PROMOSI PERPUSTAKAAN DAN MINAT BACA

 PROMOSI PERPUSTAKAAN  DAN  MINAT BACA

buzz marketing, guerilla marketing, integrated marketing, integrated marketing communications, marketing, marketing mix, marketing news, niche marketing, sports marketing, word of mouth marketing
 PROMOSI PERPUSTAKAAN  DAN  MINAT BACA

contoh iklan dalam bahasa inggris dan arti beserta slogan - 0LEH: NURCAHYONO


BIMBINGAN TEKNIS                              PENGUATAN TENAGA PERPUSTAKAAN                                        SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK )



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH

2013
PROMOSI PERPUSTAKAAN
DAN  MINAT BACA

OLEH: NURCAHYONO


Tujuan dari penulisan bahan ajar ini adalah memberikan pemahaman kepada peserta tentang pengertian promosi perpustakaan, pentingnya promosi perpustakaan dan strategi peningktan minat baca di perpustakaan. Dengan mengikuti tataran ini diharapkan peserta dapat melakukan promosi perpustakaan dengan tujuan meningkatkan minat peerta didik untuk dating ke perpustakaan dalam rangka mengembangkan minat.


Mata tataran ini menguraikan pengertian promosi perpustakaan sekolah, strategi promosi perpustakaan sekolah dan bentuk-bentuk promosi perpustakaan sekolah. Selain itu dalam mata tataran ini juga dibahas tentang minat baca, cara menumbuhkan minat baca bagi peserta didik, peran perpustakaan dalam menumbuhkam minat dan kebiasaan membaca, cara menumbuhkan kesadaran tentang keterlibatan siswa dalam berbagai aspek kepedulian terhadap perpustakaan sekolah melalui kegiatan ekstra kurikuler perpustakaan, seperti “Sahabat Perpustakaan” dalam menumbuhkan kecintaan peserta didik terhadap perpustakaan. Membahas program kerja ekstra kurikuler perpustakaan sekolah.


A. Promosi Perpustakaan
    Promosi adalah mekanisme komunikatif persuasif pemasaran dengan memanfaatkan teknik-teknik hubungan masyarakat. Promosi merupakan forum pertukaran informasi antara organisasi dan konsumen dengan tujuan utama memberi informasi tentang produk atau jasa yang disediakan oleh organisasi, sekaligus membujuk konsumen untuk bereaksi terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Reaksi konsumen terhadap promosi dapat muncul dalam berbagai ragam dan bentuk, mulai dari tumbuhnya kesadaran sampai pada tindakan untuk memanfaatkannya.
    Promosi merupakan kegiatan penting pada suatu organisasi, apalagi untuk organisasi yang bergerak dalam bidang usaha dan jasa. Bagaimanapun produk yang berupa barang dan jasa. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah menghasilkan produk dan jasa yang perlu disampaikan kepada masyarakat sekolah. Perpustakaan sekolah yang ditata dengan baik dan dilengkapi dengan koleksi yang mutakhir serta menyediakan berbagai aktifitas tidak ada gunanya jika tidak diketahui atau dimanfaatkan oleh sebagian besar konsumennya.

1. Tujuan Promosi
     Dalam bidang usaha atau jasa tujuan promosi adalah memperkenalkan atau menaikkan citra dan popularitas dari barang atau jasa yang akan dijualnya. Menurut Jerome dan Andrew kegiatan promosi sedikitnya mempunyai empat tujuan yaitu:
a.    untuk menarik perhatian
b.    untuk menciptakan kesan
c.    untuk membangkitkan minat
d.    untuk memperoleh tanggapan.

    Tujuan promosi adalah untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap, perilaku dari penerima dan membujuk mereka untuk menerima konsep, pelayanan, ide, atau barang yang dipromosikan. dalam hal jasa dan perdagangan promosi adalah usaha penjual untuk membujuk calon pembeli untuk menerima produk, pelayanan atau ide yang sedang dipromosikan. Perpustakaan sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang jasa tentunya dapat mengadopsi prinsip-prinsip promosi dalam bidang kegiatannya. Berdasarkan prinsip promosi yang telah diuraikan, maka tujuan promosi perpustakaan sebenarnya adalah untuk memperkenalkan perpustakaan, koleksi, jenis koleksi yang dimiliki, kekhususan koleksi, jenis layanan dan manfaat yang dapat diperoleh pengguna perpustakaan. Melalui kegiatan promosi diharapkan masyarakat mengetahui pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan sehingga membuat mereka tertarik dan mengunjunginya. Sebenarnya secara sadar atau tidak, pustakawan sudah melakukan kegiatan promosi, akan tetapi kegiatan yang mereka lakukan kebanyakan tidak terencana, karena memang kegiatan ini bukan tujuan utama mereka. Seperti halnya melakukan pameran buku baru, peningkatan kualitas layanan, penampilan citra perpustakaan merupakan aspek-aspek kegiatan promosi yang sudah diterapkan di perpustakaan, meskipun dilakukan secara tidak sadar tadi.
   
2. Tujuan dan Bentuk Promosi Perpustakaan
Menurut Sudariyah Nasution, tujuan promosi perpustakaan adalah untuk menggairahkan minat baca serta menambah jumlah orang yang gemar membaca agar koleksi perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Sedangkan menurut Nurhadi, ia memakai slogan “tak kenal maka tak sayang” slogan yang sederhana ini sudah terkenal, dan memang dengan slogan ini perpustakaan harus memperkenalkan dirinya ke masyarakat. Masyarakat kita sepertinya kurang mengenal perpustakaan, jika mereka sudah mengenal perpustakaan sampai pada kemudahan dan manfaat yang diperoleh niscaya perpustakaan di negeri kita ramai dikunjungi penggunanya. Menurut Edsall, tujuan promosi perpustakaan adalah memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang adanya pelayanan perpustakaan; mendorong masyarakat untuk menggunakan perpustakaan; mengembangkan pengertian masyarakat agar mendukung kegiatan perpustakaan dan perannya dalam masyarakat.
    Sebagaimana dinyatakan oleh Sulistyo-Basuki bahwa untuk mengenalkan serta memasarkan jasa perpustakaan, perpustakaan tidak cukup hanya membangun jasa informasi serta mengharapkan masyarakat akan memenuhi perpustakaan. Memang selalu ada orang yang ingin tahu namun jumlahnya hanya sedikit. Sebagai ketentuan umum, masyarakat perlu selalu diingatkan secara terus menerus dan efektif akan eksistensi jasa perpustakaan serta apa saja yang dapat dilakukan. Hal ini perlu dilakukan karena pustakawan tidak dapat meramalkan kapan keperluan mereka akan informasi segera timbul. Karena itu pustakawan perlu mengusahakan agar publisitas dapat diperoleh melalui berbagai bentuk serta keluaran sesuai dengan kemampuan keuangan.
Berikut ini adalah metode memamerkan jasa perpustakaan baik dengan menggunakan bantuan alat elektronik maupun yang tidak menggunakan bantuan peralatan elektronik, sebagi berikut.

1. Nama dan Logo
    Sampai saat ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan pustakawan mengenai perlu tidaknya sebuah jasa memiliki nama khas. Perpustakaan perlu sebuah nama yang khas karena nama yang mudah diingat akan mudah diingat oleh pemakai perpustakaan. Nama khas juga menunjukkan sifat jasa yang khas pula. Nama khas ini menandai jasa baru sebuah perpustakaan walaupun masyarakat sering tidak mengetahui bahwa jasa baru tersebut sebenarnya dikaitkan dengan perpustakaan. Untuk Indonesia masih sulit dicarikan contoh sebuah jasa informasi yang dikenal umum: demikian dikenalnya sehingga masyarakat tidak mengetahui bahwa jasa tersebut sebenarnya merupakan bagian jasa perpustakaan. Di beberapa negara maju seperti Inggris, Australia, dan Amerika Serikat, berbagai jasa informasi masyarakat dilancarkan oleh perpustakaan. Di samping nama khas, adanya simbol atau logo akan membantu masyarakat untuk segera mengenali jasa tersebut.

2. Poster dan Leaflet
    Salah satu cara sederhana dan efektif mengenalkan jasa informasi perpustakaan ialah melalui poster, atau selebaran (leaflet), untuk dipamerkan atau dipencarkan melalui berbagai cara. Poster dan selebaran yang dibagikan tidak perlu canggih atau mahal, melainkan yang sederhana dan murah, dengan menggunakan sumber minimum disertai sedikit imajinasi dapat diperoleh hasil yang memuaskan.
    Poster merupakan sarana murah untuk menyampaikan sejumlah informasi. Poster yang dibuat perpustakaan hendaknya mencantumkan nama jasa, alamat, nomor telepon (bilamana ada), jam buka, jasa apa saja yang ditawarkan, serta ditujukan untuk siapa saja. Lazimnya poster tidak lebih besar daripada kertas berukuran A3 (298 x 420 n-im) atau Lebih baik bila menggunakan kertas berukuran A4 (210 x 298 mm).
    Pada umumnya leaflet berukuran 1/3 dari A4 (jadi berukuran 99 x 210 mm), terdiri dari satu lipatan atau lebih sehingga terdiri dari beberapa sisi. Sisi depan dihiasi dengan desain yang menarik agar masyarakat tertarik. Bila tertarik mereka akan mengambil leaflet tersebut. Leaflet berisi keterangan mengenai jasa perpustakaan,.namun hendaknya diusahakan agar kata-kata yang dimuatnya tidak terlalu banyak. Hendaknya pustakawan berpegang pada prinsip kualitas, bukannya kuantitas. Leaflet harus bersih, mudah dibaca, serta langsung ke sasaran. Gunakan ilustrasi atau kartun untuk menekankan kalimat. Leaflet berfungsi sebagai pencipta citra sekaligus memberikan informasi.

3. Pameran
    Pameran atau peragaan merupakan sarana menyampaikan informasi pada pengunjungn dalam jumlah besar. Melalui pameran, pustakawan berusaha menyajikan berbagai aspek jasa informasi. Penyajian ini sebaiknya mencakup semua jasa informasi namun dalam bahasa sederhana. Tulisan harus besar dan jelas serta ringkas. Pameran haruslah bersifat visual artinya dapat dilihat oleh mata. Karena itu dalam parneran diikutsertakan foto untuk memberi jasa perpustakaan. Seyogyanya foto yang dipamerkan bukanlah foto yang sengaja diambil untuk pameran melainkan foto yang diambil dalam situasi wajar. Foto yang diikutsertakan hendaknya foto berukuran besar karena dampaknya dalam pameran sangat positif. Foto yang dipamerkan dapat foto hitam putih atau warna.

4. Press release
Setiap press release harus mampu menjawab lima W yang terdiri dari What, Who, Where, When, Why artinya Apa, Siapa, Di mana, Bilamana, Mengapa. Jawaban terhadap ke lima W hendaknya tercakup dalam kalimat pertama atau kedua. Urutannya tidak perlu kaku. Kedua kalimat pertama merupakan kalimat penting karena harus memuat ringkasan isi berita sehingga redaksi surat kabar secara sepintas dapat mengetahui isi press release. Pustakawan dapat menguraikannya kemudian. Dengan cara inilah berbagai berita dimuat dalam surat kabar. Hal tersebut juga memungkinkan redaksi memotong paragraf dari seluruh cerita serta menyesuaikannya dengan ruang yang tersedia.
a    Usahakan agar kalimatnya pendek-pendek.
b    Gunakan kalimat aktif bukannya pasif.
c    Hindari penggunaan istilah lokal karena istilah tersebut tidak selalu dipahami pembaca. Bila menggunakan akronim maka pada waktu pertama kali menyebut akronim harus menyertakan kepanjangannya.
d    Gunakan kutipan bilamana memungkinkan.

5. Siaran Radio
    Radio dapat digunakan sebagai sarana pemencaran informasi mengenai jasa perpustakaan. Perpustakaan dapat menggunakan RRI (Radio Rebublik Indonesia), radio Pemerintah Daerah, atau radio swasta untuk mengeluarkan pengumuman atau berita tentang kegiatan perpustakaan. Pemuatan berita biasanya cuma-cuma. Hanya saja berita yang disiarkan haruslah singkat, yang penting menyebutkan adanya peristiwa, tanggal, waktu, tempat, dan nama orang yang perlu dihubungi serta nomor teleponnya. Kirimkan berita secara terinci ke pemancar radio beberapa saat sebelumnya. Bilamana berita tersebut berkaitan dengan kepentingan umum, mungkin pemancar radio yang bersangkutan akan mengundang pustakawan untuk wawancara atau wawancara melalui telepon. Bilamana memungkinkan, pustakawan mendatangi stasion pemancar karena wawancara yang dilakukan di studio menghasilkan suara yang bersih dan jernih, bebas dari derau (noise). Hal tersebut memungkinkan terjalinnya kontak antara pustakawan dengan staf radio.

6. Ceramah
    Ceramah merupakan cara murah untuk mempublikasi jasa informasi perpustakaan. Ceramah ini dapat diberikan pada berbagai kelompok masyarakat. Walaupun jumlah hadirin terbatas, kesempatan ceramah harus digunakan tidak saja untuk menceritakan jasa perpustakaan melainkan juga cara memperoleh masukan dari hadirin. Masukan ini diperoleh dari diskusi dan tanya jawab seusai ceramah. Mungkin saja yang berbicara pada pustakawan orang yang sudah pensiun atau manusia usia lanjut. Hal tersebut tidak dapat diremehkan karena mereka memiliki kemampuan menyebarkan informasi tentang jasa perpustakaan kepada orang lain.
    Dalam ceramah, usahakan untuk berbicara seringkas mungkin dengan menggunakan bahasa sederhana serta bila perlu ditunjang dengan media pandang dengar. Kesempatan tersebut dapat juga digunakan untuk membagi-bagikan leaflet, booklet, lembar informasi, dan sebagainya. Bilamana mungkin, undanglah kelompok masyarakat mengunjungi perpustakaan serta mendemonstrasikan sumber informasi serta peralatan yang ada. Hal ini dapat menimbulkan kesan bagus bagi para pengunjung.

7. Iklan
    Iklan di sini bukannya iklan surat kabar melainkan iklan pada tempat yang dilalui umum seperti shelter bis, stasiun kereta api dan bus, pompa bensin, toko swalayan, dan pusat pertokoan. Tempat iklan di kawasan tersebut tidaklah murah, namun efektif, karena itu perlu dikelola secara professional. Bila perpustakaan merupakan badan bawahan dari sebuah organisasi atau lembaga yang besar maka mungkin saja perpustakaan menggunakan kesempatan dalam kegiatan badan induk. Bagi perpustakaan umum mungkin dapat dicoba menyurati
perusahaan angkutan umum untuk menjajagi kemungkinan tersedianya sedikit ruang untuk iklan jasa perpustakaan.

3. Promosi Untuk Perpustakaan Sekolah
    Perpustakaan sekolah juga perlu melakukan promosi kepada siswa dan atau guru di lingkungan sekolah tersebut. Tentunya promosi yang dilakukan oleh perpustakaan sekolah agak berbeda dengan perpustakaan umum atau jenis perpustakaan lain karena sasarannya berbeda. Bentuk promosi yang bisa dilakukan oleh perpustakaan sekolah misalnya seperti berikut ini.
a.    Pembuatan Poster atau Leaflet
    Proster dapat ditulis tangan pada kertas manila atau pada kertas lain dengan ukuran agak besar dan ditempatkan pada ruang perpustakaan atau papan pengumuman sekolah. Isi poster misalnya tentang himbauan pentingnya membaca.
b.    Pameran buku
        Pameran buku dapat dilakukan oleh perpustakaan secara periodik, misalnya bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional, Hari Kebangkitan Nasional, atau pada Hari Aksara Internasional. Buku yang dipamerkan dikaitkan dengan tema hari peringatan. Misalnya pada hari Kebangkitan Nasional maka buku yang dipamerkan dapat berupa buku-buku tentang kepahlawanan dan perjuangan bangsa melawan penjajah.
c.    Penataan ruang perpustakaan yang baik
        Penataan ruangan yang baik, rapi bersih, tersedia tempat baca yang nyaman dan menyenangkan merupakan kegiatan promosi perpustakaan. Meskipun ini secara promosi tidak langsung akan tetapi pengaruhnya cukup kuat untuk mengajak atau membujuk siswa untuk datang ke perpustakaan.
   
D. Minat Baca


Minat adalah suatu keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat baca berarti suatu keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi terhadap bahan bacaan. Bahan bacaan atau koleksi Perpustakaan yang diminati pemakai adalah yang mengandung manfaat atau nilai sesuai dengan kebutuhan pembaca yang bersangkutan. Misalnya, bermanfaat untuk menambah pengetahuan, memberikan kesenangan, hiburan, memberikan rasa kepuasan batin, bahkan rasa bangga yang ada pada diri pembaca.
Setiap orang memiliki minat baca yang berbeda berdasarkan tingkatan minat atau ketertarikan terhadap bahan bacaan, baik yang ada di rumah, di perpustakaan ataupun di mana saja. Kebiasaan orang mebaca bias dibedakan menjadi:
1.    Orang  yang membaca sekali-kali saja
2.    Orang  yang senang dengan buku cerita bergambar.
3.    Orang yang membaca berita dalam koran atau majalah karena hanya ingin mengetahui informasi tertentu, misalnya mencari lowongan pekerjaan, infotainment, iklan atau yang lainnya.
4.    Orang  yang membaca buku, untuk menimba ilmu yang terkandung di dalamnya.

    Minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca ditunjukkan dengan keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca. Orang yang memiliki minat membaca yang tinggi senantiasa mengisi waktu luang dengan membaca. Orang yang demikian senantiasa haus terhadap bahan bacaan. Minat membaca sangat berpengaruh terhadap ketrampilan membaca.
    Kapan manusia mengenal kegiatan membaca, tidak bisa diketahui secara pasti. Kegiatan membaca tidak bisa dipisahkan secara kaku dari kegiatan tulis-menulis dan hal ini berkait erat dengan sejarah lahirnya tulisan. Aktivitas membaca diperkirakan muncul bersamaan manusia mulai mengenal huruf dan tulisan.
    Kegiatan menulis adalah kegiatan mengekspresikan gagasan, pikiran, ide, dan keinginan dalam bentuk simbol-simbol tulisan. Kegiatan membaca adalah menginterpretasikan jalan pikiran sang penulis. Membaca adalah kegiatan yang dilakukan berupa penerjemahan simbol atau huruf ke dalam kata dan kalimat yang memiliki makna bagi seseorang (Bram & Dickey, 1986)

1. Tujuan Membaca
    Tujuan umum orang membaca adalah untuk mendapatkan informasi baru. Dalam kenyataannya terdapat tujuan yang lebih khusus dari kegiatan membaca, yaitu:
1.    membaca untuk tujuan kesenangan. Termasuk dalam kategori ini adalah membaca novel, surat kabar, majalah, dan komik. Menurut David Eskey tujuan membaca semacam ini adalah reading for pleasure. Bacaan yang dijadikan obyek kesenangan menurut David adalah sebagai "bacaan ringan"
2.    membaca untuk meningkatkan pengetahuan seperti pada membaca buku-buku pelajaran buku ilmu pengetahuan. Kegiatan membaca untuk meningkatkan pengetahuan disebut juga dengan reading for intelectual profit
3.    membaca untuk melakukan suatu pekerjaan, misalnya para mekanik perlu membaca buku petunjuk, ibu-ibu membaca booklet tentang resep masakan, membaca prosedur kerja dari pekerjaan tertentu. Kegiatan membaca semacam ini dinamakan dengan reading for work.

    Agar tujuan membaca dapat berhasil dengan baik, ada beberapa metode utama dalam proses membaca sebagai berikut:
1.    Model dari bawah ke atas
        Model ini pertama kali dikemukakan oleh Goodman (1967). Proses ini merupakan suatu proses yang melibatkan suatu persepsi yang tepat, terinci dan berurutan serta identifikasi huruf, kata, pola, dan unit-unit bahasa yang lebih luas.
2.    Model dari atas ke bawah
        Goodman menyebut model ini sebagai model terka (guessing game). Pada tahun 1971 Frank Smith menyempurnakan model ini , walaupun masih menggunakan nama yang sama. Inti metode ini menyatakan bahwa "membaca" merupakan suatu permainan menerka yang bersifat psikolinguistik, melibatkan interaksi antara pikiran dan bahasa. Membaca efisien tidak terjadi melalui persepsi yang tepat dan identifikasi terhadap berbagai unsur bahasa, melainkan dari ketrampilan menyeleksi penanda-penanda yang sangat sedikit jumlahnya, namun sangat produktif yang diperlukan untuk menerka isi bacaan.
3.    Model interaktif
        Disebut interaktif karena disini terjadi interaksi dari gabungan berbagai pengetahuan pembaca, serta interaksi antara pembaca dan teks. Terjadinya model (metode) interaktif dapat digambarkan sebagai berikut.
    Membaca dipahami sebagai perilaku kognitif yang didasarkan pada jenis-jenis pengetahuan tertentu yang disebut dengan struktur kognisi pembaca. Struktur ini bersemayam di otak manusia dan proses berawal dari struktur tersebut yakni dari apa yang dibentuk, dari apa yang tersimpan sebagai schemata dalam ingatan pembaca. Pengetahuan tentang berbagai hal yang telah tersimpan dalam struktur otak manusia akan memudahkan manusia mencerna isi bacaan. Secara simultan pengetahuan tentang substansi bacaan merangsang harapan-harapan berkenaan dengan struktur konseptual yang lebih luas dari bacaan. Berbekal harapan dan pengetahuan tersebut pembaca membuat prediksi yang tepat dalam menginterpretasikan makna teks secara keseluruhan. Bila hal ini terjadi maka pembaca telah memperoleh pemahaman dari apa yang telah dibacanya.

2.  Motivasi Internal dan Eksternal
    Minat dan kegemaran membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seseorang, termasuk anak-anak dalam usia sekolah. Minat baca dapat tumbuh dan berkembang dengan cara dibentuk. Dalam kaitan ini dapat kita simak teori rangsangan dan dorongan. Dorongan adalah daya motivasional yang mendorong lahirnya perilaku yang mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Dorongan yang dimaksud adalah motivasi tidak hanya untuk perilaku tertentu saja, melainkan perilaku apa saja yang berkaitan dengan kebutuhan dasar yang diinginkan seseorang. Dorongan-dorongan tersebut dapat muncul dari dalam diri orang tersebut atau dapat dirangsang dari luar.
    Memperhatikan asal dari dorongan untuk berperilaku, dapat diprediksikan bahwa minat dan kegemaran membaca itu timbul dalam diri anak SD, SLTP maupun dari orang-orang lain di lingkungan sekitar. Oleh sebab itu upaya untuk mengangkat program peningkatan minat dan kegemaran membaca perlu melibatkan unsur-unsur berikut ini:
a.    anak didik pada semua jenjang SD dan SLTP, SLTA (pada kegiatan ini mengkhususkan pada siswa jenjang SLTP)
b.    guru sekolah
c.    sekolah dengan berbagai program kegiatan yang dapat menunjang pengkondisian tumbuhnya minat dan kegemaran membaca
d.    orang tua di rumah, dan
e.    lingkungan masyarakat di luar sekolah dan rumah
f.    lembaga-lembaga masyarakat yang berminat terhadap pengembangan minat dan kegemaran membaca, misalnya dengan mendirikan pondok baca
g.    pemerintah melalui berbagai program yang dikembangkan, seperti adanya kegiatan bulan buku nasional pada setiap bulan Mei, hari Aksara Internasional pada setiap bulan September dan sebagainya yang bisa dikaitkan dengan pembinaan minat dan kegemaran membaca.
    Motivasi yang berasal dari anak merupakan dorongan yang bersifat internal, sedangkan dorongan dari pihak lainnya bersifat eksternal. Dengan kata lain bila akan merumuskan strategi peningkatan minat dan kegemaran membaca anak didik maka dua model strategi tersebut patut dipertimbangkan, yaitu model strategi yang didasarkan pada motivasi internal dan model yang digerakkan oleh motivasi eksternal.
    Sekurang-kurangnya terdapat tiga dimensi pengembangan minat dan kegemaran membaca yang perlu dipertimbangkan yaitu sebagai berikut.
1.    Dimensi edukatif pedagogik
    Dimensi ini menekankan tindak-tindak motivasional apa yang dilakukan para guru di kelas, untuk semua bidang studi yang akhirnya para siswa tertarik dan memiliki minat terhadap kegiatan membaca untuk tujuan apa saja. Paradigma pengajaran saat ini adalah berpusat pada anak didik, maka pengembangan minat baca hendaknya dimulai dari aktivitas belajar sehari-hari di kelas.
2.    Dimensi sosio kultural
    Dimensi ini mengandung makna bahwa minat baca siswa dapat digalakkan berdasarkan hubungan-hubungan sosial dan kebiasaan anak didik sebagai anggota masyarakat. Misalnya dalam masyarakat paternalistik, orang tua atau pemimpin selalu menjadi panutan. Dalam hal ini jika yang dijadikan panutan memiliki minat baca maka dapat diprediksi bahwa anak juga dengan sendirinya terbawa situasi tersebut, artinya anak akan memiliki sikap dan kegemaran membaca.
3.    Dimensi perkembangan psikologis.
    Anak usia sekolah pada jenjang SLTP (usia 13-15 tahun) merupakan usia anak menjelang remaja (praadolesen). Tahap akhir masa anak-anak didominasi oleh fungsi pengamatan, sementara pada masa praadolesen didominasi oleh fungsi penalaran secara intelektual (Soemanto, 1987). Pada masa ini perlu dipertimbangkan secara sungguh-sungguh dalam upaya memotivasi kegemaran membaca siswa. Pengamatan membaca yang jitu biasanya melalui ilustrasi gambar. Penalaran intelektual mudah dirangsang melalui diskripsi yang dikotomis, argumentasi yang menggugah.
   
4.    Peran Perpustakaan Dalam Membina Minat Baca di Sekolah

         Pembangunan Nasional di bidang pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam memajukan sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam skala regional maupun internasional. Sekolah merupakan institusi yang diharapkan dapat mencetak manusia Indonesia yang pandai dan berbudi luhur.
Segala cara telah ditempuh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, diantaranya penyusunan dan pengaplikasian kurikulum berbasis kompetensi yang kemudian disempurnakan dengan kurikulum 2006. Dalam pelaksanaannya siswa diharapkan dapat bekerja lebih mandiri dalam memahami materi yang diberikan guru. Sarana  penting yang dapat memungkinkan anak untuk belajar mandiri adalah perpustakaan.  Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada lembaga pendidikan sekolah, yang merupakan bagian integral dari sekolah yang bersangkutan dan merupakan sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan.

Tujuan Perpustakaan Sekolah menurut Manifesto Perpustakaan Sekolah IFLA/Unesco antara lain adalah
•    mendukung dan memperluas sasaran pendidikan sebagaimana digariskan  dalam misi dan kurikulum sekolah;
•    mengembangkan dan mempertahankan kelanjutan anak dalam kebiasaan dan keceriaan  membaca dan belajar, serta menggunakan perpustakaan sepanjang hayat mereka;

Oleh karena itu di perpustakaan sekolah perlu diselenggarakan program yang berkaitan dengan tujuan tersebut di atas, seperti:
•    kebiasaan dan keceriaan  membaca dan belajar:
membaca merupakan kegembiraan dengan menyediakan buku yang menarik,    ruang perpustakaan yang menyenangkan dan pustakawan yang selalu siap membantu
•    menggunakan perpustakaan sepanjang hayat mereka:
proses pembelajaran dewasa ini mengharuskan anak untuk dapat mengembangkan pengetahuan yang didapat melalui sumber informasi di antaranya perpustakaan. Siswa perlu diajarkan bagaimana mengenal informasi, mencari, mengumpulkan, mengorganisasi serta menyajikan hasil informasi yang dibutuhkan. Keterampilan akan diperlukan orang sepanjang hidup.
       Peran perpustakaan sangat sentral dalam membina dan menumbuhkan kesadaran membaca. Kegiatan membaca tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan tersedianya bahan bacaan yang memadai baik dalam segi jumlah maupun dalam kualitas bacaan. Pada aspek lain minat baca senantiasa perlu dikembangkan. Di lingkungan anak usia sekolah usaha pengembangan minat baca dapat dilakukan dengan prinsip jenjang dan pikat. Prinsip pertama perlu adanya usaha untuk memikat pengguna untuk mulai menyenangi kegiatan membaca. Prinsip kedua perlu ada upaya untuk mengkondisikan perlunya penyediaan meteri bacaan yang sesuai dengan perkembangan anak yang dapat memperkuat minat baca anak, yang senantiasa terus mendorong anak untuk maju menuju pada kegiatan membaca yang berkualitas.
    Dalam hal ini peran yang dapat dilakukan oleh perpustakaan dalam menciptakan tumbuhnya kondisi minat baca di lingkungan sekolah adalah sebagai berikut.   
1.    Memilih bahan bacaan yang menarik bagi pengguna perpustakaan.
2.    Menganjurkan berbagai cara penyajian pelajaran (di sekolah) dikaitkan dengan tugas-tugas di perpustakaan.
3.    Memberikan berbagai kemudahan dalam mendapatkan bacaan yang menarik untuk pengguna perpustakaan.
4.    Memberikan kebebasan membaca secara leluasa kepada pengguna perpustakan. Ini dimaksudakan untuk merangsang anak dalam mencari dan menemukan sendiri bacaan yang sesuai dengan minatnya. Cara ini sekaligus juga dapat menumbuhkan kebiasaan anak untuk melakukan penelusuran bahan bacaan yang diminatinya.
5.    Perpustakaan perlu dikelola dengan baik agar pengguna merasa betah dan kerasan berkunjung ke perpustakaan. Pengelolaan ini tentunya meliputi semua aspek mulai dari SDM sampai pada anggaran, dan koleksi yang disajikan, sampai pada tata ruang perpustakaan.
6.    Perpustakaan perlu melakukan berbagai promosi kepada masyarakat berkaitan dengan pemanafaatan perpustakaan dan berkaitan dengan peningkatan minat dan kegemaran membaca siswa.
7.    Menanamkan kesadaran dalam diri pemakai perpustakaan bahwa membaca sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam mencapai keberhasilan sekolah.
8.    Melakukan berbagai kegiatan seperti lomba minat dan kegemaran membaca untuk anak sekolah. Lomba ini bisa dilakukan oleh perpustakaan sekolah bekerjasama dengan  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, atau dengan Perpustakaan Umum. Lomba minat baca sudah merupakan kegiatan yang selalu dilaksanakan oleh Perpustakaan Nasional maupun Perpustakaan Nasional Propinsi. Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin setiap tahun sekitar bulan Mei bertepatan dengan Bulan Buku Nasional.
9.    Mengkaitkan bulan Mei setiap tahun sebagai bulan buku nasional. Dalam kesempatan ini perpustakaan bisa melakukan pameran buku atau kegiatan lain yang menunjang bulan buku nasional.
10.    Memberikan penghargaan kepada siswa yang paling banyak meminjam buku di perpustakaan dalam kurun waktu tertentu misalnya setiap catur wulan atau sekali dalam 1 tahun.







Daftar Pustaka


Badan Standardisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia: perpustakaan sekolah. SNI 7329:2009
IFLA/UNESCO School Library Guidelines, 2004.
Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar sarana dan prasarana untuk sekolah/madrasah.
Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Indonesia. Undang-Undang Nomor  43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Perpustakaan Nasional.  Pedoman Perlengkapan Perpustakaan Sekolah, Jakarta: 1992.
Perpustakaan Nasional.  Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, Jakarta: 2001.

Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang  contoh iklan dalam bahasa inggris dan arti beserta slogan

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Cara Membuat Iklan Yang Menarik Sekaligus Menciptakan Pelanggan  

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.


buka contoh marketing : perpustakaansmpn1mendoyo.weebly.com/.../promosi_perpustakaa...

No comments:

Post a Comment