WAJAH IKLAN DAN MASYARAKAT KOTA
WAJAH IKLAN DAN MASYARAKAT KOTA |
contoh iklan produk barang berbahasa inggris - Pengamatan iklan berwarna pada majalah tahun 1978 – 1987 (mengambil contoh acak) : TEMPO, FEMINA, KARTINI, GADIS, PERTIWI, DEWI. Pengamatan ditujukan terutama pada wajah/ faktor rupa; menempatkan “komponen kata” sebagai pelengkap pengamatan.
Pengamatan mencoba mencari arti dan peranan iklan pada tingkah laku dan gaya hidup masyarakat kota Jakarta.
Kehidupan sehari hari telah dikepung oleh iklan; secara gencar mencuri “waktu” kita dan “pemandangan” kita, telinga kita dan mata kita. Hal ini sangat jauh berbeda dengan apa yang kita alami duapuluh tahun yang lallu.
Pada masa itu iklan tak menduduki porsi yang besar dalam keseharianperhatian kita. Masalahsosial politik dan budaya merupakan pusat perhatian dalam berbagai “ruang” yang dapat dijelajahi media informasi dan komunikasi.
Dalam duapuluh tahun saja keadaan telah sangat berubah. Secara fisik iklan telah menjadi demikian penting, yang mana dapat kita lihat dari kenyataan :
Berpuluh-puluh radio swasta niaga..berbanding : 1 RRI. Menyiarkan iklan minimal tiap jam 15 menit.. belum termasuk lewat sandiwara radio & diantara lagu-lagu.
Ketentuan Deppen untuk alokasi iklan di media Cetak.
60% berita 40% iklan
Dari media cetak merupakan batas maksimum iklan, yang bagi media “kuat” sering lebih...banyak tempat strategisdi media cetak digunakan untuk iklan.
Taman Rekreasi : korsi, payung, dinding, papan, stiker, poster.
Tempat umum : tembok, sheleter, trminal, kendaraan umum.
Gedung Bioskop, tempat pertunjukan, Lapangan Olahraga, hampit tak ada tempat yang tak diisi iklan, smpaipun kantong belanja, kemasan, Tshirt, baju, gelas, piring, alat tulis, buku memo, gantungan kunci dlsb.
Pesan iklan : MEMBUJUK KITA SUPAYA MEMBELI.
Sebagai alat komunikasi perdagangan, iklan melakukan segala usaha dengan perhitungan ekonomi yang terukur dan target yang terarah pada “transaksi dagang” : nilai ekonomi, segman pasar dan daya saing, distribusi. Target keuntungan , sasaran pembeli, tingkah laku & kebiasaannya, kebutuhan, motivasi, daya beli dan siasat untuk mendorong orang pada transaksi pembelian.
Dengan cara apapun iklan berusaha menciptakan ‘kebutuhan” sebagai alasan agar suatu produk punya nilai untuk dibeli.
Produk makin hari makinmeningkat jumlahnya, baik jenisnya, maupun jumlah merek pada jenis yang sama. Persaingan meninggi diantara barang-barang produk itu. Semua berusaha menyampaikan informasi akan kehadirannya. Masing-masing ingin lebih dibutuhkan dari yang lain.
Di sini baik barang produk maupun iklan menghadapi masalahnya cara untuk menangkap perhatian orang – menciptakan “kebutuhan “ makinhari makin perlu digarap.
Di tengah hiruk-pikuk penawaran kebutuhan ini pengiklan berusaha keras mengatur siasat agarbisa tertangkap oleh jutaan orang yang lalu lalang ditengah hujan informasi.
Tidaklah mengherankan bahwa iklan saat ini telah menjadi suatu komplotan antar berbagai disiplin ilmu : ekonomi, pemasaran, komunikasi, sosiologi dan psikologi – yang makin hari makin PIAWAI DALAM PERKARA MENJEBAK ORANG.
Karena lahan yang digarapadalah masyarakat kota (kasus pengamatan ini), maka dalam memanah diperhatikan beberapa hal :
ANGAN-ANGAN : keinginan, harapan, cita-cita, dorongan nafsu, obsesi, mimpi dan niat-niat terpendam lain.
PIKIRAN: daya kritis terhadap sesuatu, intelektualita/ tingkat pemahaman
PERASAAN : berbagai unsur emosi yang bisa menerbitkan cinta pada produk = pemenuhan keinginan = kawin dengan produk
KEADAAN, TINGKAH LAKU, KONDISI SASARAN
Lingkungan, dan berbagai ukuran masyarakat + Penyakitnya....
Pada dasarnya yang disasar adalah : ♥
Agar orang menjatuhkan pilihan hati pada suatu produk, lalu membeli. Tapi untuk memanahnya dibutuhkan berbagai pemahaman mengenai situasidan kondisi yang berpengaruh pada perasaannya. Karena sasaran bukan hanya satu orang, maka yang akan dipengaruhi dan dikondisikan untuk disasar , PERLU DIPOLAKAN.
Pengamatan yang saya lakukan lebih tertuju pada : mencoba melihat pola komunikasi dan bentuk orang/ masyarajat dalam “cermin iklan” – yang karena frekwensi dan volume informasinya yang sangat besar dapat pada akhirnya menjadi pola yang secara sadar ataupun tidak dilakukan orang/ masyarakat.
Dalam pengamatan ini saya mengambil IKLAN BERWARNA PADA MAJALAH, dari tahun 1978-1987 yang berjumlah + 1500 buah (diambil secara acak) dari berbagai jenis dan penampilanvisual (masing-masing satu contoh darivisual yang biasanya dimuat berulang-ualang). Dengan tekanan pada produk/ barang konsumsi. Karena jenis ini paling tinggi nilai kompetitifnya, dan memperlihatkan usaha keras merebut golongan menengah.
POLA KOMUNIKASI : mediator Pesan
Meski tatanan iklan merupakan racikan berbagai unsur : HURUF (slogan, headline, keterangan, teks/nask, banner) dan GAMBAR (gambar utama, gambar pelengkap, raga produk, logo) Tapi usaha pengamatan ini lebih ditujukan pada : BERBICARA LEWAT APA/SIAPA
Dalam hal ini gambar utama dianggap unsur utama penyampai pesan. Secara umum ada 3 mediator dalam iklan :
• Barang itu sendiri
• Orang lain sebagai pembujuk
• Cara lain seperti : ide yang unik, metafora, prestise dan bonus/ hadiah.
BARANG SENDIRI sebagai unsur utama dalam iklan dapat berupa :
(570 : 752)
• R – meletakkan HANYA PRODUK sebagai unsur utama
• BF – menampilkan bahan dasar & fungsi produk
• H – menampilkan hasil sebagai akibat langsung yang mungkin didapat
• TL – relasi tak langsunmg memberi sugesti pada suasana/situasi yang
diangankan dapat diperoleh melalui produk tersebut.
Pola ini digemari oleh arloji mewah, mobil, asesori busana status (LANVIN, Etienne Aigner). Sedang bila mulai bicara fungsi, obat menyukai pola ini selain juga makanan.
DIAGRAM sering digunakan pada obat, mobil dan real estate.
Pada Real Estate terutama dilakukan MANIPULASI JARAK
Pada obat& mobil yang terutama memberi CITRA ILMIAH/OBYEKTIF, berkesan laboratorium, ujicoba, penelitian, pembuktian. Padahal banyak juga yang kalau diperhatikan lebih cermat, tak punya dasar logika, sulit ditalar hubungan-hubungannya hingga lebih sering merupakan MANIPULASI VISUAL agar produk tersebut punya citra Rasional, kritis, gengsi intelek.
Dalam menampilkan hasil sebagai akibat penggunaan produk, tyak jarang yang dicontohkan adalah gaya yang modern ataupun mewah dan tak jarang luar negeri :hamburger, es-krim, sirop di gelas anggur, setting rumah yang dapurnya bersih seperti yang biasa di majalah luar negeri misalnya : Good Housekeeping, Libelle, Margriet dlsb.
Tatacara dan sikap terhadap produk pun sering ditampilkan secara mewah : menuang kecap menggunakan sarungtangan, mobil dan executive club, dll.
Kesan umum gambarnya modern, bercitra internasional/luarnegeri, mewah, bersih, bergengsi. Kata-kata ASING, SUPERLATIF (hebat, ter......, mutu), dan janji mutu hidup : modern, mewah, citra, pribadi, selera, anggun – sedikit saja yang menampilkan sebagai akibat langsung tanpa bumbu.
CARA LAIN yang biasa dilakukan pula adalah menampilkan gambar perumpamaan/
metafora, permainan visual yang unik, meskipun jumlahnya tak banyak (57 dari 1320 iklan). Kecenderungan menghubungkan produk dengan binatang cukup digemari : macan, burung garuda, merpati, badak, penguin, kuda. Pada penampilan binatang, nilai emosional lebih ditonjolkan, seperti sifat liar(macan) perkasa(garuda, kijang) jantan (kuda) erotis(burung merpati) meski terkadang janggal juga (VTR = garuda? Arloji = badak mandi?)
GAMBAR KARTUN – yang pada tahun 50an-60an digemari, saat ini kurang digunakan
dalam iklan. Beberapa obat masih menggunakannya. Perumpamaan yang juga dilakukan adalah metafora, mengumpamakan hidung = ledeng, sesak = diikat, bunga bank = kembang. Banyak iklan yang lebih mengutamakan VISUAL YANG UNIK.
Ide-ide khas ini biasanya menarik perhatian karena aneh, lucu, segar – seakan membutuhkan daya tangkap lebih tinggi dari ide biasa. Cara seperti ini memang hanya dilakukan oleh iklan dengan produk yang memang mahal ayau fungsinya terbatas pada tingklat tertentu, atau juga barang baru.
PRESTISE perusahaan, produk, mertek merupakan cara meyakinkan yang dipilih pada jenis produk yang suhu persaingannya tinggi (kosmetik, obat pusing, makanan). Hal ini dilakuikan melalui penonjolan:
• Perolehan Medali atas mutu dari Trade Fair di luar negeri. Bila kita amati, sebenarnya medali itu biasa saja, artinya berbagai produk pun menampilkan medali yang sama. Tidak terlalu jelas benar kenapa medali itu diberikan dan oleh badan kelas mana. Setidaknya : sebuah iklan dengan medali/piala, kesannya PALING.
• Testimonial, pengakuan baik dari tokoh-tokoh terkemuka, atau profesional, atau peneliti, dokter, ada juga konsumen pemakai biasa. Pembuktian juga dapat melalui Pernyataan bahwa produk ini telah tersebar diseluruh Indonesia (Bodrex) terbukti digemari sejak lama (Corolla, DJISAMSOE) atau dipakai seluruh dunia (COLT).
HADIAH&BONUS – yang secara sporadis selalu muncul dalam usaha pemasaran, akhir-akhir ini sangat banyak dilakukan lewat iklan. Dalam situasi resesi yang berkepanjangan, cara ini memangjadi pilihan strategi jangka pendek untuk merangsangpembelian secara cepat dan banyak. Di sini pembeli tak dibujuklewat fungsi barang tetapi lewat”HARAPAN” keuntungan “BERJUDI NASIB”. Kita mahfum bahwa beban sebenarnya tetap dipihak pembeli ditambahkan pada harga produk . tetapi disini kita dapat menduga bahwa cara ini laku di pasaran, maka mamang masyarakat kota adalah masyarakat gelisah, tertekan.
Beban itu bisa tetap tak terlalu merugikan : bonus piring, gelas, sendok dll yang merupakan hadiah langsung, bisa juga merugikan bila berupahadiah undian : mobil, rumah, motor, tv, komputer dlsb., karena barang itu tak lebih dari dari sebuah kupon loterei.
Bila cara pemasaran ini memang laku dan disukai, kita segera dapat memperkuat dugaan bahwa, masyarakat kota adalah masyarakat yang gelisah, tertekan, tak puas, tak logis dan senang dijebak dalam angan-angan dan takhayul “Karunia”.
MANUSIA sebagai mediator pesan dapat tampil dalam berbagai bentuk : wanita, pria, pria dan wanita berduaan, keluarga, anak. Dari pilihan penyampai pesan dapat diketahui untuk siapa atau jenis lingkup yang seperti apa suatu produk disasarkan.
Hal ini dapat dilakukan dengan : pilihan model iklan, pilihan sikap & tingkah laku, setting lingkungan yang menjadi latar dari penampilan.
WANITA merupakan pilihan model tertinggi dalam iklan (352 dari 752 iklan yang menggunakan model = 46.8%). Jenis produk dengan model wanita ini memang sebagioan besar kosmetik, alat rumah tangga, busana.
Dari 352 iklan wanita ini, 116 iklan menampilkan wanita Asing Barat, 10 Wanita Asing Asia (Cina, Jepang) dalam bentuk : Kosmetik (63 iklan) dan Busana (63 iklan) terutama pakaian dalam (17 iklan).
Wanita sebagai sasaran iklan tidak begitu mengherankan mengingat seakan Wanita identik dengan Belanja. Pemegang anggaran belanja di rumah pun Wanita, dari kecil wanita telah dikondisikan sebagai makhluk belanja (permainan pasar-pasaran).
Dalam iklan, wanita dapat muncul sebagai seorang wanita aktif, remaja manis, ibu rumah tangga.
Setting/ lingkungan selalu masa kini, (ada satu-dua yang tradisional) perkantoran, tempat umum yang modern, rumah yang besar, modern bersih mewah. Demikian pula dengan cara berpakaiannya.
MUDA merupakan pilihan terbanyak dalam penampilan, sepertinya puncak kehidupan ada pada masa muda : cantik, ceria, merangsang; dengan cara tersembunyi maupun terbuka penampilan erotik merupakan cara yang digemari. Ada semacam pesan yang bersifat “refleksi diri” bahwa bagaimanapun wanita harus menawan. Dari 352 iklan wanita, 154 iklan menampilkan wanita berpose/ majang. Hanya wajah, setengah badan maupun seluruh badan; dalam posisi menghadap dan melihat kamera, miring dan melirik ke kamera, melihat ke tempat lain dengan sikap : untuk dipandang dan dinikmati ke”kece”annya. Sikap : “nikmat dipandang” juga tampak dalam iklan yang menampilkan aktifitas : yang jelas seperti ke kantor, bekerja, menelepon, olahraga, maupun yang tak begitu jelas seperti memutar tubuh, berlari kecil, berjalan, tiduran dlsb.
Meski sifat feminin/erotik tetap tampak, tapi dari berbagai tingkah laku diatas, tampak wanita kita sikapnya “maju”, percaya diri dengan dandanan yang “berani”. Raut wajah, lebih banyak yang berorientasi ke wanita barat, baik hidung, bibir, warna kulit.
Sifat mandiri ini sirna begitu iklan menampilkan model pria bersama sang wanita.
Di sini wanita lebih banyak bersifat pasif, baik sebagai teman senag-senang, tokoh yang memandang dengan kagum dan mesra pada si lelaki, atau pandangan puas karena berhasil melayani lelaki (istri puas melihat suami senang kopi). Jumlah iklan berkonotasi sex ini cukup banyak (109 iklan), digemari oleh barang-barang yang dikulum (rokok, permen, pengharum nafas), barang yang berhubungan dengan .....badan dan rambut.
Kosmetik yang menggunakan cara ini terutama yang dekat dengan urusan “kalau berdua” seperti deodoran, parfum, pasta gigi, shampoo.
BEER pun berusaha menampilkan “kejantanan” lewat wanita yang mesra ngobrol sampai ke yang lemah pasrah tersandardalam kemesraan pelukan sang “jantan”.
Menampilkan mobil dalam pola sex hanya tampak pada beberapa iklan saja, baik wanita sendiriandi mobil sebagai sebagai tokoh yang tak begitu jelas peranannya (akhirnya ditebak sebagai teman mesra) ataupun berdua.
Mobil lebih umum ditampilkan sebagai CITRA KELUARGA, ayah, ibu anak atau ibu anak saja, menunjukkan keluarga bahagia adalah bermobil.
Menggunakan keluarga sebagai mediator pesan jumlahnya tak banyak (63 iklan) dan terbatas pada jenis barang yang berhubungan dengan rumah dan anak : obat-obatan, susu, makanan, obat nyamuk, organ, sabun, pasta gigi, juga tentu rumah/ real estate.
Bapaknya ganteng/ dandy, ibunya muda dan manis (sering-sering tampak seperti gadis ranum malah), anak-anak sehat dan sebagian besar memakai baju kaos/ Tshirt. Rumahbersih, modern, kadang tampak mewah, yaitu pintu/ kursi berukiran dapur dengan oven canggih, kamar tamu dengan wallpaper, vitrage.
Keluarga adalah yang muda, yang modern, yang menggunakan barang masa kini : organ, oven, AC unit, wall to wall carpet; meskipun tidak ditampakkan terlalu kaya/ mewah.
LELAKI sebagai mediator pesan kebanyakan ditampilkan produk khusus lelaki : Rokok & Bier juga baju. Tekanan sifat yang ditunjukkan adalah Jantan, gagah, dalam pakaian seenaknya, kasar, pandangan angkuh. Tapi dapat pula dalam “setting” kerja laki : konstruksi, olah raga, rekreasi jantan lain, dalam bentuk kelompok lelaki yang sedang menikmati produk. Figur orang tua jarang muncul kecuali pada iklan Gudang garam & Herbastress.
Selain itu semua dewasa muda, paling tua kira-kira 40 tahun, dewasa muda optimistik, karier, vitalitas sex (kosmetik & minyak rambut), dandy (busana).
Obat justru sangat menggemari lelaki sebagai mediator ( 29 iklandari 97 iklan lelaki = 30%) yaitu mulai obat pusing, perut, stress, dan penambah enerji, kekuatan bekerja. Lelakinya rata-rata karyawan/ eksekutif, berdasi, muka optimis, gaya mapan, tak jarang dengan pandangan : Tirulah Aku!
Figur laki-laki dalam iklan berpola pada Gagah, Optimis, bergayaeksekutif, semangat muda dan modern, tanggung jawab – dalam setting rapat, ruang kantor, meja direksi, santai kelas(mobil sport, suasana olahraga kelas) menjadi kegemaran iklan.
Meskipun terbatas pada produk tertentu saja, mediator ANAK disukai iklan mengingat anak dapat tampil segar/ lucu dan anak selalu mengingatkan orang pada anaknya sendiri. Dengan demikian anak dianggap lebih mudah menyentuh emosi terutama IBU.
Mengarahkan sasaran Langsung pada Anak tak banyak dilakukan (10 iklan). bagian terbesar (121 iklan) menampilkan anak untuk menerbitkan rasa sayang dari orang tua. Hingga yang disasar LEWAT ANAK UNTUK IBU. Bapak sangat jarang muncul sebagai lambang sayang anak.
Yang langsung pada anak memanipulasi dongeng-superhero atau idola anak (unyil, kak Seto dlsb.) menunjukkan kegiatan yang identik dengan produk : olah raga = minuman enerji. “kegemaran baru” dll.
MENGAJARI cara menggunakan sebagai “gaya” memanipulasi sifat anak yang suka meniru : “diremas, dibuka, ditaburi, dikocok, asyik!! (Sarimi); Tuangkan rasanya (...banyak-banyak....) (Delmonte).
Secara visual membujuk untuk meniru pada anak sangat mudah, hal yang selalu kita dapati dari tingkah laku dan reaksi anak terhadap iklan : pilihan sepatu, tas, minuman, makanan.
SAYANG ANAK merupakan cara penampilan untuk menjatuhkan hati orang tua –manipulasi emosi – terutama IBU. Caranya dengan menampilkan Anak saja sedang melakukan sesuatu : bermain, olah-raga, berpose, duduk, tidur, dll, ditunjukkan dengan harapan menggugah simpati-senang-lucu.
IBU & ANAK (bapak & anak jarang ditampilkan) memperlihatkan hubungan mesra antara ibu & anak – mulai dari menyusui, menimang, memberi obat, memperhatikan anak : Makan, Main Organ, Main Komputer, (kecenderungan mutakhir adalah anak & komputer) sambil
memeluk bahu atau leher, kepala- kadang bersama sama melihat kamera (kita) dengan ungkapan seakan : IKUTLAH JEJAK KAMI.
Yang paling menonjol menggunakan anak adalah produk Susu dan Penambah Enerji. Obat menempati urutan berikut dengan terutama pada Obat Turun Panas (Cafenol, Bodrexin, AnaKonidin, Inzana dll.) meskipun persaingan sangat ketat, penampilan pola dan cara menyampaikan pesan tak macam-macam : ibu peluk anak, anak tidur ibu mngobati, anak lesu...ini menyebabkan daya ingat lebih terpukau bukan pada merek tapi tingkah laku ibu – anak.
Setting tetap selalu keluarga modern, rumah kelas menengah, bersih, ubin mengkilat, meja kursi bermutu/ seleramasa kini, anak-anak main sepatu roda, lompat tinggi, kasti, komputer, organ, lego (kasti : lifebuoy yang kesannya domestik)
POLA TIMBAL BALIK : iklan & masyarakat
Dalam menyampaikan pesan tentu iklan mengusahakan menampilkan bentuk, bahasa, idiom yang dikenal masyarakat agar dapat berkomunikasi. Untuk itu dicarilah model-model ideal masyarakat, agar menarik minat untuk menerima pesan.
“Model Ideal” bagi wanita adalah wanita barat, dapur yang modern merupakan dapur yang benar dan berbagai ukuran ideal lain seperti bahasa Ingriss lebih mahal dari bahasa Indonesia. Semua model ideal ini diserap iklan dan ditampilkan kembali ke masyarakat. Maka bila orang mengatakan iklan menentukan gaya hidup : Ini tak sepenuhnya benar! Iklan memungutnya dari masyarakat sendiri.
Iklan terutama Menyeragamkan Ukuran Ideal dalam Masyarakat. Dengan menunjukkan yang ada, membukaangan-angankita dan berbagaihal yang tadinya tersembunyi dalam diri kita terutama kegelisahan kita, rasa kurang, dan jugamemberikan pada kitagambaran tentang tujuanhidup yang nyata dan indah : “Dream Money Can Buy” tentunya juga iklan bisa dianggap “dinamisator” masyarakat karenadengan rajintak kenal lelah selalu menawarkan barang baru, fungsi baru, citra baru, cita-cita baru. Entah sudah berapa puluh merek obat pusingyang saya minum sejak lahir dan kini belum berhenti ganti merek. Dalam satu bulan saja kita menutup diri dari informasi, kita segera merasa “ketinggalan jaman” dibidang musik, produk, elektronik, makanan, sejalan dengan itu iklan punsecara rajin menawarkan pola-poladan nilai baru, tingkah laku baru, dalam kata-kata (gengsi dong, nih ye, turbo) dalam menampilkan diri (berdandan, berbusana) menggerakkan tubuh (mengerling, memeluk, “majang”) dan bergaul, sampai menyeragamkan pula cara kita memilih asesori rumah, kendaraan rekreasi dlsb. Ini tentu merupakan proses timbal balik yang tak henti-henti, baik pengiklan, produsen maupun konsumen/ masyarakat saling berkejaran memantapkan nilai-nilai sambil mencari terus model-model idelal baru agar roda ekonomi, khususnya keinginan membeli hidup terus.
Dengan pengamatan singkat dan seadanya saat ini, memamng tak begitu mudah mencoba mendapatkan kesimpulan yang mendasar tentang hubungan iklan dengan gaya hidup masyarakat kota. Beberapa catatan spekulatif yang bisa dirasakan :
• Masyarakat kota adalah masyarakat gelisah, tak puas, tertekan yang membutuhkan berbagai pelampiasan mangatasinya RASA AMAN, RASA DITERIMA, RASA KREATIF, RASA MAJU, RASA UNGGUL. Tekanan itu pula yang dalampenelitian Desmond Morris (Biolog) menimbulkan kompensasi yang mengarah ke “sex”.
• Iklan dengan piawaimelekatkan berbagai kebutuhan diatas pada produk menjadi citra produk : mobil = rasa unggul; rambut rapi = dicintai, margarine = kreatif.
• Sedikit demi sedikit penampilan orang barat dalamiklan makin berkurang, tetapi tidak dalam angan-angan . busana dan kosmetik masih menampilkan citra barat yang kuat(parfum, kosmetik, pakaian, kacamata, arloji) bahasa inggris masih merupakan racikan ampuh baik dalam merek, slogan maupun formula lain.
• Rasa kurang, terbelakang dapat diduga dari cara menawarkan citra ke arah modern, maju, masakini, dari luar negeri dan citra yang bersifat “status symbol” baik masa kini (internasional, barat) maupun masa lalu (tradisi = feodalisme).
Dengan adanya iklan memang masyarakat seakan memperoleh hak, demokratis dalam memilih apa yang disukainya. Iklan memainkan peranan ini dengan baik.
Ogilvy mengatakan bahwa iklan tak mungkinmemanipulasi maupun melakukan hipnotis/ subliminal. Tapi dari apa yang terasa saat ini terutama di Jakarta (yang kebetulan diamati) sulit kita terima pendapat itu, selera meniru, mengejar status, rasa rendah diri adalah lahan emosional yang subur bagi iklan.
Beruntunglah TVRI melarang iklan , karena daya hipnotis “TV Commercial” jauh lebih hebat dari iklan majalah, koran ataupun yang kita dapati saat ini, daya tembak dalam kepala dan daya tanamnya tak bisa dipungkiri.
Iklan pada akhirnya memang jadi bagian hidup masyarakat, bagian dari gaya hidupnya hari ini, sulit dibayangkan hidup tanpa iklan!
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang contoh iklan produk barang berbahasa inggris
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang PERUSAHAAN-PERUSAHAAN DENGAN TOP BRAND DI INDONESIA DAN PEMASARAN
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka contoh marketing : dgi-indonesia.com/wp-content/uploads/2008/02/wajah_ik1
No comments:
Post a Comment