Kalem aja
Kalem aja |
Hidup bakal terus berjalan. Ngga kerasa juga, ternyata kita udah bukan anak-anak seperti dulu. Bahkan mungkin bukan lagi remaja tanggung yang segalanya serba bingung. Udah bukan juga tipikal pemuda-pemudi yang cuma bisa ikut-ikutan asal rame, apalagi asal-asalan asal bareng. Udah bukan waktunya lagi.
Dewasa sih mungkin belum, tapi remaja juga udah bukan. Transisi menuju kematangan, mungkin bahasa baku yang paling tepat. Umur-umur kepala dua yang dipenuhi dengan kuncup kedewasaan yang mulai tumbuh diselingi dengan kekanakan yang masih kinyis-kinyis.
Cie, yang udah kepikiran buat nikah. Apalagi yang semester akhir, juga yang baru kelar banget kuliahnya. Udah merasa underpressure kah dengan dorongan internal dirimu, entah itu penyaluran hasrat biologis semata, dorongan menunaikan separuh agama, atau cuma buat ngasi cucu buat papa mama? Atau justru ada dorongan eksternal macam tekanan psikologis tetangga, dari selepetan temenmu yang udah duluan nikah muda, atau karena apa?
Ya banyak faktor dan hampir semua bisa dikatakan manusiawi. Kata orang tua, udah waktunya. Makanya sebagian orangtua yang anaknya udah cukup umur kadang kok ngebet banget nanya-nanya soal gebetan anaknya, “udah ada apa belom? Sini dong bawa ke rumah, kenalin”, udah ngalamin?
Atau ada sebagian lagi yang secure, jadi malah orangtuanya yang sibuk nyariin pasangan buat anaknya. Mulai grasa-grusu nanyain anak tetangga, nanyain anak pemuka agama yang kira-kira masih ready stock atau bahkan udah direncanain untuk perjodohan sejak lama. udah ngalamin?
Ya, manusiawi lah ya.
Tapi, ada kok sebagian kita yang masih kalem-kalem aja gitu. Bukannya ngga kepikiran, tapi toh hal itu ngga menyita seluruh pikiran. Menikah, sudah masuk ke dalam rencana kehidupan tapi belum masuk top chart priority yang harus segera dilaksanakan. Penting, tapi tak genting.
Ada kok yang udah beres kuliah yang ngga kepikiran nikah dulu. Entah ya, ada rencana dan mimpi-mimpinya yang lebih dulu mendesak untuk segera dilaksanakan. Bisa jadi mau berwirausaha, mau jadi volunteer antar bangsa, atau mau melanjutkan S2, misalnya. Berbagai rencana yang nantinya mampu memimpin jalannya untuk menatap masa depan, bahkan yang begitu idealis seperti ingin turut serta untuk jadi aktor kemajuan negara dan bangsa. Whoa.
Jadi ya kalem, aja. Karena ya itu memang pilihan. Meskipun ya, stigma dan paradigma yang berkembang di masyarakat kita istilahnya akan selalu jadi angin di musim kemarau, membuat kering dan mampu membuat apapun menjadi terbakar. Mampu membuat hati kita jadi kesal dan bahkan bisa jadi emosi bila tak pandai dikelola.
Tapi buat yang punya rencana jelas dalam hidupnya, justru ya tak usah risau dan gelisah. Kalem aja. Mimpi, tujuan sekaligus rencana yang mengiringinya akan membuat diri kita jadi lebih tegar untuk menghadapi segala kemungkinan di depan. Kita hanya memandang perspektif berbeda dengan orang lain, dan itu adalah hak sekaligus tanggung jawab yang kita emban sendiri.
Jadi kalem aja, kalau pada umur kepala dua ini masih disibukkan dengan kegiatan positif dalam lingkungan akademik, pergaulan komunitas, penyaluran minat bakat pribadi atau pergerakan progresif pada masyarakat. Bila memang masih diberi kesempatan dan memang dibutuhkan, kenapa tidak.
Katakan pada diri, bahwa kita tidak memilih untuk hidup pada stigma yang diberikan orang lain tapi tetap menghormatinya. Bahkan kalau kita sudah yakin akan pilihan kita, tak perlu rasanya untuk berdebat membela diri. Kalem aja, senyumin aja.
kalau ada yang ngajak debat tentang pernikahan yang dipatok dari umur, ya kalem saja. Katanya lelaki kalo nikah bagusnya umur segini, perempuan umur segini. Pahami saja bahwa umur tak jadi dasar kuat, meskipun umur jadi skala paling mudah karena sifatnya kuantitatif dan dapat dihitung. Kedewasaan toh tak selalu linier dengan umur.
Dan sudahlah, tak perlu berdebat siapa yang paling benar. Kalem saja. karena kalau makin ditanggapi, justru kita semakin baper nantinya. Kembali lagi pada tujuan hidup, apa yang kita pilih ya jalani dulu. Kalau yakin bahwa apa yang kita mau lakukan itu sifatnya ibadah, karena menikahpun ibadah, maka pada kitalah pilihan untuk menjalankan ibadah yang mana terlebih dahulu :)
Ya sudah. Kalem aja. Tapi bukan kalem yang apatis, lho. kalem yang progresif, kalem yang mempersiapkan, kalem yang terencana. ketika misalnya kita membela alasan kenapa kita masih menunda menikah, seharusnya kita juga punya alasan untuk kapan waktunya menikah itu tiba sekaligus alasan kuatnya. Jangan hanya bisa menunda, tapi rencana hari-H nya aja ngga tau kapan. Ntar blunder, dong. Makanya disiapin aja ya.
Tuntaskan dulu kewajiban yang kita punya, capai dulu prioritas apa yang kita inginkan :)
India Trip: Ribetnya Membeli Tiket Kereta
Banyak jalan menuju Roma. Banyak pula jalan dari Kolkata menuju Sikkim.
Yang pertama, yang paling mahal tapi cepat dan nyaman, tentu saja menggunakan pesawat terbang. Air India, Indigo dan Jet Airways adalah penerbangan-penerbangan yang melayani rute ini.
Opsi lainnya adalah menggunakan kereta. Ya, kereta. India termasuk salah satu negara yang mengandalkan transportasi kereta. Karena ingin merasakan sensasi naik kereta di India, dan mengirit biaya perjalanan yang mulai membengkak, kami mengambil opsi ini. Sayangnya pembelian tiketnya ternyata tak mudah, walau ternyata setelah dijalani, tak terlalu susah juga.
Begini caranya.
1. Buka situs cleartrip.com. Situs ini melayani pembelian online semua rute kereta India. Sebenarnya, situs resmi pemerintah IRCTC (Indian Railway Catering & Tourism Corporation) juga menyediakan jasa pembelian online namun pembayarannya hanya bisa menggunakan kartu kredit American Express. Sementara situs cleartrip menerima semua jenis kartu.
india
2. Buat akun di situs ini terlebih dahulu, bisa dengan memasukkan email atau connect ke facebook. Saya sih menyarankan jangan connect ke facebook, lebih baik daftar via email aja.
3. Setelah buat akun, coba booking tiket kereta. Masukkan kota tujuan yang ingin dibooking. Akan keluar sederetan kereta yang bisa dipilih. Pilih aja yang sesuai waktu yang diinginkan, lalu tekan “check availability”.
Untuk menuju Sikkim, saya harus naik kereta ke New Jaipaiguri. Ada beberapa kereta yang berangkat ke sana. Kami akhirnya memilih Darjeeling Mail karena menurut info, ini kereta terbaik. Hahaha…enggak juga sih, sebenarnya kami pilih kereta ini karena cocok dengan jadwal kami. Darjeeling berangkat pukul 22.00 dan sampai jam 8 pagi, sementara kereta yang lain ada yang berangkat lebih awal, ada pula yang berangkat lebih malam.
india-2
4. Nah, ga seperti di negara lain, untuk booking kereta di India, kita harus punya akun IRCTC. Akun ini bisa didapatkan dengan mengisi formulir yang keluar begitu tombol check availability ditekan.
5. Isi formulir yang ada. Untuk nama, mereka minta dua kata tapi tak lebih dari 13 huruf. Teman saya punya nama hanya satu kata, jadi di kata keduanya saya isi saja dengan inisialnya. Untuk nomer telepon, mereka minta nomer telepon di India. Nomer telepon ini akan digunakan untuk mengirim SMS OTP (semacam sms untuk verifikasi). Kalau punya nomer India, silakan isi. Kalau tak punya, jangan khawatir, isi saja dengan nomer telepon asal-asalan, yang penting berawalan 9 dan jumlahnya 10 angka, misalnya 9123456789. Zip kode, isi saja asal-asalan juga, toh tak akan berpengaruh.
6. Setelah register, akan ada email balasan dari care@irctc.co.id. Email pertama isinya semacam pemberitahuan kalau registrasi berhasil. Abaikan saja. Email kedua, berisi user id dan password akun, serta pernyataan soal mobile verification code yang akan dikirim via mobile phone. Ada pula link yang bisa diklik, tapi ingat yaa: “jangan klik link-nya!”.
7. Ini yang bikin ribet. Untuk “meresmikan” akun IRCTC, perlu mobile verification code. Nah, kode ini akan dikirimkan via nomer handphone yang tadi dimasukkan ke formulir. Karena nomer tadi adalah nomer asal-asalan, yang harus dilakukan adalah mengirim “email cinta” kepada IRCTC customer care (care@irctc.co.in), disertai attachment berupa scan paspor. Emailnya isinya cuap-cuap aja, minta dikirimkan SMS OTP dan Email OTP. Yang penting ada nama lengkap, tujuan, dan scan paspor yang ga lebih dari 1MB.
8. Setelah itu, mereka akan mengirimkan beberapa email lagi. Email pertama isinya soal mereka telah menerima imel kita dan akan ditindaklanjuti. Email kedua, baru deh berisi mobile verification code (SMS OTP). Biarkan saja dulu hingga menerima email ketiga dengan subject “SUCCESSFUL REGISTRATION….”. Di email ini ada Email OTP.
Berapa lama email ini didapat? Tergantung tingkat keberuntungan, sepertinya. Ada yang dapat sekitar 3 hari, ada yang dalam hitungan jam sudah dapat balasan. Saya, yang keberuntungannya di tengah-tengah saja, mendapat email ini sekitar 1 hari kemudian.
9. Lihat sampai ke bagian bawah email, hingga melihat tulisan ” in order to verify for partner website……” dan ada link. Klik link tersebut. Jika tak bisa, coba klik ini http://www.cleartrip.com/trains/irctc/account/activate. Yang perlu diingat, kode OTP ini semacam kode sekali pakai. Jadi jangan pakai untuk mengaktifkan akun di tempat lain selain di cleartrip.
Kesalahan ini yang saya alami. Karena di email pertama sudah ada link, saya mengganggap itu adalah link untuk mengaktifkan akun IRCTC. Memang benar, tapi hanya untuk akun di website resmi IRCTC. Dan, karena OTP saya sudah terpakai, saya tak bisa mengaktifkannya lagi via cleartrip. Alhasil, saya harus mengirim email ulang ke pihak IRCTC dan mengulangi proses ini dari awal. :((
10. Setelah selesai, langsung deh bisa booking kereta di India. Oiya, pemesanan kereta ini hanya bisa dibuka di atas jam 12 waktu India. Jam 8-12, sistemnya ditutup.
11. Setelah selesai, pihak cleartrip akan mengirim imel reservasi. Jika statusnya confirmed, artinya masalah Anda beres. Tinggal tunggu hingga hari H. Tapi jika statusnya WL alias waiting list seperti saya, yang harus dilakukan adalah mengecek status setiap saat, masih single atau udah double #eh.
Gimana, ribet kan?
PS: sebelum membeli tiket kereta India ini, saya lagi-lagi berguru dari situs favorit saya: seat61
buka contoh marketing : https://jilbabbackpacker.com/2015/05/16/perjalanan-ke-india-ribetnya-membeli-tiket-kereta/
No comments:
Post a Comment