan / diasosiasikan dengan jenis usaha dan citra suatu perusahaan.
6.    Easily adaptable for all graphic media: faktor kemudahan aplikasi logo, baik menyangkut bentuk, warna, maupun konfigurasi logo pada berbagai media grafis perlu diperhitungkan pada saat proses perancangannya agar tidak menimbulkan kesulitan dalam penerapannya.
David E. Carter juga membuat klasifikasi bentuk logo:
1.    Product oriented mark: bentuk logo yang ada hubungannya dengan produk perusahaan.

The abstract: logo yang bentuknya tidak berhubungan dengan produk atau apapun (inisial, nama atau lainnya).

The name and design together: dalam logo ini nama perusahaan menjadi bagian dari logo.

The name alone: logo yang berupa jenis huruf khusus, tulisan tangan yang berbeda dengan jenis huruf lainnya.

Initials: memakai inisial (singkatan nama) sebagai bentuk logo.

The initial and design together: seperti pada jenis the name and design together namun berupa inisial.



Sumber:
David E. Carter, Designing Corporate Identity Programs for Small Corporation, Art Direstion Book Company, New York, 1985

Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang  contoh iklan logo parfum dalam bahasa inggris

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang MODUL PERKULIAHAN 

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.


buka contoh marketing : element.esaunggul.ac.id/file.php?file=%2F6026%2FMengenal...

No comments:

Post a Comment